BANJARMASIN – Di hari ulang tahun ke-77 kemerdekaan Republik Indonesia kali ini, Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 2A Banjarmasin memberikan remisi tahunan kepada 1.854 narapidana. Belasan napi di antaranya langsung bebas
Pemberian remisi ini dilaksanakan dalam rangkaian upacara bendera HUT RI di halaman Balai Kota Banjarmasin, Rabu (17/8).
Penerimaan SK Remisi yang diwakili oleh tiga narapidana lapas 2A Banjarmasin yakni, Misran, Damanhuri, dan Rahmani, yang disampaikan langsung oleh Walikota Banjarmasin H Ibnu Sina.
Dengan jumlah penghuni Lapas Kelas 2A Banjarmasin sebanyak 2.451 orang, terdapat 437 berstatus masih tahanan dan 2.014 orang narapidana.
Dari ribuan napi itu, sebanyak 1.773 mendapatkan Remisi Umum sebagian (RU I) dan 81 orang mendapatkan Remisi Umum seluruhnya (RU II).
Namun dari 81 napi yang mendapatkan RU II, hanya 15 orang yang bebas secara menyeluruh. Sedang 66 orang sisanya masih menjalani hukuman subsider.
“Sebanyak 66 napi lainnya terpaksa masih harus menjalani subsider masa hukuman, karena yang bersangkutan tidak bisa membayar hukuman denda yang dijatuhkan dalam persidangan,” ucap Kepala Lapas 2A Banjarmasin Herliadi, usai mengikuti upacara HUT RI di halaman balai kota.
Ia menjelaskan, perbedaan remisi yang didapatkan para narapidana tersebut diberikan berdasarkan aturan.
“Kalau yang dapat remisi satu bulan, dia sudah menjalani masa hukuman minimal enam bulan. Kalau yang dua bulan, setahun, dan terus selanjutnya,” ujarnya.
Ia membeberkan, mereka yang bebas kali ini merupakan napi yang tersandung kasus narkoba. “Kita berharap, para napi yang bebas bisa menjadi lebih baik setelah menjalani pembinaan di Lapas Banjarmasin,” harapnya.
Rahmani alias Unyil, salah satu narapidana yang bisa menghirup udara bebas, mengaku akan pulang ke kampung halamannya di Sungai Danau, Kabupaten Tanah Bumbu.
Pria berusia 41 tahun itu menceritakan, selama menjalani masa hukuman di Lapas Banjarmasin, dirinya merasakan duka yang mendalam.
Sebab, ibundanya meninggal dunia ketika dirinya masih menjalani hukuman penjara.
“Mama meninggal di bulan Maret, tapi saya baru tahu kabar itu di bulan April. Ini membuat saya sangat terpukul karena tidak bisa melihat wajah sang ibu dan belum sempat meminta maaf,” ungkapnya dengan nada sedih.
Begitu tiba di kampung halaman, Unyil menyatakan akan langsung menuju berziarah ke makam ibunya. “Kebetulan bunga untuk ziarah sudah disiapkan. Jadi In syaa Allah saya akan langsung menziarahi makam ibu bersama kakak, anak dan keluarga di kampung,” tuntasnya. dwi
