Sabtu, Juli 12, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Puasa sebagai Terapi Psikosomatik

by matabanua
21 April 2022
in Opini
0
D:\Data\April 2022\2204\8\8\Nanang Qosim_Guru, Dosen dan  Peneliti.jpg
Oleh : Nanang Qosim, S,Pd.I, M.Pd , Dosen Agama Islam Poltekkes Kemenkes Semarang

Selama ini kita hidup di era modern dengan kemajuan ilmu pengetahuan yang semakin canggih. Manusia modern mestinya mampu berpikir logis dan mampu menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Pun, manusia modern mestinya lebih bijak dan arif serta lebih berbahagia dalam kehidupanya. Namun sayang, kenyataanya sekarang ini malah berbeda. Banyak yang kualitas hidupnya rendah di bandingkan dengan kemajuan teknologinya.

Perubahan pengetahuan yang begitu cepat menjadikan orang tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan lingkungannya. Akibatnya banyak orang mengalami keresahan, kehampaan spiritual, kehilangan makna serta tujuan hidup dan menimbulkan ketidakseimbangan mental serta mengalami gangguan kejiwaan.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Menuju Negeri Bersih dan Berdaya

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\Nur Alfa Rahmah.jpg

Indonesia Darurat Perundungan Anak: Mencari Solusi Sistemik

10 Juli 2025
Load More

Diantara gangguan kejiwaan itu antara lain penyakit Psikosomatik, yakni gangguan fisik yang disebabkan oleh faktor kejiwaan dan sosial. Perasaan tertekan, cemas, kesepian, kebosonan yang berkepanjangan yang dapat mempengaruhi kesehatan fisiknya. Jadi psikosomatik dapat disebut penyakit gabungan, fisik dan mental, atau dalam bahasa arabnya di sebut “ nafsa jasadiyah”. Yang sakit sebenarnya jiwanya tetapi menjelma dalam bentuk fisik.

Penderita psikosomatik biasanya mengeluh tidak enak badan, jantung berdebar-debar susah tidur, merasa lemah, dan tidak bisa konsentrasi. Bahkan penyakit maag kronis, menurut Subki Abdul Kadiri termasuk gangguan psikosomotik. Penemuan medis terbaru menyatakan, bahwa sekitar 70 % pasien yang datang berobat ke dokter atau rumah sakit tidak mengalami sakit secara fisik. Tetapi kebanyakan karenan gangguan mental yang berakibat pada penyakit fisik.

Puasa sebagai Jalan Terapi

Ibadah puasa di bulan Ramadan ini termasuk salah satu jalan terapi untuk menyembuhkan Psikosomatik. Sebagaimana dikutip dari Usman Najati (1995:207) yang menyatakan tentang pentingnya agama dalam mengatasi keresahan, kecemasan dan gangguan jiwa.

Keimanan kepada Tuhan merupakan kekuatan luar biasa yang membekali manusia dalam menanggung beratnya beban kehidupan, menghilangkanya dari keresahan yang menimpa manusia di zaman modern seperti sekarang ini. Lebih lanjut dia mengutip pendapat William James seorang filosof dari ahli ilmu jiwa terkemuka yang menyatakan bahwa terapi terbaik bagi keresahan ialah keimanan kepada Tuhan. Sebab individu yang benar-benar relegius akan terhindar dari segala keresahan dan gangguan jiwa.

Dan semua ahli psikoterapi setuju dan sependapat bahwa keresahan merupakan penyebab utama timbulnya timbulnya gangguan jiwa. Keimanan kepada Tuhan, apabila di tanamkan pada individu sedini mungkin akan memberinya pelindung dan penangkal dari berbagai gangguan kejiwaan. Oleh karena itu puasa ini merupakan pendidikan dan pelurusan jiwa serta penyembuhan dari berbagai gangguan jiwa dan tubuh. Karena selama puasa, dengan mencegah makan, minum dan hubungan seksual sejak sebelum fajar dampai terbenaam matahri, merupakan latihan dan menundukkan hawa nafsu.

Tidak lupa puasa juga melatih manusia untuk bersabar dalam menahan lapar, haus dan mengendalikkan hawa nafsunya. Kesabaran selama puasa akan berdampak positif bagi pribadi jika di terapkan dalam seluruh aspek kehidupan sehari-hari. Mengingat sabar adalah salah satu bentuk dari kecerdasan emosional, yang menjadikan manusia kokoh dan tangguh dalam mengahadapi problematika kehidupan yang semakin berat. Kecerdasan emosi juga berwujud rasa simpati dan empati kepada kaum dhuafa selama menjalankan puasa Ramadan, sehingga solidaritas sosial semakin tinggi.

Bulan ramadan yang di dalamnyaa penuh dengan amal kebaikan dan ibadah di bulan Ramadan seperti sholat terawih, tadarus Al-Qur’an, doa dan dzikir, I’tikaf menurut Dadang Hawari ( 1999:133) merupakan terapi psikiatri setingkat lebih tinggi di bandingkan dengan psikoterapi biasa. Sebab, ia mengandung unsur spiritual yang menimbulkan harapan (roja) dan rasa percaya diri (self confident) pada pasien. Dengan terapi itulah harapan untuk sembuh dari penyakit semakin kuat, kekebalan tubuh (immunitas) meningkat. Dengan demikian akan mempercepat penyembuhan psikosomatik.

Sering kita jumpai bahwa orang yang sedaang sakit maag, ketika tidak sedang berpuasa biasanya jika telat makan sakitnya akan kambuh. Tetapi begitu ia menjalankan puasa Ramadan justru lebih kuat bahkan sampai menyehatkan. Karena hal ini membuktikan bahwa puasa Ramadan mengandung hikmah menyehatkan jiwa dan badan.

Terapi Secara Holistik

Kita tahu bahwa penyakit psikosomatik dalam pengobatanya itu secara holistik, artinya di samping berobat secara media juga memperbanyak doa dan zikir. Terapi holistik dalam menghadapi penyakit psikosomatik selain menekankan dimensi biologik, psikologik dan psikososial, juga menggunakan pendekatan psiko-religius. Disitu pasien diajak untuk mengamalkan ajaran agama, secara benar sesuai tuntutan Syari’at Islam. Seperti kita ketahui ada emapat macam pengobatan sekaligus, yaitu : secara medis dengan obat, psiko-terapi, bersabar dan senantiasa berdoa memohon kesembuhan dari Allah.

Dalam sebuah riwayat nabi Muhammad saw pernah di datangi oleh sahabat, sang sahabat mengeluh atas keluhan fisik yang diderita oleh sahabatnya itu, yaitu penyakit di perutnya. Padahal sudah diberi pengobatan medis, namun belum sembuh juga. Kemudian Nabi menyatakan bahwa “ perut saudaramu berbohong” (H.R Bukhori) (Quraisy Syihab, 2002: 188). Maksud hadist di atas yaitu bukan fisiknya tetapi mentalnya yang terganggu yang berakibat pada sakit perut. Maka penyembuhanya harus dengan puasa.

Dengan demikian, maka benar jika dikatakan bahwa puasa sangat mempunyai hikmah yang luar biasa. Puasa menyehatkan kita baik jasmani dan rohani kita. Bagi mereka yang mempunyai penyakit akan segera sembuh.

Oleh karena itu mari kita menjalankan puasa Ramadan ini dengan keimanan setulus hati. Sebagaimana sabda Nabi saw “Barangsiapa yang melakukan puasa di bulan Ramadan keran iman dan mengarap ridha Allah, maka diampuni dari segala dosa-dosanya yang telah lalu”. (H.R Bukhari Muslim). Akhirnya, semoga kita termasuk golongan yang mengerjakan ibadah puasa di bulan Ramadan ini dengan iman setulus jiwa.

Tags: Dosen Agama Islam Poltekkes Kemenkes SemarangNanang Qosimpuasa
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA