Mata Banua Online
Senin, November 10, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kesehatan Jasmani Dan Kesehatan Rohani

Sekitar Metode Dakwah

by Mata Banua
30 September 2025
in Opini
0
D:\2025\Oktober 2025\1 Oktober 2025\8\8\xx.jpg
DR.H.Mukhyar Sani,MA.

Dakwah Islam yang muatannya -da’i, materi, thariqah, media, dan mad’u merupakan suatu kewajiban untuk dilaksanakan agar agama Islam sampai kepada orang lain sebagai sasaran dakwah, baik yang belum beragama Islam maupun yang sudah beragama Islam.Dalam konteks ini boleh jadi ada kegiatan dakwah yang materi, da’i, danmedia sudah baik, tetapi dilatar belakangi pendekatannya tidak tepat, membuat dakwah itu gagal. Sebagai akibatnya,sasarandakwahurung menganut agama Islam, dan yang sudah beragama Islam tidak dapat dengan baik -dalam kehidupan sehari-hari- mengamalkannya. Seorang yang kaya dengan ilmu alias alim, keilmuannya tidak diragukan, gagal mengajak orang lain untuk mengamalkan Islam dengan baik, hanya karena masalah metode atau pendekatan yang dipakainya. Moh. Ali Aziz, staf pengajar Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya dalam bukuIlmu Dakwahmencoba menganalogikan metode dakwah dengan metode seorang pedagang yang menawarkanjualanuntuk menarikminat pembeli.Mungkin saja analogi ini dianggap tidak tepat,mensejajarkanmetode dakwahdenganmetode menawarkan barang kepada pembeli, namun perlu disadariyang dianalogikan bukan esensi agama melainkan lebih kepada metodepenyampaian ajaran agamaatau dakwah.Bahwa metode itu penting Moh.Ali ‘Azizmendeskripsikansebagai berikut “Jika Anda puas, beritahukan kepada rekan Anda, jika tidak puas, beritahukan kepada kami,demikian pesan yang dipasang di ruang utama restoran di Jakarta. Kepuasan pengunjung tidak hanya ditentukan oleh menu dan kualitas makanan, akan tetapi, tidak kalah pentingnya adalah tehnik pelayanan. Sekalipun makanan yang disajikan sangat sesuai dengan selera, akan tetapi, cara penyajiannya menjengkelkan, pengunjung tidak akan merasakan kelezatan makanan itu, kata dia. Saat ini bisnis tidak hanya mementingkan kualitas produk -katanya lebih lanjut- tetapi juga menekankan kualitas pelayanan. Dakwah juga -menurutnya-memasarkan sebuah ideologi. Ajaran yang benar dan baik harus diajarkan dengan cara yang baik pula. Tidak sedikit ajaran yang sesat, tetapi memperoleh respons yang luar biasa karena disampaikan dengan kemasan yang menarik dan dengan cara yang menyenangkan. Hal ini menggambarkan bahwa pelayanan lebih strategis dari produk. Moh. Ali Aziz kemudian mengutip pepatah Arab artinya “Cara lebih penting daripada materi.”Dakwah Islam dapat disampaikan dengan berbagai pendekatan; lisan, tulisan, bahkan dengan tindakan atau perbuatan nyata, personal atau jama’ah dengan materinya yang disesuaikan kondisi dan situasi sasarandakwah; bisa masalah akidah, fikih, tasawuf atau lainnya yang terkait dengan materi itu.

Uraian di atas -selintas- menggambarkan bahwa dakwah pendekatannya penting untuk diperhitungkan agar ia tepat sasaran yang dalam konteks ini al-Quran telah menawarkan tiga pendekatan (1)al-hikmah, (2)al-mauidzah al-hasanah dan (3) al-mujadalah biallati hiya ahsan”sebagaimana termaktub pada al-Nahl 125artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pelajaranyang baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\10 November 2025\8\master opini.jpg

Krisis Moral Generasi, Cermin Gagalnya Pendidikan Sistem Kapitalis Sekuler

9 November 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Angka Bunuh Diri Anak Sekolah Meningkat, Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

9 November 2025

Terkait al-Nahl 125 di atas, pertanyaankemudian muncul mengenai apa yang dimaksud dengan “al-hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan al-mujadalah bi allati hiya ahsan” sesungguhnya;apakah pendekatan dakwah yang selama ini diterapkan seperti dakwah personal, lisan, tulisan, dan tindakan sudah sejalan dengan pesanayat itu.Menjawab pertanyaan itu, berikutdikemukakan pendapat ulama dimana -dengan pertimbangan tertentu-penjelasan mengenai al-hikmah diposisikan pada bagianketiga setelah -sebelumnya- tentang al-mauidzah al-hasanah dan al-mujadalah bi allati hiya ahsan.

Tentang al-mauidzah al-hasanah, (pelajaran yang baik) dimana pendekatan ini lebih kepada dakwah bil lisan, dengan nasehat-nasehat yang baik dimana ia bermanfaat bagi orang yang mendengarnya atau berupa argument-argument yang memuaskan sehingga pendengarnya dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh penyampai argument yang menurut Sayyid Qutb dianjurkan dalam hal ini untuk diperhatikan; tutur kata yang menyejukan,tidak kasar, berikut tidak menyebut kelemahan pendengarnya.Pendekatan ini banyak diterapkannabi Muhammad saw.dalam dakwah Islam, umpamanya -menjelang kehadiran Ramadhan-beliau mengingatkan kewajiban berpuasa agar umat mensiapkan diri menyambut dan memanfaatkan bulan itu sebaik-baiknya.Selama 13 tahun menyampaikan dakwah di Mekah nyaris beliau tidak pernah menerapkan metode lain selain metode lisan.Kelihatannya sampai sekarang pendekatan ini masih relevan untuk diterapkan dalam dakwah Islam terutama dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar, umpamanya ceramah, khutbahJum’at, dan pengajian.Dakwah Islam dengan metode pengajian memiliki kelebihan tersendiri yang tidak dimiliki pendekatan lain. Islamisasi yang dilakukan ulama besar Kalimantan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjariy, disebut-sebut cara yang banyak dipakai beliau adalah pengajian. Pengajian -memakai kitab tertentu dengan jama’ah tertentu pula,biasanya digelar untuk menjelaskan masalah al-Quran, yang lazim disebut pengajian tafsir, pengajian hadits, fikih, tidak terkecuali pengajian tauhid, dan lain-lain. Kesempatan dalam pengajiandapat dimanfaatkan oleh juru dahwah untuk berkenalan dengan jama’ah, dan memperkenalkan kitab yang dipakai dalam pengajian itu, kemudian mereka memiliki kitab yang sama sehingga proses belajar menjadi semakin mudah dan berurutan. Dalam pengajian lazimnya juru dakwah memberi komentar seperlunya atasmateri yang disampaikan;panjang ketika diperlukan agar dapat dipahami dengan baik berikut dimengerti oleh para jama’ah. Dalam menafsirkan al-Quran bisa ditempuh dengan menafsirkan ayat dengan ayat, ayat dengan hadits yang lazim disebut dengan tafsir bi al-ma’tsur,dalam pengajian fikih, bisa dengan mengemukakan pendapat terkuat dalam masalah itu, atau pendapat yang sesuai dengan mazhab jama’ah pengajian, demikian pula pengajian yang lainnya.Abdul Karim Zaidan dalam buku “Ush dalam berdakwah.ul al-Da’wah” memberi ruang khusus tentang pengajian ini ketika ia menguraikan suatu pembahasan yang berjudul “Media Penyampaian Dakwah dengan Media Bahasa.”Hal ini menunjukan pengajian tidak kalah penting dengan metode lainnya dalam dakwah.

Senada dengan itu, MustafaAli Ya’cub dalam buku “Sejarah dan Metode Dakwah Nabi,menulis”Nabi Muhammad menggelar pengajian setiap malam rutin untuk jama’ah laki-laki dan sekali dalam seminggu untuk jama’ah perempuan.Ketika ceramah umum,jama’ah hanya mendengar, ketika pengajian mereka selain mendengar, melihat tulisan, membacanya, bahkan mungkin memahaminya.Banyak nian ulama tersyuhur yang berhasil dalam dakwahdengan metode ini; umpamanyaSyekh Abdul Kadir al Jailaniyang disebut tokoh para wali menggelar pengajian yang jama’ahnya mencapai 70.000 orang.

