Jumat, Juli 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Masyarakat Mampu Jangan Gunakan BBM Subsidi, Menteri ESDM Pantau Pasokan BBM di Kalsel

by matabanua
7 April 2022
in Headlines
0
PANTAU – Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi Dirut PT Pertamina Nicke Widyawati (kanan), saat memantau pasokan bahan bakar minyak (BBM) terutama solar dan pertalite di salah satu SPBU milik PT Borneo Anugrah Insanindo, di Desa Sei Alat Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, Kamis (7/4).

BANJARMASIN – Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif didampingi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, memantau langsung pasokan bahan bakar minyak (BBM) terutama solar dan pertalite di beberapa SPBU di Kalsel, Kamis (7/4).

Arifin Tasrif juga sempat berbincang-bincang dengan beberapa sopir angkutan truk, yang banyak mengeluhkan sulitnya memperoleh BBM jenis solar.

Artikel Lainnya

Bambang Maju pada Pemilihan Ketua Golkar Kalsel

Bambang Maju pada Pemilihan Ketua Golkar Kalsel

11 Juli 2025
Pemerintah Tak Punya Uang Gratiskan SD dan SMP Swasta

Pemerintah Tak Punya Uang Gratiskan SD dan SMP Swasta

10 Juli 2025
Load More

Para sopir menyampaikan, mereka seringkali harus antre menunggu empat sampai lima jam, baru memperoleh solar di SPBU.

Menanggapi hal itu, Arifin Tasrif mengatakan, solar subsidi maupun pertilte harus diberikan kepada warga yang tepat sasaran. Karena subsidi itu adalah dana pemerintah untuk warga yang kurang mampu dan yang memerlukan.

“Solar subsidi setiap tahun memang jatahnya sudah ditentukan, seharusnya mereka yang tidak berhak tidak memanfaatkan solar bersubsidi, karena disparitas sangat tinggi. Bedanya, antara yang tidak subsidi Rp 8 ribuan lebih murah yang subsidi. Artinya selama ini pemerintah memberikan banyak subsidi terkait ini dan jangan sampai ada bocor,” tegas Arifin Tasrif, saat memantau pasokan BBM terutama solar di SPBU PT Borneo Anugrah Insanindo, Jalan A Yani Km 49 Desa Sei Alat Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar, kemarin siang.

Karena itu, sambung Arifin Tasrif, pihaknya mengimbau masyarakat yang sudah mampu jangan menggunakan yang non-subsidi. Sehingga subsidi betul-betul tepat sasaran.

Faktanya, kata dia, banyak juga mobil-mobil yang tangkinya besar, dan ini harus ada aturan. Pertamina selalu berusaha untuk bisa memonitor ini. Beberapa waktu lalu memang ada permintaan mendadak meningkat, karena ada kegiatan ekonomi yang meningkat.

“Ke depan mudah-mudahan bisa kita kendalikan. Sehingga suplai BBM untuk kendaraan-kendaran yang berhak mendapatkan solar subsidi dapat dipenuhi,” ujarnya, seraya berharap masyarakat yang sudah mampu, gunakanlah solar nonsubsidi, agar subsidi itu tepat sasaran. Sekarang ini, harga minyak dunia meningkat, karena ada konflik Rusia dengan Ukrania.

Namun, menurut menteri ESDM, BBM di Indonesia ini paling murah dibandingkan negara-negara ASEAN. Sedangkan, contohnya di Inggris harga Pertamax Rp 44 ribu lebih, dan Jerman Rp 60 ribu.

Untuk stok saat ini, Arifin Tasrif mengatakan, selama bulan Ramadhan sampai lewat Hari Raya Idul Fitri, diperkirakan cukup. Tahun ini kuota ditambah di atas 10 persen secara hitungan keseluruhan, termasuk solar subsidi.

Sementara, Area Manager Communication & CSR Regional Kalimantan Susanto August Satria mengatakan, sehubungan dengan perubahan status Pertalite dari Jenis BBM umum (JBU) menjadi jenis BBM khusus penugasan (JBKP), Pertamina menginformasikan pelarangan pembeliannya menggunakan jerigen/drum.

Menurutnya, aspek Health, Safety and Environment (HSSE) harus menjadi perhatian utama pelayanan di SPBU, mengingat Pertalite merupakan BBM jenis Gasoline yang termasuk kategori barang mudah terbakar.

“Apabila terjadi pelanggaran pelayanan Pertalite, maka akan diberi pembinaan atau sanksi sesuai ketentuan yang berlaku,” ujarnya.

Sementara, Direktur PT Borneo Anugrah Insanindo Muhammad Asyadi mengatakan kuota di SPBU 63.706.01 mencapai 5,6 KL per hari. “Jadi penyaluran biosolar sangat lancar dan terdigitalisasi. Memang sempat ada antrean panjang, dan saat kita distribusikan antara 6-7 jam, solar ludes terjual,” ujarnya.

Ia mengharapkan bahwa kuota subsidi solar dan subsidi Pertalite ditambah dari BPH migas. “Kasihan para sopir antre terus berjam-jam,” ujarnya.

Selain itu, ia menekankan agar pemerintah juga mengatur penggunaan solar dan pertalite yang subsidi dengan mengsegerakan penggunaan kartu Fuel card atau kartu Kendali dari pemerintah atau Pertamina.

Ada penambahan volume pemakaian biosolar dari masyarakat dengan selisih harga terlalu jauh Rp 8 ribuan antara solar subsidi dan non subsidi,” jelasnya. rds

Tags: Arifin TasrifBBM SubsidiDIRUT PT PertaminaMenteri ESDMNicke WidyawatiPasokan BBM di KalselSolar Subsidisulitnya memperoleh BBM
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA