
JONGGOL – Penemu bahan bakar Bobibos, M Iklas Thamrin mengklaim mempunyai Research Octane Number (RON) 98. Dengan demikian, Bobibos diklaim sejajar dengan Pertamax Turbo Niaga atau Shell V-Power Nitro.
Ikhlas mengatakan, Bahan Bakar Original Buatan Indonesia, Bos! atau Bobibos merupakan bahan bakar karya anak bangsa yang diluncurkan di Bumi Sultan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad lalu. Bahan bakar ini diklaim mempunyai emisi hampir nol berdasarkan riset sepanjang satu dekade.
Iklas Thamrin mengaku kaget saat tahu bahan bakar buatannya punya kualitas RON 98 dar uji internal. Iklas pun mengaku ingin mendapat hasil pasti lewat pengujian di lembaga lain. “Tentu karena pengen tahu hasil ronnya berapa, kita nggak pede walau ada data sendiri, kita datang ke Lemigas. Syarat kita penuhi, kasih sampel keluar uji labnya dinyatakan bensinnya (RON) 98,1. Dari situ kita terkejut,” kata Iklas dalam konferensi pers.
Iklas memilih pengujian di Lemigas karena merupakan lembaga paling berwenang dalam urusan uji bahan bakar di Indonesia. Lewat hasil uji ini, Iklas makin yakin dengan produk buatannya. “Definisinya Ron 98, tentu subjektif makanya saya keliling datang ke lab swasta Sucofindo, kampus. Ternyata yang punya otoritas uji bahan bakar cuma Lemigas,” kata Iklas.
Iklas terkejut dengan hasil pengujian di Lemigas. Iklas memastikan pengujian itu dilakukan Bobibos sesuai mekanisme dan standar yang berlaku. “Nah dari situ kita surprise juga. Alhamdulillah, nah dan tentu yang kita uji adalah full spec ya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditentukan,” ujar Iklas.
Iklas juga menjelaskan sebelum uji di Lemigas, Bobibos sudah menuntaskan uji fungsi internal. Ini diawali pengujian Bobibos dengan mesin genset, sepeda motor, mobil hingga bus. Pengujian itu dilakukan secara bertahap dan kehati-hatian.
“Jadi sebenarnya kalau diceritakan itu panjang dan praktiknya itu tahunan. Kalau diceritakan munkin ya sesimpel ini, tapi kita praktik itu tahunan,” ucap Iklas.
Iklas Thamrin menjelaskan pemilihan bahan baku didasarkan riset panjang. Pemilihannya didasarkan pada jumlahnya, kemudahan mendapatkannya, dan tak membuat harga pokok produksi (HPP) melambung.
“Bagaimana bahan baku ini kita cari yang melimpah, kita nggak perlu suruh masyarakat untuk tanam. Basisnya sawah itu hasilkan padi, jerami, nah itu yang kita manfaatkan,” kata Iklas dalam kegiatan itu.
Iklas meyakini keputusan membuat bahan bakar dari jerami terbilang tepat. Sebab jerami tak membuat HPP membengkak. Sehingga nantinya harga jual Bobibos diharapkan bisa di bawah bahan bakar lain. “Poinnya kenapa jerami? Dari riset kami jerami yang buat HPP bisa bersaing,” ujar Iklas.
Iklas menyebut jerami yang didapat dari petani diproses sedemikian rupa hingga dapat menjadi bahan bakar Bobibos. Salah satu proses itu melibatkan penyuntikan serum “rahasia” yang membuat jerami dapat menjadi bahan bakar. Iklas enggan merinci proses tersebut karena menjadi bagian dri resep rahasia Bobibos. cnn/mb06

