DENPASAR – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso memastikan beras premium saat ini sudah masuk di sebagian besar ritel. Hal itu disampaikan Mendag usai meninjau harga dan pasokan barang kebutuhan pokok di Pasar Nyanggelan, Desa Adat Panjer, Denpasar, Bali, Selasa. Ini merespons masih adanya kelangkaan komoditas tersebut terutama di Bali.
“Seperti di ritel modern ya, jadi kami sudah koordinasi, memang ada beberapa belum, tapi kami kemarin beberapa kali komunikasi dengan ritel dan bisa kami sampaikan bahwa sebagian besar sudah terisi beras-beras premium,” kata Mendag.
Selain memastikan beras premium sudah mulai masuk di ritel modern, Mendag juga mendapati bahwa masyarakat lebih banyak membeli beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang harganya lebih murah. Menurutnya, hal ini menunjukkan meski masih terdapat kelagkaan beras premium, beras SPHP dapat menjadi opsi lain.
“Kalau untuk minimarket (ritel modern) itu rata-rata konsumennya lebih suka yang SPHP. SPHP sudah penuh (stoknya) di minimarket,” ujarnya.
Oleh karena itu, Mendag menilai langkah yang dapat dilakukan pemerintah adalah memberikan intervensi terhadap harga beras SPHP, mengingat saat ini harga yang beredar masih di bawah harga acuan.
“Ya makanya kami ada intervensi, kan beras normal tadi seharusnya dijual Rp 62.500 per 5 kilogram, tapi dijual malah cuma Rp 60.000,” katanya.
Secara terpisah, Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali Asinaga Budiman membenarkan beras premium sudah mulai masuk kembali pascakondisi maraknya beras oplosan. Namun, menurutnya, ritel di Bali masih menghadapi kendala harga dari produsen yang sudah tinggi.
“Betul beras premium ada, (merek) Putri Sejati, Topi Koki, Ratu, Kleneng, dan lain-lain, tapi kondisi harganya (ritel membeli) sudah di atas HET,” kata Budiman.
Sementara itu, Satgas Pangan meminta ritel di Bali menjual beras premium dengan harga tidak melebihi HET. Hal ini menjadi tantangan bagi pelaku usaha ritel untuk menjual beras premium.
“Kami di ritel modern tidak berani jual, karena harga dari pabrik sudah lebih dari HET, ritel tidak berani ambil risiko jika kami jual di atas HET,” ujar Ketua Aprindo Bali itu.
Sebelumnya diberitakan, hilangnya beras medium dan premium di sejumlah pasar ritel modern membuat keresahan semakin meluas. Ibu rumah tangga hingga pedagang kecil mulai mengeluhkan sulitnya mencari beras dengan harga normal, padahal komoditas ini adalah kebutuhan pokok utama masyarakat.
Siti Maryam (42), ibu rumah tangga asal Depok, mengatakan dirinya heran setiap kali ada masalah pangan, justru Menteri Pertanian yang turun langsung ke pasar.
“Harusnya kan Menteri Perdagangan at Bapanas yang kerja. Kenapa selalu Pak Mentan yang repot? Padahal beliau urusannya lebih ke produksi. Kalau di pasar ritel begini ya mestinya Kemendag sama Bapanas turun tangan. Polisi juga kok diam saja, padahal ini jelas-jelas bikin rakyat susah,” keluhnya.
“Biasanya saya beli beras lima kilo, sekarang kosong. Adanya cuma yang kecil-kecil dan lebih mahal. Ini jelas bikin pengeluaran rumah tanggatambah berat. Saya heran, kok pemerintah diam saja?,” ujarnya. rep/mb06