Tentang al-mujadalah bi alati hiya ahsan (bantahlah mereka dengan cara yang baik); pendekatan ini juga dapat diterapkan dengan lisan sebagaimana umpamanya dalam diskusi yang lazim dilakukan selama ini; tidak merendahkan lawan diskusi,apalagi menjelekannya dimana tujuan diskusi hanya sematamencari kebenaran, bukan untuk tujuan lain. Menurut Syekh Yusuf al-Qardhawi dimaksudkan dengan “mujadalah bi allati hiya ahsan” adalah diskusi dengan mencari segi-segi persamaan antara pihak yang terlibat didalamnya, kemudian dari sini dibahas masalah perbedaan kedua belah pihak untukmenemukan sisi-sisi persamaan.Sebuah sumber mengungkapkan ketika al-Nahl 125 turun,al-mujadalah banyak diarahkan ke mereka Ahl al-Kitab; penganut agama Yahudi dan Nashrani yang ketika itubanyak membantah ajaran tauhid yang didakwahkannabi; menerimanya ketika mereka sudahtidak bisa lagi membantahnya.Islam dengan tegas mengatakan Muhammad adalah nabi terakhir yang diutus sesudah nabi Isa As.Tentang hal ini terungkap dalam al-Shaff6 artinya:”Dan (ingatlah) ketika putera Maryam berkata‘Hai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab yang turun sebelumku,yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan datangnya seorang Rasul sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata ‘ini adalah sihir yang nyata.”

Tentang al-hikmah, menurut Mustafa Ali Ya’cubpara ulama mengemukakan banyak pendapat; mereka melihatnya dari berbagai aspek, termasuk dari aspek al-Quran sendiri menyusul ditemukan banyak lafalal-hikmahdi dalamnya. Muhammad Fuad ‘Abd. al-Baqiy dalam kitabal-Mu’jam al-Mufahras li alfadz al-Quran menyebut terdapat 17 lafal al-hikmahdalam al-Quran dengan maksud yang bervariatif.”Al-hikmah”berasal dari lafal”al-ihkam” yang berarti “mengatakan dan mengamalkan” yang dalam konteks dakwah Islam termasukamar ma’ruf nahi munkar -sudah semestinya- selainmenyampaikan, mengajak, menyuruh, membimbing dan lain-lain, seorang muballighseyogianyaharus terlebih dahulu mengamalkan kebenaran itu. Terkait hal ini -kita melihat -dalam waktukurang dari 23 tahun,- bagaimana hasil dakwah nabi Muhammad saw.; banyak orang menganut Islamsebagai agamadan sampai sekarang pesan dakwah beliau tetap menghiasi lembaran kehidupan umat. Pribadi beliau -dalam semua aspekmenarik-telah membuat penantangnyakemudian menganut agama Islam.Riwayat seoranglaki-laki meminta izin untuk berbuat al-fakhsya, setelahNabi mengajaknya berdialog tentang masalah itu,-ia kemudian membatalkan niat buruknya menyusul kesantunan nabi dalam membimbingnya.

Fakta sejarah membuktikan bahwa nabi Muhammad saw. tidak sebatas menyampaikan atau “al-tabligh,” tetapi pada saat yang bersamaan, beliau mencontohkannya, sehingga sangat tepat ketika al-Quran -umpamanya- menyebutnya sebagai panutan terbaik bagi orang tertentu.Dalam konteks ini, tampakdakwah belum dianggap cukup dengan hanya al-tabligh, tetapi harus dibaringi dengan keteladanan. Hal ini diakui oleh Mustafa Ali Ya’qub dalam buku “Sejarah dan Metode Dakwah Nabi”yang berkata “Tabligh yang berarti menyampaikan ajaran dan penerangan saja, tampaknya belum cukup untuk mengubah prilaku manusia yang buruk menjadi baik. Manusia memerlukan sosok yang menjadi model atau teladan bagi mereka sehingga mereka dapat dengan mudah mengikutinya. Maka di sinilah tugas para nabi untuk menjadi model bagi umatnya.Suka atau tidak suka, al-Quran telah memberi label nabi Muhammad saw. sebagai model panutan terbaik.Al Ahzab 21menyebutkan”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)hari kiyamat dan dia banyak menyebut Allah.”

Mengacu kepada al-Quran -menurut ulama- lafal”al-hikmah” memiliki banyak maksud, antara lain adalah al-Quran itu sendiri, al-Sunnah, kenabian, ilmu yang bermanfaat, amal shaleh, menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan lain-lain. Ketika lafal al-hikmahdalam al-Nahl 125 dimaknai dengan al-Quran, al-sunnah,kerasulan, ilmu pengetahuan, dan lain-lain tampak sejalan dengan Ali‘Imran104 yang merupakanlandasan kewajiban berdakwah. Ketika mengkomentari ayat ini mereka menyebut agar da’i luas pengetahuan terkait al-Quran danal-Sunnah, bahkan terkait kemampuan berkomunikasi.Ali ‘Imran 104 artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

Terkait dengan pendekatan al-hikmahini menarik memperhatikan proses larangan minum khamar dan sejenisnya; bagaimana al-Quranmembimbing umat menjauhi perbuatan terlarang itu.Masyarakat Arab yang ketika itu sebagiangemar berjudi dan minum khamar, Al-Quran mengingatkan seperti dalam al-Baqarah 219 artinya “Mereka bertanya kepadamu tentang khamardan judi.Katakanlah ‘pada keduanya itu terdapat dosa besardan beberapa manfaat bagimanusia,tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah yang lebih dari keperluan.Demikianlah Allah menerangkanayat-ayatNya kepadamu supaya kamu bersyukur.”Ayat ini belum dengan tegas melarang minum khamar, melainkan hanya mengisyaratkan minuman itumengakibatkan berdosasekalipunada manfaatnya.Kemudian disusul al-Nisa 43 yang pesannya tampak lebih tegas ketikaseseorang dalam keadaan mabuk -umpamanya-terlarang baginya mendirikan shalat, namun ayat ini tidak juga tampak melarang minum khamar. Ayat al-Nisa 43 artinya: “Hai orang-orang beriman janganlah kamu shalat,sedang kamu dalam keadaan mabuk,sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub,kecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir, atau kembali dari tempat buang air, atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapatkan air,maka bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik, (suci), sapulah mukamu dan tanganmu.Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Menurut Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthiy dan al-Wahidiy, ada beberapa riwayat terkait asbab nuzul ayat ini. Pertama, terkait dengan Ali ibn Abi Thalib yang salah membaca surah al-Kafirunketika bertindak sebagai imam dalam shalat berjama’ah.Sebelumnya,Abdurrahman mengundang beliau bersama kawan-kawan untuk minum khamar sehinggamabuk yang ketika itu belum ada laranganmeminumnyadalam Islam. Kedua, ketika turun ayat “wa in kuntum junuban”berkenaan dengan seseorang dalam keadaan junub, kemudian untuk shalat, ia bertayammum. Ayat ini turun sebagai isyarat bagi yang berhadast dalam perjalanan ketika ketiadaan air agar mengganti wudhu dengan tayammum.Ketiga, seorang sahabat al-Asla ibn Syarik dalam keadaan junubdiperjalanan pada malam hari,ketika itu udara dingin, ia tidak berani menggunakan air untuk berwudhu. Hal ini disampaikan kepada nabi Muhammad saw., kemudian ayat ini turun sebagai tuntunan untuk bertayammum sebagai pengganti wudhu.Setelah itu, turun al-Maidah90 yang dengan tegas melarang minum khamar. “Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkurban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah,adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

Bagaimana thariqahnabi Muhammad saw. berdakwah sehingga sangat berhasil, – inilah barangkali- yang perlu dipelajari dengan baik terutama sesuai topik iniMetode Dakwah untuk diteladani. Di sini barangkali pentingnya peringatan Maulid Nabiuntuk membuka kembali lika liku sejarah perjuangan beliau dalam berdakwah.Menghadapi masyarakat yang ketika itu jahiliyah, akidah mereka terkesan bernuansa politeisme; mereka menantang ajaran tauhid yang dibawa Islam; selama 13 tahun pertama, pendekatan lisan yang pesannya tabsyir dan indzarmendominasi thariqah dakwah ketika itu, bahkan, selama itu nabi Muhammad sawtidak mengunakan media tulisan dalam berdakwah.Darul Arqamyang menjadi pusat kegiatan dakwah, menjadi saksi bisu keberhasilan dakwah pada periode Mekah.Dakwah ketika itu, banyak diarahkan untuk keluarga terdekat dengan cara sembunyi-sembunyi, kemudian secara terbuka sehingga akhirnya beliau merasa perlu menjadikan Darul Arqam sebagai senterkegiatan dakwah.Ayat-ayat berikut surah yang turun pada periode Mekah banyak yang bernuansa ketauhidan,sedangdi Madinah ayat-ayat yang turun begitu beragam, sehinggamateri dakwah diperluasmencakupmasalah-masalah di luar ketauhidan.

Selain dengan thariqah lisan, dakwah bisa dilakukan dengan pendekatan tulisan sebagaimana nabi Muhammad saw pernah melakukannya dalam rangka mengajak para rajamenganut Islam,-seperti mensurati Kisra Persia, al-Muqauqis,al-Haudhah al-Hanafi,dan lain-lain yang jangkauanya bisa melebihi dakwah bi al-lisan. Sejarah mencatat nama beberapa tokoh ulama yang dianggap berhasil berdakwah dengan thariqah tulisan dimana karya mereka telah membantu umat dalam memahami masalah keagamaan, bahkan menjadi rujukan bagi para ulamagenerasi sesudahnya dalam mendakwahkan Islam.Dalam konteks ini (1) Ibn Abbas, sepupu dan sahabatnabi yang digelar rais al-mufassirin yang meninggal 30 tahun setelah nabi wafat, menulis al-Dur al-Manstur,sebuah kitab tafsir yang menjadi rujukan banyak ulama terutama dalam bidang tafsir bi al-ma’tsur. (2) Imam al-Syafi’iy, pendiri mazhab Syafi’iyah dalam bidang fikih menulis kitab al-Umm, danal-Risalah, dan (3)Al-Sanusi dalam bidang tauhid yang menulis kitab Umm al-Barahin yang berisikan uraian singkat tentang sifat 20, (4) Imam al-Bukhari menulis kitab Shahih al-Bukhariy dan menggelar pengajian rutin yang jama’ahnya mencapai 10.000 orang. (5) Imam al-Gazali dalam bidang tasawuf menulis kitab Ihya Ulumal-Din.Masyarakat Kalimantan mengenal Syekh Muhammad Arsyad al-Banjariy yang menulis kitab fikih “Sabilal Muhtadin, yang kemudian diabadikan menjadi nama masjid Raya Sabilal Muhtadin.

Lisan, dan tulisan bukan satu-satunya thariqah dalam berdakwah, karena dakwah bisa dengan bahasa nonverval, dalam bentuk perbuatan yang lazim disebut dakwah bi al-hal; ketika orang membangun pondok pesantren, seolah keadaaninimengajak orang menuntut ilmu, ketika orang membangun masjid, seolah mengajak orang berjama’ah dalam shalat, yang menurut Abdul Karim Zaidan, kedudukannya sama dengan dakwah diam-diam; tidak lisan dan tidak tulisan,tetapi perbuatan nyata.Metode dakwah yang terungkap dalam al-Nahl 125 di atas, sesungguhnya merupakan patokan umum yang -insya Allah- bisa dikembangkan sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasi sasaran dakwah.MenurutAbdul Karim Zaidan -secara garis besar- sasaran dakwahdapat dbagi tiga (1) Al-Mala’, orang-orang yang memegang kekuasaan,( penguasa) (2) Kebanyakan orang atau jumhur orang, yang merupakan rakyat dari penguasa, dan (3) Al-Munafikun, mereka yang menyembunyikan kekafirannya kepada Allah.Patokan umum ini-saya kira-dalam aplikasinya-, bisa berbentuk ceramah, dialog; diskusi,dan lain-lain.Mengapa? sebab pada dasarnya metode dakwah itu hanya tiga macam; da’wah bi al-lisan, da’wah bi al-qalam, dan da’wah bi al-hal. Menurut Moh.Ali Abdul Aziz, metode dianggap sebagai teknologi, khususnya teknologi lunak (soft technology), sesuatu yang biasa, namun melalui sentuhan yang tepat menjadi luar biasa dimana katanya dalam dunia pendidikan, ada metode pembelajaran yang memudahkan peserta didik memahami sebuah pelajaran dan dakwah membutuhkan metode agar mudah diterima materinya oleh sasaran dakwah dan metode yang dipilih haruslah yang tepat, agar Islam dapat dimengerti dengan benar yang menghasilkan pencitraan Islam yang benar pula.

Ayat 145 al-Nahl di atas, selain mengandung tiga patokan umum metode dakwah, al-hikmah, al-mauidzah al-hasanah, dan al-mujadalah bi allati hiya ahsana, ia juga memuat tentang materi dakwahyang terkover dalam lafalsabil rabbik yang dipahami oleh Jalaluddin Abdurrahman al-Suyuthiy adalah Islam,suatu lafalyang memiliki muatan yang luas, menyangkut masalah keimanan, ibadah, akhlak, danhal lain yang terkait denganitu di mana ajaran Islam inilah yang disampaikan para ulama dalam dakwah mereka. Para ulama adalah orang-orang terhormat, mereka adalah pewaris para nabi, mempelajari Islam dan mengajarkan atau mendakwahkannya kepada yang lain.Terungkap sebuah hadits “Seutama-utama sadaqah adalah seorang muslim belajar ilmu pengetahuan, kemudian mengajarkannya kepada saudaranya sesama muslim.”

Tentang istilah materi dakwah, kadangorang memakai terminologi pesan dakwah,lafalpesan dianggap -oleh sebagian orang- lebih tepat untuk menjelaskan pesan dakwah berupa kata-kata, gambar, lukisan, dan sebagainya yang diharapkan dapat mempermudah pemahaman, bahkan perubahan prilaku sasaran dakwah. Ketika dakwah melalui tulisan umpamanya, tulisan itu adalah pesan dakwah, ketika melalui ucapan, ucapan itu adalah pesan dakwah, dan ketika dakwah melalui tindakan, tindakan itu adalah pesan dakwah dan pesan apapun yang disampaikan sepanjang tidak bertentangan dengan al-Quran dan hadits-menurut seorang praktisi dakwah- itu adalah dakwah.

Dr.Ahmad Muhammad al-Ghalusy dalam bukual-Da’wah al-Islamiyah- menganalogikan tanggung jawab dan tugas juru dakwah bagai tugas dokter kesehatan yang merawat orang sakit, tidak dengan serta merta ia memberi resep tanpa memeriksa terlebih dahulu penyait sang pasien, setelah itu baru memberinya resepdimana dengan resep itu, iajuga tidak memastikan penyakit akan sembuh; kesembuhan sangat tergantung pada faktor eksternal, sedangjuru dakwah tidak menangani kesehatan fisik, menangani kesehatan rohani atau mental.Dengan demikian,mereka; metodenya, sebelum menyampaikan pesan dakwah,lebih dahulu melihat bagaimana situasi dan kondisi sasarannya, bidang apa yang dianggap perlu mendapat perhatian lebih, tauhid, fikih atau lainnyauntuk kemudianmenentukan metode, media, dan materi dakwah itu sendiri.Sebagaimana dokter kesehatan,juru dakwahjugatidak memastikan kesembuhan penyakit mental sasaran dakwah; tugasnya hanya sebatas al-tabligh, menyampaikan sebagaimana di isyaratkan pada akhir ayat al-Nahl 125bahwa Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk; Ia yang memberi seseorang hidayah untuk menganut agama Islam. Metode atau pendekatan yang seperti ini menurut al-Qurthubiy dalam Fi Dzilal al-Quran” dianggap sebagai salah satu bentuk al-hikmahdalamal-Nahl 125 di atas. Semoga ada manfaatnya.

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper