Rabu, September 17, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

by Mata Banua
10 September 2025
in Opini
0

Maulid Nabi dan Etika Menyampaikan Aspirasi

Oleh : Abdul Hakim

Artikel Lainnya

D:\2025\September 2025\17 September 2025\8\8\Salikun.jpg

Membangun Mentalitas Wirausaha Mahasiswa

16 September 2025
D:\2025\September 2025\17 September 2025\8\8\Alya Nurul Latifah.jpg

ULM Dampingi Petani Desa Danda Jaya Tingkatkan Produktivitas Jamur Tiram Lewat Inovasi Growkit dan Pemasaran Digital

16 September 2025
Load More

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW setiap tahun selalu membawa nuansa religius dan kebersamaan. Di berbagai daerah, perayaan maulid diramaikan dengan doa bersama, tabligh akbar, hingga tradisi khas lokal.

Namun lebih dari sekadar seremoni, Maulid Nabi adalah momentum refleksi mendalam untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan kekinian, di tengah dinamika sosial dan politik bangsa.

Belakangan ini, ruang demokrasi kita kembali diuji dengan maraknya aksi demonstrasi yang berakhir ricuh dan anarkis. Aspirasi yang semestinya disuarakan secara damai berubah menjadi tindakan destruktif yang menimbulkan kerugian materi maupun moral. Fenomena ini menyiratkan adanya krisis etika dalam menyampaikan pendapat di muka umum.

Dalam konteks inilah, peringatan Maulid Nabi menemukan relevansinya. Keteladanan Rasulullah dalam berdakwah, menyampaikan kebenaran, dan memperjuangkan keadilan memberi inspirasi bagaimana masyarakat seharusnya menyalurkan aspirasi tanpa harus mengorbankan kedamaian.

Rasulullah SAW hadir di tengah masyarakat yang kala itu diliputi krisis moral, konflik antar-suku, serta ketidakadilan sosial. Namun beliau tampil sebagai pembawa rahmat dengan akhlak yang lembut dan penuh kasih sayang.

Al-Qur’an menegaskan bahwa kelembutan adalah kunci dalam berhubungan dengan sesama. Firman Allah:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS. Ali Imran [3]:159).

Ayat ini menegaskan pentingnya kelembutan dan etika berkomunikasi. Dalam konteks demokrasi modern, pesan ini bisa dimaknai bahwa menyampaikan aspirasi harus dilakukan dengan santun, rasional, dan beradab. Kekerasan, ujaran kebencian, maupun perusakan hanya akan membuat pesan kehilangan makna, bahkan merugikan masyarakat sendiri.

Demonstrasi adalah bagian sah dari demokrasi. Konstitusi menjamin kebebasan berpendapat sebagai hak warga negara. Namun kebebasan itu bukanlah kebebasan tanpa batas. Aksi anarkis, pembakaran fasilitas publik, hingga bentrok dengan aparat justru mengikis esensi perjuangan itu sendiri.

Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia kembali diwarnai dengan peristiwa demonstrasi yang berujung pada tindakan anarkis di sejumlah daerah. Apa yang sejatinya dimaksudkan sebagai ruang penyaluran aspirasi rakyat, kerap berubah menjadi panggung kerusuhan.

Kasus di Nusa Tenggara Barat misalnya, yang berakhir dengan rusaknya Gedung DPRD, menjadi cermin betapa rapuhnya komunikasi politik antara masyarakat dan wakilnya. Ketika aspirasi tidak menemukan saluran yang sehat, kemarahan mengambil alih. Dialog runtuh, digantikan oleh bara amarah yang merusak tatanan sosial.

Padahal sejarah telah memberi teladan. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa perubahan sejati hanya dapat diraih dengan akhlak mulia, bukan dengan menghancurkan. Rasulullah menghadapi penentangan dengan kesabaran, membalas cacian dengan doa, dan meneguhkan perjuangan dengan kasih sayang.

Nilai-nilai inilah yang seharusnya menjadi pedoman umat dalam menyuarakan kebenaran, termasuk saat menyampaikan kritik sosial dan politik di era modern.

Hadis Nabi menyebutkan: “Seorang muslim adalah orang yang kaum muslimin selamat dari lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Pesan ini jelas bahwa etika sosial seorang muslim adalah tidak menyakiti orang lain, baik dengan ucapan maupun perbuatan.

Spirit Maulid

Peringatan Maulid Nabi memberi kesempatan bagi masyarakat untuk meneguhkan kembali spirit demokrasi yang berakhlak. Rasulullah tidak pernah menutup ruang dialog. Beliau selalu mendengarkan keluh kesah umatnya, bahkan terhadap orang yang berbeda keyakinan sekalipun.

Spirit musyawarah yang diajarkan Nabi menjadi pedoman penting dalam berdemokrasi. Al-Qur’an menyebutkan: “…sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…” (QS. Asy-Syura [42]:38). Musyawarah menuntut keterbukaan, empati, dan sikap saling menghargai. Jika ini diterapkan, ruang demokrasi akan tetap sehat tanpa perlu diwarnai kekerasan.

Di era konsumerisme dan ledakan media sosial, kita sering terjebak dalam ekspresi instan atau melampiaskan amarah tanpa kendali, menyebarkan ujaran kebencian tanpa filter. Nabi justru mencontohkan kesabaran luar biasa dalam menghadapi cercaan, penghinaan, bahkan kekerasan fisik.

Kesederhanaan hidup Nabi menjadi pengingat bahwa kemewahan bukan ukuran kehormatan. Begitu pula kesabaran beliau menunjukkan bahwa perubahan butuh proses panjang. Dalam konteks demonstrasi, kesabaran bukan berarti pasrah, melainkan kesediaan menempuh jalan dialog, advokasi, dan diplomasi sosial yang lebih beradab.

Keteladanan Maulid tidak hanya berlaku bagi rakyat, tetapi juga pemimpin. Rasulullah adalah sosok pemimpin amanah yang terbuka pada kritik. Pemimpin di era modern harus belajar mendengarkan aspirasi rakyat, membuka ruang partisipasi, dan menghindari gaya kepemimpinan elitis yang menjauhkan diri dari masyarakat.

Sebaliknya, rakyat juga dituntut menyalurkan aspirasi dengan cara-cara yang konstruktif. Energi protes seharusnya diarahkan untuk membangun, bukan merusak. Lembaga legislatif dan eksekutif mesti menjadi fasilitator, bukan penghalang dialog. Di sinilah nilai Maulid menjadi jembatan: pemimpin belajar rendah hati, rakyat belajar beradab dalam beraspirasi.

Demokrasi berbasis akhlak

Dari Maulid Nabi, ada beberapa solusi orisinal yang bisa ditawarkan untuk memperkuat praktik demokrasi di Indonesia:

Pertama, pendidikan akhlak publik. Aksi anarkis sering kali lahir dari lemahnya pendidikan akhlak. Sekolah, kampus, dan ruang publik perlu memperkuat literasi moral, agar aspirasi disalurkan dengan damai.

Kedua, dialog terbuka. Pemerintah daerah dan DPRD harus membuka kanal aspirasi yang transparan. Forum musyawarah, audiensi publik, hingga pemanfaatan teknologi digital bisa menjadi sarana alternatif dialog.

Ketiga, keteladanan pemimpin. Pemimpin mesti mencontohkan sikap rendah hati, sederhana, dan terbuka. Spirit kepemimpinan Nabi yang mengutamakan kepentingan umat harus menjadi teladan pejabat publik.

Keempat, kultur damai dalam berdemonstrasi. Organisasi masyarakat sipil dan aktivis perlu menginternalisasi prinsip non-kekerasan. Demo damai dengan narasi cerdas lebih efektif daripada anarkisme yang hanya meninggalkan luka sosial.

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momentum yang tidak boleh sekadar berlalu sebagai tradisi seremonial. Ia harus menjadi cermin untuk memperbaiki etika sosial kita, terutama dalam praktik berdemokrasi.

Aksi anarkis yang terjadi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa bangsa kita masih memerlukan pencerahan dalam menyampaikan aspirasi. Dari Maulid Nabi, kita belajar bahwa perubahan hanya akan berhasil bila dilakukan dengan akhlak mulia, kesabaran, dan semangat kasih sayang.

Meneladani Nabi berarti menjaga lisan dan tangan dari menyakiti orang lain, membangun komunikasi yang damai, dan menegakkan keadilan sosial. Spirit Maulid harus menjiwai demokrasi Indonesia agar tetap sehat, beradab, dan berpihak pada rakyat.

Karena sejatinya, cinta kepada Rasulullah tidak cukup diwujudkan dalam serangkaian perayaan, tetapi harus dihidupkan dalam sikap kita sehari-hari, termasuk dalam cara kita menyampaikan aspirasi dan membangun bangsa. (ant)

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA