Mata Banua Online
Rabu, Desember 24, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Generasi Muslim, Pelopor Perubahan dan Tantangan di Era Digital

by Mata Banua
23 Desember 2025
in Opini
0

Oleh : Fitriyani

Tatanan sekuler kapitalistik telah mendominasi kehidupan manusia di era digital. Pandemi COVID-19 mempercepat digitalisasi kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, sehingga platform digital menjadi ruang utama pembentukan kesadaran terutama generasi muda, generasi yang paling intens hidup di ruang digital. Kondisi ini memunculkan hal-hal yang positif dan negatif pada Gen Z.

Berita Lainnya

G:\2025\Desember 2025\24 Desember 2025\8\Opini Rabu\Wira Dika Orizha Piliang.jpg

Pelanggaran HAM dalam Duka Sumatera

23 Desember 2025
Berburu Wajib Pajak: Beban Rakyat di Tengah Krisis Anggaran

Generasi Muslim, Pelopor Perubahan dan Tantangan di Era Digital

23 Desember 2025

Hal positif, munculnya fenomena Gerakan untuk perubahan yang diinisiasi anak-anak muda. Gen Z yang sejak awal hidupnya berinteraksi melalui media sosial muncul sebagai aktor politik baru yang memelopori gerakan protes dalam waktu cepat.

Gerakan sosial di era digital semisal Arab Spring 2011, Black Lives Matter, protes iklim, gerakan pro-Palestina, #MeToo, protes mahasiswa di berbagai negara, dan demo 25 Agustus 2025 di Indonesia menunjukkan bahwa Gen Z membangun kesadaran akan persoalan terutama melalui:TikTok, Instagram, X/Twitter,YouTube, Reddit, Discord, Platform pesan seperti WhatsApp & Telegram.

Di sisi lain kita juga khawatir akan kondisi generasi kita. Headline media dipenuhi berita persoalan yang menimpa gen Z. Resiko interaksi dengan platform digital, terutama medsos telah memunculkan problem serius, mulai dari menjadi korban pinjol, judol, kekerasan seksual, perundungan digital hingga masalah isu kesehatan mental.

Data Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), mencatat satu dari tiga remaja Indonesia memiliki masalah kesehatan mental sementara satu dari dua puluh remaja Indonesia memiliki gangguan mental dalam 12 bulan terakhir. Angka ini setara dengan 15,5 juta dan 2,45 juta remaja.

Hegemoni Digital

Apa yang menimpa generasi kita harus dipahami sebagai hasil dari tatanan kehidupan sekuler. Semenjak Amerika Serikat (AS) memimpin dunia dengan ideologi kapitalisme, tidak ada yang terjadi di dunia ini kecuali harus dikaitkan dengan tatanan sekuler kapitalisme.

Saat ini sistem kapitalisme melakukan wajah baru melalui percepatan adopsi teknologi digital. Di sinilah muncul bentuk baru kapitalisme platform. Yaitu adanya beberapa perusahaan teknologi besar (big-tech) beroperasi dengan memonopoli dan mengendalikan infrastruktur digital yang menopang aktivitas ekonomi global.

Kapitalisme platform menjadikan data, algoritma, dan jaringan pengguna sebagai sumber utama keuntungan. Perusahaan-perusahaan seperti Google, Meta, TikTok, Shopee, hingga perusahaan ride-hailing (Gojek, Grab, Maxim, dsb) menguasai infrastruktur digital yang menjadi kebutuhan dasar masyarakat.

Mereka tidak hanya menjual layanan, tetapi mengatur cara orang bekerja, berbelanja, bersosialisasi, dan bahkan berpikir. Ketergantungan inilah yang membuat platform digital menjadi aktor ekonomi paling kuat setelah pandemi—mereka memimpin rebound kapitalisme global. Dominasi ini melahirkan hegemoni digital, yaitu keadaan ketika platform bukan lagi sekadar penyedia jasa, tetapi produsen budaya dan pembentuk kesadaran masyarakat.

Sekulerisme Menguat

Platform digital raksasa kebanyakan lahir dari Amerika Serikat dan Eropa Barat, yang menjadikan sekulerisme sebagai fondasi kehidupan sosial dan politik mereka. Implikasinya sebagai berikut:

Pertama, standar moral dan aturan platform mengikuti nilai para kapitalis (pemodal) dan negara asalnya. Misalnya, agama ditempatkan di ruang spriritual belaka dan dilarang masuk ruang publik, sedangkan kampanye individualisme, kebebasan tanpa batas, dan gaya hidup liberal diterima secara normal.

Kedua, platform membawa definisi tentang “konten yang layak” berdasarkan norma Barat.Ini mencakup batasan pembahasan agama dalam ruang publik dan preference pada konten non-agamais sebagai konten “aman” dan “universal”.

Ketiga, teknologi platform diposisikan sebagai “netral”, padahal sarat nilai. Desain algoritma, kebijakan moderasi konten, sampai struktur bisnisnya mencerminkan ideologi pembuatnya.

Dari sinilah penguatan sekulerisme dimulai: melalui nilai-nilai yang ditanamkan secara halus dalam arsitektur teknologi yang kini digunakan oleh miliaran manusia,terutama kaum muda-Gen Z.

Misi Penyelamatan

Misi penyelamatan generasi adalah kewajiban bagi setiap muslim. Upaya penyelamatan generasi hanya bisa terwujud dalam naungan khilafah Islam. Karena hegemnoni digital di tangan raksasa digital yang sekuler lagi rakus cuan hanya bisa dilawan oleh kedaulatan digital umat Islam yang diwujudkan oleh khilafah. Kenapa khilafah?

– Yang dibutuhkan umat hari ini bukan hanya pemblokiran konten-konten negatif atau berbahaya. Meski jutaan konten diblokir atau dihapus, platform digital yang berperan seperti pemilik lapak dengan algoritmanya akan terus menyuplai konten yang mengontrol perilaku umat agar makin sekuler, liberal dan adiksi terhadap gaya hidup kapitalistik.

– Negara sekuler manapun saat ini tidak benar-benar serius menghentikan bahaya kapitalisme digital. Negara seperti Australia, Uni Eropa dan Indonesia hanya membuat peraturan mengurangi dampak negatifnya. Bukan menghentikan bahayanya. Negara saat ini hanya mewajibkan platform menyediakan fitur keamanan, melakukan verifikasi usia, hingga memblokir akses anak terhadap risiko konten berbahaya, seperti kekerasan ekstrem, pornografi, perjudian, hingga eksploitasi data anak. Itu pun dilakukan karena rakyatnya berulang protes dan negara juga kewalahan mengatasi dampaknya.

– Hanya negara khilafah lah yang mampu berinvestasi besar untuk membangun teknologi tinggi demi maslahat umat, bukan demi keuntingan segelintir kapitalis. Dari itu bisa dihasilkan paltform digital baru jika dibutuhkan yang mampu menandingi raksasa digital hari ini. Kekuatan politik yang dimiliki oleh khilafah saja yang bisa membentengi umat Islam dan manusia dari kerusakan akibat kamajuan teknologi digital.

Adalah tanggung jawab setiap muslim untuk hidup dalam kehidupan islam. Tidak hadirnya kehidupan islam menuntut amal perubahan dengan dakwah. Dalam pandangan Islam, hari ini, setiap muslim punya kewajiban yang sama untuk beraktivitas dakwah mengembalikan kehidupan islam dan mengemban dakwah islam ke seluruh alam dengan berdirinya daulah khilafah.

Semua elemen umat harus berkontribusi dalam dakwah, terutama kalangan muda. Mereka punya potensi besar karena mampu memanfaatkan teknologi digital. Hanya saja butuh upaya mengaktivkan generasi muslim agar mampu berkontribusi dalam dakwah.

Lalu, bagaimana menjadikan generasi muslim sebagai pilar penting dalam perubahan? Rasulullah telah memberi contoh dalam perjalanan dakwah beliau membangun kehidupan islam dengan mendirikan daulah islam di Madinah.

Rasulullah berhasil membina mereka generasi muda kala itu di Mekkah. Beliau menanamkan akidah sebagai visi hidup (qiyadah Fikriyah) dan syariat Islam sebagai solusi atas persoalan kehidupan. Setiap dari mereka memiliki iman kuat dan peran yang penting dalam mengemban risalah perjuangan dakwah dan membangun peradaban Islam.

Kunci keberhasilan Rasulullah Saw adalah dengan meleburkan generasi muda tersebut dalam jemaah (hizbullah). Di tengah tantangan sistem jahiliyah yang merusak akidah dan nilai-nilai kehidupan. Generasi muda melebur dalam pembinaan intensif dan perjuangan. Rasulullah saw menjadi teman dan memberi teladan dalam kehidupan sehari-hari dan juga dalam dakwah.

Hari ini, untuk menguatkan identitas generasi muslim dan mengaktifkan aktivisme mereka agar berkontribusi pada revolusi islam, maka dibutuhkan penanaman ideologi islam dalam pembinaan dan terlibat dalam dakwah politik bersama partai politik islam ideologis.

Pembinaan seperti ini harus dilakukan di dunia nyata, karena yang dibina Adalah pola pikir dan pola sikapnya (syakhshiyah) agar siap mengorbankan potensi terbesarnya untuk kembalinya sistem khilafah. Karenanya, perlu untuk meleburkan umat dengan ideologi islam.

Dalam konteks penegakan sistem khilafah, peran politik pemuda sama dengan kalangan tua. Maka generasi muda maupun senior sejatinya memiliki amanah yang sama, amanah perjuangan menegakkan kembali sistem khilafah. Dua generasi satu amanah.

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran ayat 104)

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020, Indonesia memiliki rasio gen Z laki-laki 36,7 juta dan perempuan 34,7 juta. Jumlah besar ini adalah aset politik, penggerak megaproyek perubahan sistem politik Islam (Khilafah).

Kita berharap, besarnya jumlah generasi muda muslim menaikkan harapan perubahan islam dan kemenangan semakin dekat. Maka mari kita sampaikan seruan hangat kepada anak-anak muda agar bersama kita membina kepribadiannya dalam pembinaan umat yang kaffah.

Bersama hizb mereka dibimbing agar memanfaatkan potensi digitalnya untuk memperkuat pesan dakwah ideologis dan mempercepat meluasnya kesadaran politik agar meninggalkan tatanan kapitalisme menuju tatanan kehidupan Islam. Mari kita bimbing pemuda muslim hari ini menjadi pelopor perubahan. Wa Allahu A’lam

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper