Senin, September 15, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Refleksi Hari Kesehatan Gigi dan Mulut

by Mata Banua
15 September 2025
in Opini
0
D:\2025\September 2025\16 september 2025\8\8\Kharismana Umia Wulandari.jpg
Kharismana Umia Wulandari, S.Tr.Kes (Pegawai Poltekkes Kemenkes Semarang, Praktisi Terapis Gigi dan Mulut)

Peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut yang jatuh setiap tanggal 12 September 2025 yang lalu di bulan ini, selalu menjadi momentum penting untuk kembali merenungkan betapa krusialnya menjaga kesehatan gigi sebagai bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Nyeri gigi yang kerap dianggap sepele, pada kenyataannya mampu menurunkan kualitas hidup anak. Mereka menjadi sulit tidur, enggan makan, mudah rewel, hingga kehilangan konsentrasi belajar. Jika kondisi ini berlangsung lama, tumbuh kembang anak akan terganggu dan kualitas hidupnya menurun. Refleksi ini mengingatkan kita bahwa menjaga kesehatan gigi anak bukanlah urusan kecil atau sekadar masalah estetika, melainkan investasi jangka panjang yang menentukan masa depan generasi mendatang.

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian tak terpisahkan dari kesehatan umum. Namun, anak-anak bukanlah individu yang mandiri. Sebagian besar aktivitas mereka masih bergantung pada pihak lain, terutama orang tua. Di sinilah orang tua memiliki peran strategis. Kebiasaan sehari-hari yang dicontohkan orang tua, mulai dari menjaga kebersihan hingga mengatur pola makan, akan ditiru oleh anak. Dengan kata lain, perilaku orang tua menjadi faktor penentu terbentuknya pola hidup sehat, termasuk dalam merawat gigi dan mulut.

Artikel Lainnya

D:\2025\September 2025\16 september 2025\8\8\Fikril Musthofa.jpg

Peran Pesantren Membendung Narkoba

15 September 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kapitalisme Tidak Mampu Menjamin Tenaga Kerja

15 September 2025
Load More

Sayangnya, berbagai data menunjukkan bahwa kesehatan gigi anak di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan Survey Kesehatan Indonesia tahun 2023, prevalensi kerusakan gigi pada anak usia 3–4 tahun mencapai 4,9 persen, meningkat menjadi 6,7 persen pada usia 5 tahun, sementara pada usia 12 tahun tercatat 1,3 persen dan 2,0 persen pada usia 15 tahun. Angka ini menunjukkan bahwa kerusakan gigi lebih dominan terjadi pada anak usia dini. Fakta ini mengingatkan kita bahwa kesehatan gigi dan mulut anak belum menjadi prioritas yang serius, padahal justru di usia awal inilah kebiasaan baik harus dibentuk.

Rendahnya Pengetahuan

Akar masalah dari tingginya prevalensi gigi berlubang salah satunya adalah rendahnya pengetahuan masyarakat, terutama orang tua. Banyak yang belum memahami bahwa kesehatan gigi harus dijaga bahkan sejak bayi belum bisa menggunakan sikat gigi. Kebiasaan sederhana seperti membersihkan gusi bayi dengan kain kasa basah setelah menyusu sering diabaikan. Di sisi lain, kebiasaan memberikan susu atau minuman manis menggunakan dot menjelang tidur masih dianggap wajar, padahal tindakan tersebut mempercepat terjadinya kerusakan gigi. Rendahnya kesadaran ini menimbulkan konsekuensi serius, yakni anak-anak mengalami karies, penyakit gusi, hingga masalah mulut kering yang mengganggu kesehatan mereka secara keseluruhan.

Ketika gigi anak sudah mulai tumbuh, tantangan lain pun muncul. Gigi susu yang tumbuh pada usia 5–6 bulan dan lengkap pada usia 2–3 tahun sering kali dipandang remeh karena sifatnya sementara. Padahal, gigi susu berperan penting dalam membantu anak mengunyah makanan, menjaga ruang bagi gigi permanen, mendukung perkembangan rahang, serta melatih kemampuan bicara. Ketika gigi permanen mulai tumbuh di usia 6–7 tahun, orang tua harus lebih waspada. Jika tidak diawasi, gigi anak bisa tumbuh berdesakan, tidak teratur, bahkan menimbulkan masalah estetik dan fungsional di masa depan. Oleh karena itu, pemahaman orang tua mengenai jadwal pertumbuhan gigi sangat menentukan keberhasilan perawatan gigi anak.

Perawatan Rutin

Selain perawatan di rumah, pemeriksaan rutin ke dokter gigi juga memiliki peran penting. Idealnya, anak diperiksakan setiap enam bulan sekali. Kunjungan berkala ini memungkinkan dokter gigi melakukan deteksi dini terhadap masalah kesehatan gigi. Tindakan pencegahan seperti aplikasi fluor untuk memperkuat gigi atau penutupan celah gigi (fissure sealant) untuk mencegah karies dapat dilakukan. Namun, kebiasaan ini masih jarang dilakukan masyarakat kita. Banyak orang tua baru membawa anak ke dokter ketika rasa sakit sudah tidak tertahankan, sehingga penanganan yang dilakukan sering kali bersifat kuratif, bukan preventif. Padahal, pendekatan preventif jauh lebih efektif dan ekonomis dibandingkan pengobatan setelah kerusakan terjadi.

Permasalahan kesehatan gigi anak tidak hanya berhenti pada aspek fisik, tetapi juga berkaitan dengan aspek psikologis dan sosial. Nyeri akibat gigi berlubang atau infeksi gusi dapat membuat anak kehilangan nafsu makan, sulit tidur, hingga menurunkan prestasi belajar. Lebih jauh, beberapa studi menunjukkan bahwa faktor psikososial orang tua juga berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak. Ibu yang mengalami depresi, pola asuh yang terlalu memanjakan, atau orang tua yang mengalami stres dapat memberikan dampak negatif terhadap kebersihan gigi anak. Hal ini menegaskan bahwa pemeliharaan kesehatan gigi anak bukan hanya soal teknik menyikat atau mengurangi makanan manis, tetapi juga menyangkut kualitas pengasuhan dan kondisi psikologis keluarga.

Sejak Dini

Dalam konteks yang lebih luas, kerusakan gigi pada anak sebenarnya bisa dicegah dengan penerapan perilaku sehat sejak dini. Anak yang terbiasa menyikat gigi dengan cara yang benar, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan rutin memeriksakan giginya akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Mereka bisa makan dengan nyaman, tidur nyenyak, belajar dengan konsentrasi penuh, serta tumbuh dengan percaya diri. Sebaliknya, anak yang sering mengalami gangguan gigi akan mudah rewel, kurang gizi akibat sulit mengunyah makanan, bahkan cenderung tertinggal dalam perkembangan fisik maupun mental.

Refleksi peringatan Hari Kesehatan Gigi dan Mulut tahun ini hendaknya tidak berhenti pada seremoni belaka. Momentum ini seharusnya menjadi titik balik untuk meningkatkan kesadaran bersama, terutama peran orang tua sebagai garda terdepan. Orang tua harus menyadari bahwa menjaga kesehatan gigi anak bukan hanya tugas tenaga kesehatan (dokter gigi, terapis gigi dan perawat gigi), tetapi tanggung jawab utama keluarga. Dengan keterlibatan aktif sejak usia dini, anak-anak akan tumbuh dengan gigi yang kuat, sehat, dan terawat hingga dewasa.

Pada akhirnya, kesehatan gigi dan mulut anak merupakan fondasi bagi kualitas hidup mereka di masa depan. Perawatan yang konsisten di rumah, pemahaman terhadap tahapan pertumbuhan gigi, serta kontrol rutin ke tenaga kesehatan adalah investasi yang hasilnya baru akan terlihat beberapa tahun mendatang. Namun, manfaat jangka panjangnya sangat besar: anak-anak yang sehat, percaya diri, produktif, dan siap menghadapi tantangan hidup. Peran orang tua adalah kunci. Dengan perhatian, teladan, dan pendampingan mereka, generasi mendatang akan lebih terlindungi dari beban masalah kesehatan gigi yang selama ini masih menjadi persoalan besar di negeri ini.

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA