
JAKARTA – Perusahaan Umum Badan Urusan Logistisik (Perum Bulog) menyatakan Idonesia siap menghadapi krisis pangan yang sedang mengancam dunia saat ini.
Kepala Divisi Pengadaan Komoditi Perum Bulog Budi Cahanto menjelaskan hal ini karena pasokan beras dan jagung di dalam negeri sangat mencukupi.
“Stok beras cukup untuk menghdapi potensi kenaikan dunia, jagung juga siap. Jadi, Indonesia meski berada pada pusaran potensi kenaikan harga dunia, tapi krena produksi cukup baik kita bisa bertahan,” kata Budi.
Budi mengatakan pasokan beras nasional saat inimencapai 1,1 juta ton. Jumlah itu sesuai dengan ketentuan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), maupunkecukupan stok sesuai rekomendasi Kementerian Pertanian.
Pasokan dalam negeri yang cukup bahkan lebih itu membuka peluang ndonesia untuk mengekspor beras bahkan jagung.
“Jangan lupa kita produksi beras terbesar kedua, tapi kita konsumsi tertiggi. Jadi kita punya peluang ekspor tapi kita orientasikan ekspor beras-beras yang khusus dari Indonesia dan itu tantanan bagaimana Bulog membuka keran ekspor,” jelasnya.
Untuk jagung, Budi mengatakan saat ini Indonesia surplus produksi agung 3,3 juta ton. Hanya saja, yang menjadi kendala adalah kurangnya mesin pengering untuk komoditas itu.
Sementara itu, pada kesempatan tersebut Budi juga menyinggung soal kenaikan harga gandum. Meurutnya, Indonesia tidak perlu khawatir dengan kenaikan harga gandum dunia. Sebab, konsumsi gandum bukanlah yang utama i negeri ini.
“Jadi, gandum ini ada yang dipakai untuk kebutuhan pakan. Nah selama ini, gandum itu menjadi pengganti jagung karena harga yang lebi mahal. Jadi ketiga jagung mahal, kebutuhan akan pakan ternak itu ambil dari gandum,” katanya.
Saat ini, imbuhnya Indonesia berhasil swasembada jagung sehingga perusahaan pakan ternak bisa mengambil jagung dalam negeri. Dari kndisi tersebut, kebutuhan akan gandum hanya digunakan untuk produk makanan seperti roti hingga mi. rep/mb06