
BANJARMASIN – Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di sejumlah wilayah di Jawa, cukup meresahkan masyarakat Kota Banjarmasin. Sebab, wabah tersebut kabarnya telah masuk ke Kalimantan Selatan dan menyerang hewan ternak seperti sapi.
Keresahan masyarakat itu cukup beralasan. Karena, masuknya virus PMK ini di saat mendekati pelaksanaan ibadah kurban yang diselenggarakan pada 10 Dzulhijjah 1443 Hijriah, atau Hari Raya Idul Adha.
Sebagian warga ataupun perkumpulan di Rukun Tetangga (RT) pun, terancam tidak menggelar ibadah kurban pada tahun ini. Begitu juga panitia kurban di musala dan masjid di Banjarmasin.
Salah satunya musala Darul Habibah, yang berlokasi di Jalan KS Tubun Gang II Damai, Kelurahan Kelayan Dalam, Banjarmasin Selatan. Biasanya, panitia di musala ini rutin menggelar ibadah kurban setiap tahun. Untuk tahun ini, pihak panitia belum memastikan apakah bisa menggelar atau tidak.
“Biasanya kita sudah melakukan pemesanan sapi kurban. Tapi sampai sekarang tidak ada penjual ternak yang mau dibooking karena PMK,” ucap Haseran, panitia kurban di musala itu, Rabu (1/6).
Ia membeberkan, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, para penjual hewan ternak sudah menawarkan sapi maupun kambing kepadanya, satu bulan menjelang ibadah kurban diselenggarakan.
Namun hingga sekarang, lanjut dia, penjual yang biasanya menjadi langganannya tiap tahun, tidak kunjung menawarkan hewan ternaknya.
“Kita juga sudah tanyakan, tapi penjual tidak bisa memastikan ada stok sapinya. Biasanya tiap tahun kita berkurban sekitar 5 ekor sapi dan ditambah beberapa kambing,” tutup pria 65 tahun itu.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Banjarmasin, M Makhmud mengakui, bahwa saat ini ketersediaan sapi untuk hewan kurban sedang dalam keadaan kosong.
Ia menilai wajar dalam beberapa hari terakhir ini, warga kesulitan mencari sapi untuk penyelenggaraan ibadah kurban nanti.
“Karena sapinya memang belum ada, makanya pedagang tidak berani menerima bookingan atau pesanan dari warga,” ucapnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, kemarin.
Tidak hanya itu, para penjual sapi juga tidak berani menerima DP atau uang muka dari warga, lantaran belum ada kepastian ketersediaan sapi yang akan dijual.
Menurut Makhmud, kondisi ini tidak terlepas dari dampak kebijakan lockdown penjualan sapi ke luar daerah akibat wabah PMK, terutama provinsi yang menjadi pemasok utama sapi ke Kota Banjarmasin, seperti Madura, Provinsi Jawa Timur.
Meski begitu, ia meyakinkan stok sapi masih aman untuk keperluan kurban di Kota Banjarmasin. “Insya Allah stok hewan kurban ada aja, cuma sekarang memang belum datang sapinya,” katannya.
Saat ditanya kapan pasokan sapi itu tiba di Banjarmasin, Makhmud tidak bisa memastikan. Tapi, menurutnya, dalam minggu ini ada datang dari Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) dan NTB (Nusa Tenggara Barat).
Lambatnya pasokan sapi ini juga dikarenakan proses yang harus dilalui oleh pemasok, seperti harus melengkapi berkas atau dokumen kesehatan sapi-sapi yang dikirim.
“Soalnya sapi-sapi yang masuk harus dipastikan sehat dulu. Sehingga harus melalui proses karantina dan pemeriksaan kesehatan lainnya. Makanya lambat sampai sini,” tukasnya.
Ia memprediksi, sulitnya ketersediaan sapi di Bumi Kayuh Baimbai ini juga akan berpengaruh terhadap harga jual sapi.
“Jelas berpengaruh. Karena sesuai dengan hukum ekonomi, harga akan melambung ketika permintaan tidak sebanding dengan ketersediaan,” pungkasnya. Dwi