Oleh: Nor Aniyah, S.Pd. (Pemerhati Masalah Sosial dan Generasi.)
Organisasi Kesehatan PBB melaporkan, perintah pengungsian baru yang dikeluarkan Zionis mencakup 7 persen wilayah Jalur Gaza. Jika digabung dengan wilayah yang sebelumnya sudah dijadikan zona militer, kini sekitar 71 persen wilayah Gaza menjadi daerah terlarang bagi warga Palestina. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) menegaskan, perintah ini, ditambah serangan brutal yang terus meningkat, menyebabkan semakin banyak korban jiwa, kerusakan infrastruktur sipil, dan terhentinya bantuan kemanusiaan selama lebih dari satu setengah bulan (antaranews.com).
Ironisnya, kebijakan pengusiran ini dikeluarkan di tengah krisis kelaparan yang parah. Satu dari lima penduduk Gaza kini mengalami kelaparan. Blokade total terhadap masuknya bantuan kemanusiaan dan barang penting lainnya memperparah penderitaan. Tak cukup memblokir, militer Zionis bahkan menghancurkan puluhan ribu paket bantuan berisi makanan dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan warga Gaza.
Kini warga Gaza hanya bergantung pada pembagian bantuan Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang mendapat dukungan Amerika Serikat dan Zionis, sebuah langkah yang menuai kontroversi. Lebih dari 1.000 warga Palestina telah dibunuh militer Zionis saat mencoba mendapatkan makanan sejak lembaga tersebut mulai beroperasi pada 27 Mei.
Lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza berada di ambang kehancuran akibat penghancuran, blokade, dan kebijakan kelaparan yang disengaja selama lebih dari 21 bulan. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, 122 orang — sebagian besar anak-anak — meninggal akibat kelaparan. Data terbaru menunjukkan 11,5 persen anak-anak mengalami malnutrisi akut, angka yang sangat mengkhawatirkan menurut standar kesehatan global.
Saat ini, lembaga-lembaga bantuan tidak bisa bekerja bebas. Kelaparan di Gaza menjadi bentuk hukuman massal, yang bahkan dapat dikategorikan sebagai tindakan genosida. Kekejaman Zionis terhadap rakyat Palestina berlangsung dengan dukungan penuh Amerika Serikat, yang berulang kali memveto upaya Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan agresi. Mandulnya PBB semakin jelas, sementara para pemimpin negeri-negeri Muslim tetap bungkam, mengabaikan seruan Allah SWT dan Rasul-Nya untuk membela saudara seiman yang tertindas.
Fakta ini membuktikan, kedzaliman tidak bisa dihentikan hanya dengan kecaman retoris, doa, atau bantuan kemanusiaan. Propaganda Barat telah berhasil melemahkan umat Islam secara ideologis, menjauhkan mereka dari kekuatan sejatinya. Pemimpin-pemimpin Muslim terjebak dalam kepentingan politik sempit, sementara umat dibuat pasif dan menyerah.
Padahal, sejarah membuktikan umat Islam pernah menjadi kekuatan besar. Kekuatan itu bersumber dari akidah Islam yang kokoh, yang melahirkan peradaban agung di bawah naungan Khilafah. Dulu, Khilafah menjadi negara adidaya yang melindungi kehormatan umat dan membebaskan wilayah-wilayah Muslim dari penjajahan.
Kondisi brutal yang terjadi hari ini seharusnya menjadi momentum kebangkitan. Umat harus sadar bahwa solusi hakiki untuk Palestina bukanlah diplomasi semu yang selama ini terbukti gagal, melainkan kembali kepada Islam secara kaffah.
Kegagalan diplomasi internasional tidak terlepas dari dominasi sistem global berbasis ideologi Kapitalisme. Kapitalisme menempatkan keuntungan materi dan kepentingan politik sebagai tolok ukur utama, mengorbankan keadilan dan kemanusiaan. Selama dunia masih tunduk pada hegemoni Kapitalisme, penderitaan umat Islam — termasuk di Palestina — akan terus berlangsung.
Maka, umat harus melepaskan diri dari ilusi sistem buatan manusia ini. Islam adalah satu-satunya ideologi yang mampu mewujudkan keadilan sejati. Solusi nyata bagi pembebasan Palestina adalah jihad yang dipimpin oleh institusi politik Islam, yakni Khilafah. Hanya Khilafah yang dapat mengerahkan kekuatan militer dan politik untuk menghentikan penjajahan Zionis dan menjaga kehormatan umat.
Jamaah dakwah ideologis harus berada di garis terdepan dalam memimpin umat menuju kebangkitan sejati ini. Mereka harus meneladani metode dakwah Rasulullah SAW, yang membangun kekuatan umat secara pemikiran dan politik sebelum menegakkan kekuasaan Islam.
Allah SWT berfirman: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran: 104). Ayat ini menegaskan pentingnya keberadaan jamaah yang terorganisir untuk menyeru kepada kebaikan dan memperjuangkan tegaknya hukum Allah secara kaffah.
Untuk itu, para pengemban dakwah harus meningkatkan kapasitas diri: mampu menyampaikan pemikiran yang menggugah, menjaga kekokohan iman, dan istiqamah dalam perjuangan. Mereka juga harus mendekatkan diri kepada Allah SWT, melayakkan diri untuk mendapatkan pertolongan-Nya dalam upaya besar menegakkan agama-Nya di muka bumi.
Kekejaman Zionis telah membuktikan bahwa retorika dan bantuan kemanusiaan saja tidak mempan. Apalagi, Zionis selalu mendapat perlindungan Amerika Serikat melalui veto-veto di PBB. Kelemahan PBB semakin jelas, sementara para pemimpin Muslim tetap pasif.
Umat Islam harus sadar bahwa kelemahan yang ada sekarang hanyalah ilusi. Sumber kekuatan sejati umat ada pada akidah yang kokoh dan kesatuan politik di bawah Khilafah. Sejarah panjang telah menunjukkan bahwa ketika umat bersatu di bawah satu kepemimpinan Islam, mereka mampu menjadi kekuatan global yang disegani.
Situasi hari ini harus dimanfaatkan sebagai sarana untuk menyadarkan umat akan solusi hakiki: jihad dan tegaknya Khilafah. Penyadaran ini harus terus digencarkan, seiring dengan bukti nyata kejahatan Zionis yang kian tak terbantahkan.
Dengan kekuatan politik yang terorganisir, negeri-negeri Islam dapat mendesak dunia internasional untuk mengakui kedaulatan Palestina dan mendukung pembebasan dari penjajahan. Pendekatan ini tidak cukup hanya lewat resolusi PBB yang lemah, tetapi harus disertai kekuatan nyata dari kesatuan politik, militer, dan ekonomi Dunia Islam. Hanya dengan cara inilah penderitaan rakyat Palestina dapat diakhiri, dan kehormatan umat Islam di seluruh dunia kembali terjaga.[]