
JAKARTA – Harga pangan sebagian besar mengalami penurunan secara rata-rata nasional pada pekan pertama Oktober 2025.
Adapun harga pangan yang menurun naik yaitu beras, cabai, hingga bawang.
Menurut data Panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas), periode Senin (29/9) hingga Minggu (5/10) pukul 08.25 WIB, harga beras medium turun 0,23% menjdi Rp13.855 per kg dibandingkan pekan lalu.
Hal yang sama terjadi pada harga beras premium yang turun sebesar 0,12% menjadi Rp15.991 per kg, dan harga beras SPHP turun 0,04% menjadi Rp12.544 per kg.
Komoditas pangan yang harganya juga turun yaitu cabai merah keriting yang turun 3,41% menjadi Rp58.219 per kg, dan harga cabai rawit merah turun 2,54% menjadi Rp46.483 per kg.
Sementara itu, harga bawang merah turun 3,06% menjadi Rp38.458 per kg, sedangkan bawang putih bonggol turun 0,35% dengan harga Rp37.253 per kg.
Di sisi lain, kedelai biji kering impor turun harganya 0,13% menjadi Rp10.708 per kg dan harga jagung tingkat peternak naik 0,58% menjadi Rp6.648 per kg.
Harga telur ayam ras naik 0,3% menjadi Rp30.047 per kg. Sementara, harga daging ayam ras turun 0,3% menjadi Rp38.317 per kg. Selanjutnya, harga daging sapi murni turun 0,11% menjadi sebesar Rp134.932 per kg.
Di sisi lain, harga gula konsumsi turun 0,22% menjadi Rp18.063 per kg. Kemudian harga minyak goreng kemasan sederhana berada di angka Rp20.936 per liter atau naik 0,03% dari hari sebelumnya. Tepung terigu curah juga naik 0,01% menjadi Rp9.786 per kg. Sedangkan, minyak goreng curah naik 0,02% menjadi Rp17.560 per liter. Berbagai jenis ikan seperti ikan kembung, ikan tongko, dan ikan bandeng memiliki harga bervariasi.
Harga ikan kembung hari ini yaitu Rp41.613 per kg atau turun 0,29% dari pekan sebelumnya. Harga ikan tongkol turun 0,4% menjadi Rp34.568 per kg dan ikan bandeng turun 0,6% menjadi Rp35.073 per kg.
Sementara itu menurut Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengeklaim bahwa intervensi pemerintah melalui bantuan sosial (bansos) dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) turut membuat tren harga beras menurun.
Arief menyebut bahwa upaya Perum Bulog berdasarkan penugasan dari Bapanas itu membuat beras justru mengalami deflasi, pada saat komoditas pangan hortikultura seperti cabai dan bawang justru mendorong kenaikan inflasi.
“Penyaluran beras SPHP di pasar tradisional dan ritel moern serta ke berbagai saluran distribusi lainnya itu tentunya berdampak pada kondisi perberasan di mana pasokan menjadi terjaga dan stok beras ke pasaran ini terus kita dorong. Apalagi juga ditambah dengan gelontoran bantuan pangan beras selama dua bulan yang menyasar langsung ke 18,2 juta masyarakat berpendapatan rendah,” kata Arief. bisn/mb06