
BANJARMASIN – Komisi III DPRD Kota Banjarmasin meninjau lokasi pembangunan dermaga apung, yang menghubungkan Siring Piere Tendean dan Siring Sungai Baru, Kamis (4/8).
Dalam peninjauan itu, para wakil rakyat melihat beberapa pondasi sudah tegak berdiri, bahkan sebagian sudah dipasang papan Ulin. Dermaga tinggal menyambung bagian bawah Jembatan Dewi, karena dari sisi Sungai Baru dan Siring Tendean sudah terpasang pondasi berupa kayu Galam.
Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin Hilyah Aulia mengatakan, pihaknya merasa perlu memantau langsung ke lapangan, demi menghindari kesalahan-kesalahan yang fatal di kemudian hari.
“Kami di sini memastikan apakah sudah dihentikan proyek pembangunannya atau tidak. Ternyata tidak, karena pekerja standby di sini,” katanya ketika ditemui di lokasi.
Ia menegaskan, kesepakatan semua anggota Komisi III memending (menunda) pelaksananya. Karena itu, pihaknya berencana memanggil pihak terkait yang ngotot menindaklanjuti pembangunan ini.
“Kami merasa tak dihargai, karena kami meminta dipending namun tetap dikerjakan. Alasan dinas PUPR sudah lelang dan kontrak,” ujarnya kesal.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarmasin, Afrizaldi justru mempertanyakan apakah proyek yang dikerjakan ini nantinya berfungsi maksimal. “Perlukah harus menyambung di sana, kalau dilihat di bawah jembatan sangat rendah dan tak cukup untuk orang dewasa melewatinya,” ujarnya.
Menurutnya, fungsinya pun hanya sebagai dermaga. Namun ia khawatir fungsi tersebut malah membuat Banjarmasin tambah kumuh. “Contohnya, dapat dilihat di lorong bawah Jembatan Antasari dekat Swissbell Hotel. Di sana jadi permukiman kumuh dan sulit ditertibkan,” katanya.
Afrizaldi menilai, proyek ini juga terkesan sangat dipaksakan, karena dikerjakan sangat cepat dan tanpa sepengetahuan DPRD.
“Ternyata tak mengantongi IMB juga, makanya saya menilai jika dipaksakan proyek ini juga akan jadi mubajir karena tidak melalui kajian. Belum lagi nanti fungsi dermaga ini, kalau tak diawasi malah akan jadi tempat tinggal kumuh,” tukasnya. via