Oleh: Lusi Sepriani, Mahasiswa Sosiologi Universitas Negeri Padang
Penggunaan istilah milenial dicetuskan oleh dua orang pakar yaitu William Strauss dan Neil didalam bukunya yang berjudul Millennials Rising: The Next Great Generation pada tahun 2000. Generasi milenial yaitu genarasi yang lahir pada tahun 1980 sampai 1990, atau pada awal tahun 2000-an. Genarasi milineal disebut juga sebagai generasi Y. Ciri-ciri dari generasi tersebut yaitu menyukai kebebasan, senang melakukan personalisasi, mengandalkan kecepatan informasi yang instan, suka belajar, inovatif, aktif berkolaborasi dan hyper tecnology Tapscoot (2018).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh lembaga Alvara Research Center menyebutkan bahwa generasi melinial mempunyai potensi dan peluang untuk melalukan terobosan baru baik secara teknologi maupun ekonomi (bisnis). Pada tahun 2020, generasi milenial mendominasi populasi di Indonesia dengan sekitar 34 persen, diikuti 20 persen generasi X, dan 13 persen generasi baby boomers (kelahiran 1946 hingga 1964).
Harapan kepada generasi milineal semakin besar dikarenakan pada tahun 2030 negara Indonsia mengalami bonus demografi. Dimana pada era ini penduduk Indonesia didomnasi oleh usia produktif sehingga sangat dibutuhkan generasi yang cakap dengan teknologi, apalagi ketika melihat tantangan kedepan yang mana perubahan begitu sangat pesat terjadi.
Generasi milenial tidak dapat dilepaskan dari penggunaan teknologi khususnya internet, karena sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini dan hampir semua kalangan memiliki media sosial. Oleh sebab itu, generasi milenial dapat dikatakan sebagai generasi yang hidup diera teknologi komunikasi dan informasi dalam setiap aktifitas kehidupannya. Tidak hanya itu, generasi milenial dituntut untuk mampu menguasi teknologi dan juga kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, tetapi juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab.
Para generasi milenial menjadi konseumen yang aktif terbanyak dengan sekitar 57 persen penggunaan internet adalah generasi milenial. Dari hasil Survei GlobaWebIndex para milenial mengakses internet diberbagai platfrom selama 2,5 jam perhari, sementara itu layanan streaming musik dan vidio masing-masing dipergunakan selama 1,7 jam dan 1,6 jam setiap harinya. Generasi milenial Juga membaca artikel dijejaring sosial selama 1,4 jam dan mendengarkan podcast selama 1,1 jam perhari. Setengah hari kegiatan milenial dihabiskan dengan berselancar diinternet.
Dengan kemahiran milenial menguasai internet, milenial dapat membuat perubahan baru. Hal tersebut juga dijelaskan Bodan dalam webinar “Generasi Melek Digital diadakan di DKI Jakarta “generasi yang melek digital, dapat bertindak sebagai agen perubahan atau agent of change. Karakteristiknya adalah mempunyai visi dan misi yang jernih dan kesungguhan dalam mencapai target/tujuan, bersikap kritis dan analitis, penuh inovatif dengan metode thinking out of the box, ide-ide segar, pemikiran-pemikiran kreatif keberanian pemuda menghasilkan terobosan”.
Literasi digital sendiri diartikan sebagai ketertarikan, sikap dan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. Cakupan dalam literasi digital tidak hanya dalam menggunakan teknologi, melainkan juga dalam kemampuan dan wawasan dalam merespon, menalar dan menggunakan media digital untuk memproses informasi, serta berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam rung lingkup digital. Liiterasi digitalt sama pentingnya seperti membaca, menulis, berhitung dan disiplin ilmu lainnya.
Douglas A. J Belshaw di dalam tesisnya yang berjudul “Digital Literacy? “ menyebutkan Ada delapan elemen dalam mengembanhkan literasi digital yaitu Pertama kultural yakni Pengguna wajib memahami ragam konteks dari setiap pengguna digital. Kedua kognitif yaitu daya pikir dalam menilai konten. Pengguna mesti memproses informasi yang diterima. Elemen ketiga adalah konstruktif atau reka cipta dalam menghasilkan sesuatu. Selanjutnya, komunikatif atau memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital. Kelima adalah kepercayaan diri yang bertanggung jawab. Sementara tiga elemen terakhir adalah kreatif atau melakukan hal baru dengan cara baru, kritis dalam menyikapi konten, serta bertanggung jawab secara sosial.
Kecakapan dasar dalam memahami dunia digital mampu mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi beserta sistem informasinya. Tak hanya cakap menggunakan, pengguna media digital juga harus bisa memanfaatkan fitur-fitur yang disediakan dalam piranti perangkat digital, misalnya penggunaan mesin telusur untuk mencari informasi dan memilahnya sesuai kebutuhan dan kebenaran konten. Atau bagaimana pengguna platform digital menggunakan aplikasi-aplikasi yang diunduhnya.
Milenial yang cenderung cekatan dalam menggunakan media sosial untuk berbagai keperluan harus turut berpartisipasi untuk melawan arus algoritma tersebut dengan menciptakan konten positif dan bermanfaat. Misalnya membuat konten yang edukatif, menghibut, inspiratif dan juga sesuatu yang uni dan memberika pengetahuan yang baru. Milenial yang memahami dan mengerti akan perkembangan serta penggunaan teknologi digital dapat beradaptasi dengan baik untuk mempersiapkan masa depan yang jauh lebih baik, serta dengan adanya lerasi digital akan menjaga generasi dari serangan hoax ataupun korban cyber crime oknum, yang tidak bertanggung jawab yang merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat luas
Dari uraian atas, dapar penulis simpulkan bahwa kemampuan dan kecakapan milenial sangat diperlukan dalam era sekarang ini apalagi dalam menguasi literasi digital sehingga para generasi mampu menciptakan dan memaksimalkan kemampuan dalam berbahasa, berbicara, dan berkomunikasi serta dapat memperluas jangkauan dan relasi sehingga menghadirkan circle yang positif, serta memanfaatkan media sosial sebagai platform untuk berbisnis dan meningkatkan personal branding agar lebih produktif sebagai kaum milenial. melineal untuk melek dalam melihat peluang dan melakukan trobosan baru dengan menguasai literasi digital.
Dengan menggunakan literasi digital sebagai wadah untuk menciptakan sesuatu yang baru, konten-konten positif, bermanfaat serta membangun., sehingga memaksimalkan kemampuan baik dalam berbahasa, berbicara, dan berkomunikasi serta sebagai platform untuk berbisnis dan meningkatkan personal branding agar lebih produktif sebagai kaum milenial.