Selasa, September 16, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Sindiran Halus Bagi Petinggi Negara dari Sebuah Film Komedi

by matabanua
12 Mei 2022
in Opini
0
D:\Data\Mei 2022\1305\8\8\Ilham Fahiza Putra.jpg
Oleh: Ilham Fahiza Putra, Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas, dan Merupakan Seorang Wartawan Media Online Nasional INBISNIS.ID

Kehidupan sosial di Indonesia dari masa ke masa selalu berkembang dan meninggalkan sejumlah permasalahan, terutama di bidang pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan. Permasalahan ini menimbulkan berbagai kesenjangan sosial dalam masyarakat. Angka kriminalitas makin meningkat pesat, ditambah lagi jumlah pengangguran makin kian padat. Hal ini berujung pada sindiran terhadap pemerintah yang dituntut untuk lebih peduli terhadap rakyat.

Berbagai upaya untuk membuat pihak petinggi negara supaya peka terhadap isu sosial ini terus digalakkan. Salah satunya adalah dengan melalui sebuah film. Menurut Wibowo (dalam Rizal, 2014) film adalah suatu alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak umum melalui media cerita, dan juga dapat diartikan sebagai media ekspresi artistik bagi para seniman dan insan perfilman untuk mengungkapkan gagasan dan ide cerita yang dimilikinya.

Artikel Lainnya

D:\2025\September 2025\16 september 2025\8\8\Fikril Musthofa.jpg

Peran Pesantren Membendung Narkoba

15 September 2025

Refleksi Hari Kesehatan Gigi dan Mulut

15 September 2025
Load More

Film yang hadir dewasa ini terdiri dari berbagai banyak jenis dan gendre, seperti action, romance, famili, komedi, horor dan lain-lain sebagainya. Salah satu film yang banyak diminati sekarang oleh masyarakat adalah komedi. Film dengan gendre komedi merupakan film yang berbentuk drama sehingga mengundang penonton untuk tertawa dan memiliki akhir yang bahagia. Unsur utama dalam film jenis ini adalah mengutamakan kelucuan.

Walaupun film komedi bersifat menghibur, namun juga ada film komedi yang bersifat menyindir kehidupan sosial bernegara. Dilasir dari situs kompas.com, film komedi yang bersifat menyindir yaitu film The Hunt yang ditayangkan pada tahun 2020. Film ini mengundang perhatian publik dikarenakan memicu terjadinya kontoversial di Amerika Serikat. Film ini memancing segudang kritik dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dalam Film tersebut, menceritakan tentang Hilary Swank sebagai pemimpin yang berkedok liberal kaya Amerika yang dikenal sebagai “elite” yang berangkat untuk menculik dan memburu warga lain yang dikenal dengan “orang konservatif jelata” untuk bersenang-senang. Suatu hari di padang rumput yang luas, beberapa orang terbangun dengan mulut yang dibekap dengan alat. Orang yang ada di padang rumput ini tidak saling mengenal antar sesame, tapi kesamaan yang mereka miliki adalah mereka berada di sayap kiri (Kompas, 2021).

Film diatas merupakan salah satu dari sekian banyaknya film yang menyindir kehidupan sosial yang bernegara. Kasus film di atas terjadi di Amerika. Namun, untuk kasus film komedi yang terjadi di Indonesia dengan mengandung sindiran adalah film “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Menurut penulis sendiri, film yang masuk ke dalam gendre komedi ini banyak memberikan pesan nilai sosial dan moral yang patut untuk diteladani.

