Mata Banua Online
Selasa, September 30, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Quiet Quitting, Istilah Baru Gagasan Lama

by Mata Banua
28 September 2025
in Ekonomi & Bisnis
0
D:\2025\September 2025\29 September 2025\7\7\ft bawah.jpg
(foto;mb/web)

JAKARTA – Fenomena ini mun­cul kembali di kalangan gen Z sebagai bentuk perlawanan bu­daya kerja.

Dunia kerja mengalami pe­r­ubahan drastis sejak pandemi Covid-19 merebak, me­ng­ha­sil­kan pola pikir yang kini men­do­minasi media sosial, yakni tren quiet quitting. Istilah ini ma­rak dalam beberapa tahun te­rak­hir, terutama di kalangan gen Z, se­bagai gerakan “bekerja sesuai upah”.

Berita Lainnya

D:\2025\September 2025\30 September 2025\7\7\adv bank kalsel.jpg

Bank Kalsel Dukung Puncak HUT ke-60 SMAN 2 Banjarmasin

29 September 2025
D:\2025\September 2025\30 September 2025\7\7\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

Honda AT Family Day Sukses Gaet Pengunjung

29 September 2025

Berdasarkan Cambridge Dic­tionary, quiet quitting adalah ak­tivitas melakukan pekperjaan ya­ng perlu dilakukan untuk mem­pertahankan pekerjaan, te­tapi melakukannya tanpa an­tu­si­asme atau usaha besar, serta tan­pa kesediaan untuk me­la­ku­kan tugas tambahan. Quiet quit­ting menggambarkan situasi ke­ti­ka seorang karyawan secara me­n­tal dan emosional me­ni­ng­gal­kan pekerjaannya, dan hanya melakukan hal minimum untuk bertahan.

Menurut Cambridge Dic­ti­o­nary, tidak ada hal baru dalam qu­iet quitting karena pada da­sar­nya ini hanyalah nama baru bagi fenomena lama. Belum jelas kapan tren quiet quitting lahir, na­mun budaya tersebut telah me­luas di berbagai negara lewat me­dia sosial. Anak muda men­jadi yang paling vokal karena men­dominsi ruang digital.

Mengutip BBC News, ge­rak­an ini kemungkinan besar be­ra­sal dari China dengan tagar #tan­gping, yang kini disensor, be­rarti “berbaring telentang”, di­gu­nakan sebagai protes terhadap bu­daya kerja lembur.

Pada 2022, viral tagar #quietquitting yang me­ng­am­pan­ye­kan pesan bahwa quiet quitting ber­arti “Anda tidak sepenuhnya ber­henti dari pekerjaan, tetapi ber­henti dari gagasan untuk me­la­ngkah lebih jauh”. Istilah ini pun booming dan mendominasi pem­beritaan global.

Profesor Fakultas Ma­na­je­men University College London, Anthony Klotz, mengatakan is­tilah quiet quitting memang baru, tetapi gagasan di baliknya sudah lama ada. “Meskipun berasal da­ri generasi muda dan dalam ke­mas­an baru, ten ini telah di­pe­la­jari dengan berbagai nama s­e­lama beberapa dekade di­se­ng­a­g­ement, neglect, withdrawal,” ujar Klotz.

Menurut Klotz, ada berbagai ala­san pekerja melakukan quiet quit­ting. Mulai dari kurangnya ap­resiasi atau penghargaan pe­rusahaan, baik materi maupun no­nmateri, hingga perlambatan per­tumbuhan ekonomi.

“Banyak orang tidak berada da­lam posisi untuk m­e­ni­ng­gal­kan pekerjaan mereka. Mereka mu­ngkin memiliki keterampilan ya­ng tidak dapat di­pin­dah­ta­ng­an­kan, fleksibilitas yang sudah ter­kumpul, tunjangan yang tidak bisa diperoleh di tempat lain, atau tinggal di komunitas kecil de­ngan peluang kerja terbatas,” tu­turnya.

Ia menambahkan, kondisi ekonomi berperan dalam mem­per­tahankan pekerjaan meski kar­yawan tidak lagi merasa ba­ha­gia. “Perlambatan ekonomi m­e­ningkatkan risiko dan biaya ter­kait pengunduran diri karena pa­sar kerja yang melemah,” ujarnya.

Di samping itu, Klotz men­ye­but, bermalas-malasan bisa men­jadi pilihan logis bagi pe­kerja yang merasa tidak dapat ber­kembang atau tidak lagi mem­prioritaskan karier. “Selalu bekerja melebihi tugas me­ng­u­ras sumber daya mental dan men­yebabkan stres,” katanya.

“Dan hanya ada sedikit man­faat melakukannya jika se­se­orang merasa terjebak di pe­ru­sahaan. Jadi quiet quitting tidak hanya berlaku bagi ge­ne­ra­si muda, tetapi juga bagi siapa pun yang pernah merasa terjebak da­lam pekerjaan dengan sedikit alas­an untuk mengundurkan diri,” kata Klotz. rep/mb06

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper