
Sejatinya keadaaan seseorang selalu mengalami perputaran. Terkadang ia diatas, terkadang dibawah. Terkadang bahagia, terkadang kesusahan. Begitulah siklus kehidupan terus berputar. Tidak ada satu manusiapun dimuka bumi ini yang selalu bahagia terus, atau ia selalu menderita terus. Walaupun ia seorang raja yang memiliki harta kekayaan dan bawahan dimana-mana. Akan tetapi, jika ia sakit maka fisik juga ikut lemah alias menderita. Jika ia mengalami suatu permasalahan maka akan menjadi beban pikiran yang terkadang ia tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Dari dua perkumpulan keadaan diatas, semuanya dapat dibendung dengan mengetahui hal-hal yang dapat meringankannya.
Pada momentum 77 tahun Indonesia merdeka ini mari gelorakan kembali bagaimana perjuangan para tokoh pendiri bangsa ini terus memaksimalkan sebagian hidupnya demi kemerdekaan bangsa yang dicintainya. Maka sudah sepantasnya kita sebagai generasi yang mengalami dan sedang merasakan kemerdekaan saat ini harus banyak bersyukur yang sedalamnya.
Berkat atas rahmat Allah Subhanahu Wa Ta‘ala yang telah memberikan kemerdekaan kepada bangsa ini dan didorong keinginan luhur dari para pendahulu bangsa maka ia kita rasakan jua nikmatnya harga sebuah kemerdekaan yang tak terhitung nikmatnya. Betapa tidak, saudara-saudara kita yang ada negara Palestina, Libya, dan negara dibelahan timur lainnya. Mereka sampai detik ini masih berjuang melawan penjajahan di negerinya yang hal tersebut sudah kita rasakan di 77 tahun lalu.
Oleh karenanya, sebagai bangsa merdeka, sudah seharusnya kita memaksimalkan kemerdekaan ini dengan mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat yang dapat mencerdaskan anak-anak bangsa melalui pendidikan, melalui agama, dan melalui pengenalan terhadap identitas budaya. Sekarang banyak generasi muda yang sudah kehilangan dan bahkan tidak mengenal lagi adat-istiadat baik dalam berpakaian maupun dalam bertindak.
Khususnya di Minangkabau, nilai-nilai kato nan ampek kini semakin menyusut akibat pengaruh global. Generasi muda lebih melek dengan fashion-fashion luar dibandingkan pakaian adat Minangkabau. Padahal, jika sekilas kita berkaca kepada negara Jepang maka mereka sangat menjunjung erat pakaian, tradisi, rasa menghormati dan sebagainya terhadap adat-istiadat yang mereka kenakan.
Apabila di Minang masa kini, kini generasi muda disebut generasi milenial yang sering goyang ditengah jalan tanpa lagi memerhatikan rasa malu. Perempuan minang kini banyak rambutnya rambut kuah sate, pakai baju minim atau baju potong saparampek, celana saparampek dan atribut barat lainnya yang tidak ada contoh pakaian baju Minang. Lihatlah, siapa padusi minang kini yang kalua rumah pakai baju basiba, palingan pakai baju ini saat baralek. Eee yalah yo.
Tiga Keadaan
Tiga keadaan yang penulis maksud ialah, pertama, merdeka dari kebodohan. Kedua, merdeka dari merasa sudah hebat. Ketiga, merdeka dari kesombongan. Hakikatnya manusia adalah makhluk yang kompleks, ia memiliki beragam fitur untuk menunjang kehidupannya. Layaknya ibarat organ tubuh yang saling berhubungan satu sama lain, mereka saling bekerjasama agar seluruh fungsi berjalan maksimal. Begitu juga dengan kemampuan manusia, ia memiliki segalanya dari semua sisi seperti; mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, dan kekuatan fisik untuk menunjang berjalan dan berlari kemanapun.
Terkadang, apabila seseorang manusia merasa memiliki sesuatu seperti ia seorang pejabat. Maka besar kemungkinan ada rasa lebih atau sombong didalam dirinya. Untuk itu, manusia harus merdeka dari keadaan tersebut agar ketika ia merasa sombong, ia harus segera sadar bahwa jabatan yang ia bawa tidak akan selamanya melekat didalam dirinya. Begitu juga dengan gelar, kedudukan, status sosial dan sebagainya. Karena manusia itu memiliki batas akhir, yaitu kematian.
Kebodohan, merasa hebat dan kesombongan hakikatnya mengantarkan seseorang kepada kehancuran. Tiga keadaan ini telah banyak merusak manusia dari tengah masyarakat, akibatnya ia tenggelam dari tiga keadaan tersebut sehingga ia tidak lagi dikenal bahkan dihinakan oleh masyarakat apabila seseorang telah lepas dari gelar yang pernah ia sandang.
Sadarilah bahwa sesungguhnya nasib manusia sangat ditentukan oleh yang menciptakannya. Kemudian ditentukan oleh usahanya sendiri untuk meraungi kehidupan yang ia cita-citakan. Siapa diantara kita yang tidak ingin hidup serba berkecukupan? Siapa diantara kita hidup dalam untuk mencari kesenangan tanpa ingin mencari ketenangan batin? Betapa banyak diantara ia memiliki harta yang berlebih akan tetapi hidupnya tidak tentram dan bahagia. Ia merasa gelisah, dilanda kegalauan yang mendalam karena ia tidak memiliki pedoman dalam hidupnya untuk apa ia sebenarnya hidup.
Tidak sedikit diantara manusia ia memilih bunuh diri karena sudah tidak sanggup lagi menjalani kehidupan karena dilanda masalah yang begitu kompleks dari segala sisi. Sehingga ia memilih jalan akhir bunuh diri sebagai solusi akhir. Ia tidak tahu lagi kemana ia akan mencari ketenangan dan kebahagiaan tersebut.
Oleh karena itu sudah sewajarnya manusia harus belajar dari berbagai peristiwa khususnya pada momentum Indonesia merdeka untuk pulih lebih cepat bangkit lebih kuat. Mari terus mengasah diri untuk selalu merasa tidak tahu apa-apa agar kita terus belajar dari berbagai peristiwa, baik pengalaman, dari orang lain dan dari alam sekitar bahwa kehidupan ini begitu indah untuk terus berjuang. Salam Merdeka, pulih lebih cepat bangkit lebih kuat.