Film yang dibintangi oleh Reza Rahadian, Tio Pakusadewo, Slamet Raharjo, dan Rina Hasyim serta disutradarai oleh Deddy Mizwar ini diawali dengan adegan seorang pria yang bernama Muluk yang dimainkan oleh Reza Rahadian yang sedang mencari kerja di ibu kota. Dia merupakan salah seorang sarjana lulusan manajemen yang belum mendapatkan pekerjaan cocok. Berbagai perusahaan dia lamar untuk bisa bekerja, namun kebanyakan ditolak dan ada yang merekomendasikannya untuk menjadi TKI ke luar negeri. Cerita dalam film terus berjalan sehingga dia pada akhirnya dipertemukan dengan seorang anak jalanan yang bernama Komet secara tidak langsung menjadi peluang Muluk untuk bekerja walaupun tidak diharapkan oleh ayahnya,

Singkat cerita, Muluk dibawa oleh Komet menuju markasnya dan Komet pun langsung memperkenalkannya dengan bos nya yaitu Jarot. Melihat kondisi markas anak jalanan tersebut, Muluk menjadi kaget karena banyak sekali anak-anak se usia Komet bekerja sebagai pencopet. Menanggapi hal tersebut, Muluk memikirkan ide lain dan meyakinkan Jarot bahwa dia bisa mengatur finansial mereka dan menuntut 10% dari hasil pencopetan, termasuk biaya pendidikan.

Muluk tidak hanya sendiran, bermodalkan bantuan dua orang temannya Pipit dan Samsul yang merupakan seorang sarjana, mereka berbagi tanggung jawab dalam mengajar agama, budi pekerti, dan kewarganegaraan. Usaha mereka bertiga ini dalam bentuk pengimplementasikan dalam bidang pendidikan patut diacumi jempol, karena mereka bersama-sama dengan ikhlas merubah tatanan kehidupan sosial anak jalan menjadi lebih baik dan lebih mengenal tata karma. Dari anak jalanan yang berprofesi sebagai copet sebagai pekerjaan yang haram, mereka bertiga mampu merubahnya menjadi pekerjaan yang halal walaupun hanya sebagai pedagang asongan di tengah sibuknya hiruk pikuk ibu kota.

Di tengah asyiknya mereka menikmati pekerjaan sebagai pedagang asongan, mereka dikagetkan dengan kedatangan satuan polisi pamong praja untuk menertibkan mereka. Muluk dan temannya sempat menghadang petugas itu dan bertanya apa alasan mereka ditindas sama petugas, dan menyatakan bahwa pekerjaan mereka itu terjamin halal walaupun hanya sebagai pedagang asongan. Muluk membandingkan dengan pekerjaan para petinggi negara yang lupa akan kewajibannya, sehingga terjadi korupsi di mana-mana. Kebanyakan dari pejabat itu lupa akan pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Akhir dari kisah dalam film ini Muluk dimasukkan oleh petugas itu ke dalam mobil razia, dan anak-anak bersedih seakan mereka tidak rela sosok yang merubah kehidupan sosialnya dibawa oleh petugas tersebut.

Dari kisah Muluk yang merubah tatanan kehidupan anak jalanan dari pekerjaan yang buruk menjadi baik dan banyak mengandung unsur sindiran terhadap negeri ini. Menurut penulis sendiri walaupun pekerjaan sebagai asongan itu kelihatannya tidak menarik, namun hasilnya tetap halal walaupun dengan upah yang minim, jika dibandingkan dengan petinggi negara, pekerjaan yang merupakan idaman banyak orang, belum tentu halal karena kebanyakan pejabat sekarang ini terlenakan dengan kemewahan dan fasilitas yang mereka terima sehingga mereka lupa akan tanggung jawabnya terhadap undang-undang yang berlaku tanpa mendengar keluhan rakyat jelata.

Melalui kisah yang ditampilkan dalam film ini, penulis berharap agar mengindahkan ungkapan “di langit masih ada langit”, yang maksudnya adalah jangan menyombongkan diri atas suatu pencapaian. Kita harus menoleh ke bawah dan semoga kita bisa lebih peka terhadap penderitaan yang dirasakan orang yang berada di bawah kita.

Tags: Film KomediIlham Fahiza PutraMahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Andalas
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA