
Oleh: Fadhila Rohmah, S.I.Kom (Aktivis Pemuda)
Banjir besar yang terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan wilayah Aceh telah menyita perhatian. Bencana alam banjir bandang ini telah memakan banyak korban jiwa. Pada Senin yang lalu (01/12/25) telah terdata pada situs Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Bencana (Pusdatin BNPB) bahwa jumlah korban meninggal sebesar 604 orang. Di Sumatera Utara sebanyak 283 jiwa, Sumatera Barat 165 jiwa, dan Aceh 156 jiwa (Kompas.com, 01/12/25). Lebih besar lagi jika kita menambah data tersebut dengan jumlah korban luka-luka, korban yang masih hilang, jumlah kerusakan fasilitas dan rumah warga, serta jumlah warga yang harus mengungsi.
Jumlah korban jiwa ada kemungkinan terus bertambah, mengingat masih ada daerah-daerah terisolasi dan masih banyak korban yang dinyatakan hilang. Dengan skala kerusakan yang besar dan luasnya bencana, masyarakat menuntut Presiden Prabowo untuk menetapkan status bencana nasional karena dengan begitu negara dapat menurunkan aparatur negara dalam jumlah besar untuk membantu evakuasi, penyelamatan para korban, dan perbaikan daerah. Namun hingga saat ini Presiden belum memberikan respon terhadap desakan ini.
Dari bencana besar yang terjadi, negeri ini harus berbenah diri secara komprehensif. Bencana banjir bandang ini menunjukkan bagaimana lemahnya mitigasi negara terhadap kemungkinan bencana alam. Tidak hanya itu, bencana ini juga menguak sebuah fakta bahwa ini terjadi bukan hanya karena curah hujan ekstrem akibat fenomena siklon tropis senyar, namun juga karena adanya indikasi pengrusakan ekosistem yang berlebihan.
Viralnya gelondongan kayu terbawa arus air yang tertangkap di media sosial, juga video tumpukan gelondongan kayu yang sangat besar membuka mata kita adanya penebangan hutan yang tidak terkendali oleh berbagai perusahaan yang bertempat di Sumatera dan Aceh. Penebangan besar-besaran ini telah menghilangkan daerah resapan air dan merusak ekosistem sehingga puncaknya berdampak pada terjadinya banjir bandang yang sangat besar ini.
Alih fungsi lahan dan pembukaan hutan besar-besaran ini tidak mungkin berlangsung begitu saja hanya dalam waktu satu-dua hari. Dari sini kita dapat melihat adanya sebuah kerusakan sistemik yang memberi celah konsesi terhadap perusahaan-perusahaan untuk mengalih fungsikan lahan dan melakukan pembukaan hutan untuk kepentingan bisnis tanpa memperhatikan dampak ekologis berkepanjangan.
Kacamata pembangunan dalam Kapitalisme yang memandang segala sesuatu dari kacamata keuntungan materi yang berujung kepada menghalalkan aktivitas apapun selama memiliki keuntungan, telah menjadi akar dari ironi ini. Pembangunan berbasis bisnis berdampak kepada kerakusan tanpa memperhatikan dampak berkepanjangan. Pengrusakan terhadap ekosistem hutan, penebangan hutan heterogen demi membuka lahan untuk kepentingan korporasi, serta adanya konsesi pembukaan lahan yang tidak segera ditindaklanjuti oleh pihak berwenang, telah berdampak kepada Sumatera dimana puncaknya alam yang memberikan pesannya melalui bencana banjir ini yang masih terus-menerus memakan korban jiwa.
Islam memiliki kacamata yang komprehensif dan berdampingan dengan alam. Hal ini sejalan dengan apa yang Allah sampaikan di dalam Al-Qur’an QS. Al-Baqarah: 30 yang berbunyi, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Ayat ini mengatakan bahwa seharusnya bumi ini dijaga dan dilindungi oleh manusia yang merupakan khalifah atau pemimpin di muka bumi.
Islam memiliki tata aturan yang komprehensif dalam pembangunan yang berdasar kepada kacamata kemaslahatan manusia dan ketinggian peradaban, bukan semata keuntungan. Sehingga pembangunan di dalam Islam mengedepankan kesejahteraan masyarakat dengan tetap berdampingan dengan penjagaan alam, bukan dengan pembangunan rakus ala Kapitalisme. Selain itu, Islam memiliki sistem mitigasi bencana alam yang ditunjukkan lewat pengaturan kas negara yang tertuang di dalam sistem ekonomi dan keuangan Islam bahwa salah satu pembagian kas negara diperuntukkan untuk mitigasi bencana. Begitu lengkapnya Islam telah mengatur dalam aturan-aturannya yang tidak hanya menjadi solusi namun juga membawa keberkahan di bumi ini, InsyaAllah.
Wallaahu a’lam bish shawwab.

