Mata Banua Online
Kamis, Oktober 30, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Perajin Tahu Tempe Lebih Suka Kedelai Impor

by Mata Banua
29 Oktober 2025
in Ekonomi & Bisnis
0
D:\2025\Oktober 2025\30 Oktober 2025\7\7\master 7.jpg
KETERGANTUNGAN KEDELAI IMPOR – Hampir semua para pelaku usaha tahu dan tempe lebih menyukai kedelai impor dibanding kedelai lokal dalam proses pengolahan tahu dan tempe. Selain kualitas lebih bagus, juga harga dan ketersediaan stabil.(foto;mb/ist)

JAKARTA – Para perajin tahu dan tem­pe di sejumlah daerah masih me­ng­gantungkan bahan baku dari kedelai im­por. Alasannya, bukan semata ka­re­na pasokan yang lancar, tetapi juga ka­rena kualitas kedelai impor dinilai le­bih baik dibandingkan kedelai lokal.

Selain itu menyangkut harga dan ke­tersediaan stok kedelai impor saat ini terbilang masih stabil.

Berita Lainnya

D:\2025\Oktober 2025\30 Oktober 2025\7\7\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

Harga Emas Antam Kembali Terkoreksi ke Rp2,267 Juta

29 Oktober 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Rumus Perhitungan UMP Berpeluang Berubah

29 Oktober 2025

Sendi Ferdian, perajin tahu tempe asal Kelurahan Jagabaya III, Ke­ca­mat­an Way Halim, Bandar Lampung me­ng­atakan kedelai impor memiliki kua­­litas yang lebih bagus di­ban­di­ng­kan kedelai lokal. “Kalau pun kedelai lo­kal lebih murah, kami tetap pilih ya­ng impor karena hasilnya lebih ba­gus,” tambahnya.

Dia menjelaskan, kenaikan harga kedelai bisa berdampak langsung pada produksi. Jika harga bahan baku na­ik signifikan, satu-satunya cara un­tuk bertahan adalah dengan m­e­ng­u­ra­ngi ukuran tahu dan tempe.

Namun langkah itu tak mudah di­la­kukan karena bisa memicu protes da­i konsumen. “Konsumen biasanya la­ngsung tanya ke pedagang kenapa uku­rannya mengecil,” katanya.

Saat ini ia mengaku pasokan ke­de­lai untuk usahanya relatif masih lan­car dan stabil. Dalam sebulan Sendi me­n­gaku membeli hingga empat ton ke­delai.

Terpisah, Asosiasi Kedelai In­do­neia (Akindo) memproyeksikan pa­sok­an kedelai nasional dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan pe­ra­jin tahu dan tempe hingga pe­ng­hu­jung akhir tahun 2025 di tengah me­nguatnya harga kedelai.

Ketua Akindo Hidayatullah Su­ra­gala mengatakan sejauh ini harga ke­delai sedikit mengalami kenaikan se­ba­gai dampak dari adanya kenaikan har­ga di pasar global beberapa hari te­rakhir.

Dia memaparkan harga jual ke­delai di tingkat importir saat ini sempat me­ngalami kenaikan dari sebelumnya Rp8.700/kg menjadi Rp8.800-Rp8.850/kg.

“Diharapkan sampai dengan akhir ta­hun 2025 tidak terjadi gejolak ke­na­ikan harga yang terlalu tajam, se­hi­ngga para perajin tempe dan tahu na­sional bisa tetap berproduksi dan me­n­dapatkan keuntungan,” ujarnya.

Akindo juga memastikan pasokan ke­delai nasional dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan perajin tahu dan tempe untuk dua bulan ke depan, ber­kisar antara 220.000 hingga 250.000 ton per bulan. Hidayat juga men­yebutkan permintaan kedelai na­si­onal dalam lima tahun terakhir relatif stag­nan antara 2,6 – 3 juta ton per ta­hun. bisn/mb06

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper