
MARTAPURA – Satuan Tugas Makanan Bergizi Gratis (Satgas MBG) Kabupaten Banjar mengawasi dan memastikan dapur proses produksi aman serta sesuai standar. Satgas MBG mengawasi secara menyeluruh pada sejumlah dapur penyedia makanan bergizi di wilayah setempat.
“Hal ini kami lakukan guna memastikan produksi dan distribusi MBG berjalan sesuai standar, dan kami juga mencegah terulang kembali kasus yang sempat menimbulkan masalah sebelumnya,” ucap Sekretaris Satgas MBG Banjar Sipliansyah Hartani, Sabtu (11/10).
Satgas MBG Banjar sendiri meliputi beberapa instansi lintas sektor, yakni Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP), Dinas Kesehatan, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup, serta Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar.
Sipliansyah menjelaskan, kegiatan pemantauan ini difokuskan untuk melakukan pengecekan satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) di dapur-dapur penyedia makanan.
“Kami sengaja pemantauan dilakukan Sabtu agar tidak mengganggu aktivitas produksi. Dengan begitu, tim bisa lebih leluasa melihat kondisi dapur, alur produksi, dan kebersihannya,” jelasnya.
Bukan hanya itu, lanjut dia, pemeriksaan ini bukan untuk memberikan sanksi, tetapi untuk mengidentifikasi potensi perbaikan pada sistem penyediaan MBG.
“Kami hanya ingin melihat bagaimana produksi makanan berlangsung mulai dari bahan baku hingga penyajian kepada penerima manfaat. Nantinya, bagi SKPD yang tergabung dalam satgas akan membuat catatan dan rekomendasi perbaikan,” katanya.
Menurutnya, hasil temuan awal menunjukkan beberapa hal yang mendapat perhatian dalam pengelolaan ompreng (wadah makan) dan sisa limbah produksi. Kemudian, aspek ini di anggap penting karena berkaitan dengan higienitas dan keamanan makanan.
Sementara, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banjar H Nooripansyah menyoroti aspek teknis dari sisi kesehatan lingkungan.
Ia menyebutkan, dari hasil pemeriksaan terhadap tiga dapur masih terdapat sejumlah komponen yang belum sesuai standar.
“Beberapa dapur belum memiliki sistem pembuangan limbah cair yang baik, area pencucian tangan belum memenuhi standar higienitas, serta masih ada kekurangan pada penyimpanan bahan makanan. Bahkan, kondisi beberapa ompreng juga belum sesuai standar kebersihan,” ungkapnya.
Ia pun menegaskan catatan-catatan ini segera disampaikan kepada pengelola dapur untuk nantinya dilakukan perbaikan.
“Ini bukan dapurnya buruk, tapi perlu disesuaikan agar memenuhi standar kesehatan. Semua temuan kami tindaklanjuti dengan melakukan pembinaan dan pendampingan,” jelasnya.
Sebelumnya, sebanyak 63 siswa diduga keracunan menu MBG, sehingga dilarikan ke RS Ratu Zalecha, Kabupaten Banjar pada Kamis sore.
Siswa yang dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ruang IGD mengalami sakit perut hingga ada yang muntah-muntah, sebagian dalam kondisi lemas sehingga diperlukan perawatan medis.
Puluhan siswa yang dilarikan ke rumah sakit itu berasal dari sejumlah sekolah, yakni MI, MTs dan SMA IT Assalam di Kelurahan Pesayangan Martapura, dan dua sekolah di Desa Tungkaran. ant