Mata Banua Online
Senin, November 10, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

HIV Meningkat, Mengobati atau menyentuh Akar Masalah?

by Mata Banua
21 September 2025
in Opini
0

Oleh : Sala Nawari

Kota Banjarbaru kini jadi sorotan. Data terbaru menunjukkan, kota ini menempati peringkat kedua kasus HIV di Kalimantan Selatan dengan puluhan kasus baru sepanjang 2025. Angka itu tentu membuat kita prihatin. Berbagai upaya pencegahan dan pengobatan memang sudah ada, misalnya terapi antiretroviral (ARV). Namun faktanya, kasus baru masih terus muncul.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\10 November 2025\8\master opini.jpg

Krisis Moral Generasi, Cermin Gagalnya Pendidikan Sistem Kapitalis Sekuler

9 November 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Angka Bunuh Diri Anak Sekolah Meningkat, Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

9 November 2025

Mengapa demikian? Karena HIV bukan sekadar masalah medis. Ia adalah cermin dari persoalan sosial yang lebih dalam, bahkan menyangkut paradigma hidup yang dianut masyarakat.

Sekulerisme dan Kebebasan Tanpa Batas

Dalam sistem sekuler, agama ditempatkan hanya di ruang privat. Ibadah seperti shalat, puasa, atau zakat tetap dijalankan, tapi urusan sosial, politik, ekonomi, hingga hukum berjalan tanpa aturan syariat. Konsekuensinya, aturan yang sebenarnya bisa mencegah perilaku berisiko—seperti zina, homoseksual, prostitusi, dan narkoba—tidak berlaku di ruang publik.

Sebaliknya, masyarakat dibiarkan hidup dengan standar kebebasan individu. Atas nama hak asasi, lahirlah kebebasan tanpa batas: bebas berperilaku, bebas berhubungan seksual selama “suka sama suka.” Padahal, di situlah HIV mendapatkan ruang untuk menyebar.

Faktor ekonomi memperburuk keadaan. Kemiskinan dan kesenjangan sosial membuat sebagian orang terjun ke prostitusi demi bertahan hidup. Gaya hidup konsumtif juga menjerat sebagian masyarakat, hingga mencari pelarian lewat narkoba. Dari dua jalur inilah, penularan HIV paling banyak terjadi.

Pendekatan Medis: Hanya Tambal Sulam

Dalam kerangka sekuler, penanggulangan HIV lebih banyak menekankan pada harm reduction atau pengurangan dampak. Misalnya kampanye “seks aman,” penyediaan kondom, atau program jarum suntik steril. Tujuannya bukan menutup jalan menuju perilaku berisiko, tapi hanya mengurangi risikonya.

Masalahnya, pendekatan ini ibarat menampung air bocor tanpa menutup kran utama. Perilaku berisiko tetap berjalan, sehingga penularan pun tak pernah berhenti. Maka wajar jika angka HIV sulit ditekan meski program kesehatan sudah gencar dijalankan.

Islam: Merawat, sekaligus Mencegah

Berbeda dengan sistem sekuler, Islam memandang HIV tidak hanya sebagai masalah medis. Ia adalah buah dari gaya hidup yang membebaskan perilaku maksiat. Karena itu, Islam tidak hanya fokus mengobati, tapi juga menutup pintu yang bisa memicu penyakit.

Al-Qur’an dan Sunnah jelas melarang zina, homoseksual, dan narkoba. Ketika larangan ini ditaati, otomatis jalur utama penularan penyakit pun tertutup. Namun penting dicatat: Islam tidak membenarkan diskriminasi terhadap penderita HIV. Mereka tetap manusia yang berhak mendapat layanan kesehatan. Rasulullah úý sendiri mencontohkan sikap penuh kasih sayang terhadap orang sakit.

Hanya saja, layanan kesehatan berjalan seiring dengan ketegasan hukum pada perilaku penyebab penyakit. Dengan begitu, penderita tetap dirawat, sementara masyarakat terlindungi dari perilaku berisiko.

Solusi Islam yang Menyeluruh

Sistem Islam menawarkan solusi yang lebih komprehensif dibanding pendekatan sekuler. Setidaknya ada empat hal penting:

1.Mencegah sejak awal. Syariat menutup pintu perzinaan, prostitusi, homoseksual, dan narkoba. Hubungan seksual hanya halal dalam pernikahan. Penegakan hukum bukan semata untuk menghukum, tapi melindungi masyarakat dari kerusakan.

2.Membangun ketakwaan. Pendidikan dalam Islam menanamkan aqidah sejak kecil. Kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi menjadi benteng agar seseorang menjauhi perilaku menyimpang.

3.Layanan kesehatan gratis. Islam menempatkan kesehatan sebagai hak dasar rakyat. Penderita HIV pun berhak mendapat perawatan tanpa terbebani biaya mahal.

4.Keadilan ekonomi. Sistem distribusi kekayaan yang adil mengurangi faktor pendorong prostitusi atau narkoba. Dengan pengelolaan sumber daya yang benar, masyarakat tidak perlu mencari jalan pintas untuk bertahan hidup.

Dengan kombinasi pencegahan, pendidikan, layanan medis, dan keadilan ekonomi, maka penularan HIV bisa ditekan dengan lebih efektif.

HIV: Cermin Kegagalan Sekulerisme

Lonjakan kasus HIV di Banjarbaru sebenarnya bukan hanya soal kurangnya fasilitas medis. Ia mencerminkan kegagalan sistem sekuler dalam mengatur kehidupan. Selama perilaku berisiko tetap dilegalkan atas nama kebebasan, kasus baru akan terus muncul.

Islam menawarkan jalan berbeda. Ia tidak hanya mengobati luka, tetapi juga mencegah agar luka serupa tidak terus terulang. Menutup pintu maksiat, mendidik masyarakat dengan syariat, menyediakan layanan kesehatan gratis, serta membangun keadilan ekonomi—semuanya bagian dari solusi Islam.

Penutup

Kasus HIV di Banjarbaru seharusnya menjadi refleksi. Apakah kita akan terus menempuh jalan tambal sulam yang hanya mengurangi dampak, atau berani menyentuh akar masalah dengan paradigma hidup yang benar?

Islam menunjukkan bahwa solusi hakiki tidak cukup hanya medis, tetapi harus menyeluruh. Dengan syariat yang menjaga perilaku, sistem yang adil, dan pelayanan kesehatan yang terjamin, masyarakat akan benar-benar terlindungi.

HIV bukan semata soal penyakit, tapi soal sistem hidup yang kita pilih. Dan selama sekulerisme dipertahankan, kasus serupa akan terus menghantui.

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper