Mata Banua Online
Rabu, November 5, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

A400M, Sang “Garuda Baja” Penakluk Api Sekaligus Penyelamat Jiwa

by Mata Banua
5 November 2025
in Opini
0
D:\2025\November 2025\6 November 2025\8\Opini  Kamis\master opini.jpg
Pesawat angkut TNI AU A400M saat menjalani prosesi Water Salute di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (3/11).(foto:mb/ant)

Oleh : Walda Marison

Sejak pertama kali mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (3/11), aura kuat dan gagah yang dia pancarkan begitu terasa.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\6 November 2025\8\Opini Kamis\Foto opini 1.jpg

Permasalahan TKA dan Jalan Tengahnya

5 November 2025
D:\2025\November 2025\4 November 2025\8\8\Sabarnuddin.jpg

Menapaki Jalan Terjal Perbaikan Moralitas Siswa

4 November 2025

Badan besarnya mendarat dengan mulus, penuh wibawa. Dia meluncur dengan elegan di landasan pacu, seakan-akan tak peduli dengan udara panas pukul 10.00 WIB yang saat itu membakar sekujur tubuhnya.

Dia berjalan nan tenang dari ujung landasan, menabrak fatamorgana yang tak berhenti bergelombang.

Ketika berjalan menghadap publik yang menunggu, dia langsung disambut dengan semburan air dari sisi kanan kirinya. Umumnya disebut Water Salute.

Namun semburan air itu tak dihiraukannya.

Dia biarkan bulir-bulir air itu menyelimuti setiap jengkal tubuh kekarnya yang sudah panas dijilati matahari.

Baling-baling yang bertindak sebagai tangan utamanya pun terlihat kekar ketika menerjang semburan air yang tak beraturan.

Tidak lupa tepuk tangan dari para pejabat berpangkat bintang dan barisan orang asing mengiringi setiap langkahnya.

Namun, tepuk tangan para manusia itu tak sanggup menutupi suara raungan mesin nan menggelegar miliknya.

Dia lah pesawat angkut A400M, sang “Garuda Baja” milik TNI AU.

Sepertinya tidak berlebihan jika disebut sebagai sang Garuda., melihat begitu besar, gagah dan penuh wibawanya pesawat tersebut. Sama seperti burung Garuda, sang lambang negara yang menggambarkan kekuatan, kebesaran dan berwibawanya bangsa Indonesia.

Kedatangannya begitu ditunggu-tunggu sejak Kementerian Pertahanan menandatangani kontrak pembelian tahun 2021 yang mulai efektif pada 2022.

Sejak saat itu lah, pihak Airbus Defence and Space selaku pabrikan mulai merakit dengan serius A400M itu demi lahirnya sang raksasa baru milik Indonesia.

Pesawat A400M dengan nomor ekor A-4001 tidak seperti pesawat angkut lain yang dimiliki TNI AU, baik dari ukuran maupun teknologi.

Pesawat angkut A400M usai mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (3/11/2025) (ANTARA/Walda Marison)

Pesawat ini memiliki panjang 45,10 meter, tinggi 14,70 meter dan lebar sayap 42,40 meter. Dimensi kargo yang dimiliki sepanjang 23,10 meter, lebar 4 meter dan tinggi empat meter.

Pesawat ini juga dilengkapi dengan empat mesin proppeler yang dapat menghasilkan 11.000 tenaga kuda untuk setiap mesinnya.

Mesin tersebut dapat membuat pesawat seberat 76,5 ton ini lepas landas dengan kecepatan maksimal 433 knots serta mampu terbang dengan daya jelajah 8 jam tanpa mengisi bahan bakar. Maksimal ketinggian yang dapat dicapai sang garuda yakni 40.000 kaki.

Dengan kargo besar dan mesin sekuat itu, pesawat ini dapat menampung 116 pasukan, muatan seberat 37 ton berupa helikopter, kendaraan darat hingga logistik dalam jumlah besar.

Dari sisi teknologi, pesawat ini memiliki kemampuan sistem komunikasi AFDX, MDX Auto Chanel, navigasi berbasis GPS, GNSS, FMS, IRS serta sistem display Head Up Display (HUD), Navigation and Tactical Display (NTD) dan juga Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM) disertai juga dengan sistem surveilance TCAS, TAWS, DASS dan RWR.

Deretan kemampuan tersebut menjadikan A400M sebagai pesawat terbesar dan tercanggih diantara deretan pesawat angkut lain yang dimiliki TNI AU.

Ambulans sekaligus pemadam

Namun demikian, segala kemampuan itu tidak untuk menjadikan A400M sebagai pesawat angkut biasa. Pesawat ini akan ditugaskan menjadi pemadam kebakaran hutan sekaligus ambulans udara andalan TNI AU.

Presiden Prabowo Subianto ketika menerima langsung pesawat ini mengatakan keseriusannya untuk menjadikan A400M sebagai ambulans udara.

Prabowo ingin A400M ini mengikuti jejak beberapa pesawat yakni Hercules C-130 dan Casa/CN-235 yang sudah memiliki kontainer ambulans udara di dalamnya.

Dengan adanya modul ambulans udara di A400M, pesawat ini memungkinkan untuk mengevakuasi korban bencana dalam jumlah banyak dan merawat sementara saat pesawat mengudara.

Tidak hanya korban bencana, pesawat ini juga bisa membawa dan merawat pasukan yang terluka karena menjalankan operasi militer.

Bahkan, Prabowo membuka peluang menggunakan pesawat ini untuk melakukan misi perdamaian di wilayah konflik di Gaza.

Selain sebagai ambulans udara, pesawat ini juga didesain untuk menjadi pemadam kebakaran hutan.

Seperti yang telah diketahui, bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) sudah menjadi perhatian serius pemerintah pusat, bukan hanya karena dampak lingkungan saja melainkan dampak lain di dunia internasional.

Per tahun 2025 saja, Indonesia memiliki beberapa lokasi yang rawan terjadi karhutla seperti Gorontalo, Riau, NTT, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua Selatan.

Dampak secara internasional yang ditimbulkan yakni beberapa negara tetangga terganggu dengan kiriman asap karhutla Indonesia karena dianggap dapat merusak kualitas udara.

Karenanya, A400M hadir untuk mencegah terjadinya karhutla di Indonesia.

Pihak Airbus sendiri sudah melengkapi A400M TNI AU dengan perangkat modular roll on/roll yang memungkinkan pesawat ini dikonfigurasikan menjadi pemadam kebakaran udara dengan kemampuan membawa 20.000 liter air atau bahan retardant dalam satu kali misi.

Tidak ketinggalan pesawat ini juga bisa menjalankan misi pengisian bahan bakar di udara atau air to air refueling, sama seperti beberapa Hercules yang dimiliki TNI AU.

Kacamata pilot

Mayor (Pnb) Riki Sihaloho menjadi salah satu dari empat penerbang TNI AU dari Skuadron 31 Halim Perdanakusuma yang terpilih menjadi calon penerbang A400M.

Demi menguasai sang “Garuda Baja”, Riki harus menimba ilmu selama kurang lebih tiga bulan di Sevilla, Spanyol. Selama di sana, dia dan tiga pilot lainnya mempelajari A400M dari segi teknis hingga praktek.

Namun demikian, praktek yang dimaksud bukan dengan mengendarai A400M secara langsung. Mereka menggunakan alat flight simulator untuk mengasah kemampuan pengendalian pesawat.

Riki dan penerbang AU lain harus menjalankan praktek flight Simulator selama 200 jam dan Computer Based Training (CBT) selama 100 jam.

Bahkan ketika pesawat sampai ke Indonesia, Riki belum diizinkan membawa langsung pesawat tersebut.

Alhasil Riki dan tiga rekannya harus pulang ke tanah air dengan A400M yang diawaki oleh pilot pendamping dari Spanyol.

Dari kacamata Riki yang merupakan penerbang pesawat Hercules, pesawat ini memiliki perbedaan yang sangat banyak dibandingkan dengan pesawat angkut TNI AU pada umumnya.

Salah satu perbedaan mendasar yakni dari jenis kemudi pesawat. Pesawat angkut TNI AU pada umumnya menggunakan jenis yoke yang mengharuskan pilot menggunakan ke dua tangan untuk memegang kemudi

Sedangkan untuk A400M menggunakan jenis kemudi side by stick layaknya pesawat tempur. Hal tersebut membuat Riki harus kembali mempelajari ulang tata cara pengendalian kemudi pesawat.

Setelah pesawat mendarat di Jakarta, Riki dan penerbang lain baru akan melakukan latihan terbang secara langsung didampingi pilot dari Airbus. Dalam tahap ini, Riki harus berhasil mendapatkan kesempatan 200 jam terbang.

Setelah itu, dia baru bisa melakoni latihan ragam manuver dari mulai air to air refueling, manuver drop of logistik, pemadaman api dari udara, evakuasi korban bencana hingga membawa pasukan penerjun.

Walau perjalanan Riki dan tiga calon penerbang A400M lain masih panjang, Riki mengaku tetap bersemangat.

Bagi dia, terpilih menjadi salah satu calon pilot A400M saja sudah menjadi anugerah terbesarnya sebagai prajurit TNI AU. Karenanya, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini dan memberikan yang terbaik untuk TNI AU.

Kini, A400M tengah berteduh di balik atap hanggar Skuadron 31 Halim Perdanakusuma. Sang “Garuda Baja” masih berdiri gagah penuh siaga menjalankan perintah negara.

Mungkin, deretan tugas seperti misi kemanusiaan, pemadaman kebakaran hutan hingga operasi militer sudah menunggu di depan matanya. Menghadapi semua itu, A400M dipastikan tidak gentar dan akan selalu kuat layaknya sang Garuda.

Parasnya yang tegas akan selalu siap menabrak langit cerah, gelap, bahkan hujan badai sekalipun demi tuntasnya misi yang diturunkan sang panglima tertinggi.

Kehadiran A400M ini adalah simbol kemajuan pertahan TNI AU demi terjaganya kedaulatan negara Indonesia di udara. (ant)

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper