Rabu, September 17, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Membaca Buku

by Mata Banua
11 Agustus 2025
in Opini
0
D:\2025\Agustus 2025\12 Agustus 2025\8\mukhyar sani.jpg
DR.H.Mukhyar Sani,MA.(Foto: mb/ist)

Kamis 20 September 2024, pagisekitar jam 6.30 saya keluar dari langgar Sufunun Najah, yang berjarak lebih kurang hanya 30 meter dari kediaman di Rukun Tetangga 10 Pemurus Baru Kompleks Bumi Bangun Banua setelah sebelumnya ikut shalat subuh berjama’ah, wiridan, membaca surah yasin, al-waqi’ah, al-mulk, dan al-asma al-husna. Berjalan santai tanpa alas kaki dengan sebuah tasbihketika keluar dari langgar itu sudah menjadi kebiasaansaya sejak puluhan tahun lalu.Menurut Rasulullah Muhammad saw. berjalan seperti itu adalah salah satu cara merawat kesehatan, selain mandi pagi, dan tidak berlebihan dalam makan.Ketika itu saya tidak mengira akan dihubungi, konsenterasi pikiransaya terarah pada kaka tuha H.Murjani Sani yang sedang terbaring di rumahsakit Sultan Suriansyah akibat sakit yang dideritanya. Sampai di depan pintu rumah,mengucapkan salam, membaca shalawat, dan surah al-ikhlas sebagaimana diajarkan oleh kitab “Mafatih al-Faraj.”Membuka handphone. tertulis pesan singkat assalamulaikum dari Bapak Dr.Saifuddin,MAg, Kepala UPT. Perpustakaan UIN Antasari. Saya telphon balik,kemudian diberitahu untuk menjadi nara sumber yang ketika itu disebut juga nama Pak Syaiful Bahri Jamarah. Saya berpikir, Oh, apa tidak salah menunjuk saya sebagai nara sumber dalam acara Gerakan Cinta Buku,akhirnya saya mengiyakannya.Terdapat dua argumentasi dalam benak saya (1) Barangkali ini bagisaya kesempatan untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang bersumber darimahasiswa, dan yang ke (2) Perpustakaan UIN Antasari telah banyak berbuat baikuntuk saya terkait peminjaman buku dan pengembaliannya.Demikianlah suasana ketika itu dan asbab al-nuzul tulisan ini dan oleh karena itu, tulisan ini merupakan by productdari apa yang disampaikan dalam acara tersebut di atas.

Berbicara tentang membaca(qira’ah atau reading) kiranya sulit bagi kita untuk tidak mengkaitkannya dengan wahyu pertama yang diterima nabi Muhammad saw. karena pesannya adalah perintah untuk membaca.Wahyu itu adalah ayat 1 sampai 5 surah al‘Alaq artinya:Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu Yang Menciptakan.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah, Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.Dalam ayat ini kata membaca (qira’ah) terulang dua kali yang mengisyaratkan membaca itu penting.

Artikel Lainnya

D:\2025\September 2025\17 September 2025\8\8\Salikun.jpg

Membangun Mentalitas Wirausaha Mahasiswa

16 September 2025
D:\2025\September 2025\17 September 2025\8\8\Alya Nurul Latifah.jpg

ULM Dampingi Petani Desa Danda Jaya Tingkatkan Produktivitas Jamur Tiram Lewat Inovasi Growkit dan Pemasaran Digital

16 September 2025
Load More

Membaca (qira’ah atau reading) adalah suatu upaya bagi seseorang atau banyak orang untuk memperkaya khazanah perbendaharaan ilmu pengetahuannya; semakin banyak membaca -berpotensi- akan semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang didapat dan semakin sedikit membaca, semakin sedikit pula kemungkinan seseorang dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuannya. Membaca dalam wahyu di atas mengandung perintah yang menghendaki sebuah perubahan dari pasif menjadi aktif, dari diam menjadi bergerak,dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu.

Membaca dianggap sebagai cara terbaik untuk memperkaya ilmu pengetahuan; di banding hanya dengan mendengar, membaca memiliki nilai plus.Membaca adalah melihat,bahkan memperhatikan apa yang tertulis pada media tulisan seperti buku, majalah, kitab, dan lain-lain. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa saja yang tertulis.

Minat untuk membaca -sesungguhnya- harus selalu hidup dalam setiap individu ketika ia ingin perbendaharaan ilmunya bertambah. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia minat adalah perhatian, kesukaan atau kecenderungan kepada sesuatu. Minat membaca merupakan dasar untuk menguasai ilmu pengetahuan yang terdapat pada sebuah media informasi, Mengapa? sebab tanpa adanya minat, rada sulit akan menggerakan seseorang untuk membuka bahan pustaka; baik berupa buku cetak, bentuk digital, dan bentuk lain yang menyimpan kandungan informasi ilmu pengetahuan.Minat membaca bisa tumbuh dari kesadaran bahwa membaca adalah cara mudah memperkaya ilmu pengetahuan, membaca adalah perintah agama, dimana agama memberi apresiasi atau ganjaran bagi orang yang membaca,karena dianggap menuntut ilmu pengetahuan. Lebih dari itu, pergaulan dengan mereka yang kutu buku; gemar membaca berpotensi bisa memberi motivasi dan pengaruh munculnya minat membaca dalam diri seseorang.

Diawal proses islamisasi -terutama di kisaran Kalimantan, dimasa Khatib Dayyan, Penghulu Rasyid, dan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjariy, membaca dijadikan sebagai batu ujian bagi seorang murid untuk mendapatkan ijazah untuk mengajar orang lain dimana hal ini dikenal dengan sebutan Berijazah.Ketika itu, lembaga pendidikan formal masih langkauntuk tidak mengatakan belum ada;Islam dakwahnya lebih banyak bergerak dengan metode pengajian. Pengajian biasanya (pengajian kitab kuning)-berbeda dari ceramah biasa dimana pendengarnya tidak aktif hanya mendengarkan-,pengajian;guru dan jama’ahnya keduanya aktif. Indikator pengajian biasanya ada guru dengan kitab tertentu, jama’ah tertentu dengan kitab yang sama dan berurutan materi yang disampaikan dari awal sampai ke akhir kitab. Murid yang ingin mengajar diuji kemampuanya membaca dan memahami kandungan kitab itu baru diijazahkan. Dalam konteks ini (membaca kitab kuning) membaca tidak sekedar dimaksudkan untuk meningkatkan minat baca,tetapi untuk mengetahui benar tidaknya bacaannya dan pemahamannya terhadap kandungan kitab tersebut.

Membaca bagi sebagian orang adalah hal yang sangat menyenangkan, sementara bagi yang lain (mungkin) adalah hal yang sangat membosankan, membaca dianggap kegiatan yang menjenuhkan.Kegiatan gosip, menonton televisi atau berkumpul dengan teman sebaya dianggap lebih asyik daripada membaca buku.

Dalam konteks membaca ini masyarakat Indonesia yang menurut temuan UNDP tahun 2004, Human Development Index (HDP)berada pada peringkat 112 dari 175 negara,jauh ketinggalan dari Singapura, (28), BrunaiDarussalam (31),Malaysia (58), Thailan (74),Filipina (85),dan Vietnam (109) perlu belajar dari negara yang masyarakatnya gemar membaca, umpamanya Jepang, dan Norwegia.

Kita bisa berkaca dari keberhasilan Jepang dalam membudayakan minat baca bagi masyarakatnya, Orang Jepang terkenal cintanya pada buku, sehingga dibanyak tempat sering ditemukan masyarakat membaca buku. Cintanya mereka kepada buku hudah tidak bisa lagi dikatakan gemar, tetapi membaca buku menjadi budaya masyarakat Jepang. Budaya baca orang Jepang ditunjang oleh proses penerjamahan buku-buku asing yang sudah dimulai dari tahun 1684.Buku-buku asing diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang, disajikan dengan gaya dan penampilan yang menarik yang membuat minat baca mereka semakin tinggi.

Saya berkesempatan mengunjungi Norwegia pekan lalu.Dalam penerbangan ke Oslo, perempuan di samping saya segera mengeluarkan buku dari tasnya begitu duduk di kursi pesawat.Selama hampir dua jam perjalanan,ia tenggelam dalam bacaannya.Begitu pula laki-laki setengah baya dalam perjalanan empat jam kereta api antara Myrdal – Oslo. Buku bukan saja menemaninya, melainkan juga mengisi detik-detik waktunya.Membaca tampaknya telah menjadi bagian dari budaya hidup mereka. Mungkin itu yang membuat Norwegia menjadi salah satu bangsa dan negara paling sejahtera di dunia. Pengaruh membaca tercermin kuat pada sikap dan tingkah laku disana sehari-hari.Sebagaimana lazimnya negara maju,tertib menjadi ciri hidup mereka termasuk dalam berlalu lintas.Tak ada saling potong jalan, tak pula suara klakson.Demikian Zaim Uchrawi dalam buku”Budaya Baca di Era Digital.”

Membaca telah banyak mengangkat harkat dan martabat individu menjadi sukses dalam kehidupan dan tersyuhur; Banyak tokoh yang dapat dijadikan sebagai model panutan dalam konteks membaca: sebut saja umpamanya Ibn ‘Abbas,sahabat nabi Muhammad saw.,K.H.Abdurrahman Wahid (Gus Dus), Barack Obama,Aristoteles, Karl Marx, dan lain-lain; rmereka sukses berkat bantuan membaca.

Orang ini sejak kecil suka membaca; ketika lahir mendapat doa untuk menjadi ulama fikih dan ahli tafsir al-Quran;mulutnya mendapat ludah dari putera terbaik guru sahara,dan nyaris tidak pernah ikut perang melainkan menjelang kematiannya. Ia menorehkan jejak gemilang memperkaya khazanah pengetahuan Islam dengan ilmu dan kajian di bidang fikih dan hadis.Ia cerdas,pasih,kuat ingatan,cepat paham,mengungguli yang lain di bidang fikih dan tafsir.Ia dikenal sebagai Raisi al-Mufassirin.Seorang ulama lewat ketika ia membaca dan menafsirkan surah al-baqarah.Ulama itu kemudian berkata “Belum pernah kulihat dan kudengar,orang seperti dia, andai ia didengar penduduk Persia dan Romawi, pasti mereka akan masuk Islam”Siapa dia? Dia adalah Ibnu Abbas; sahabat yunior nabi Muhammad saw.,meninggal karena penyakit mata; banyak membaca.

Tebu Ereng Jombang terkenal dengan pondok pesantrennya. Dari Jombang lahir seorangtokoh nasional yang pasih dalam enam bahasa yang sejak kecil rajin membaca.Ia pernah mendapat amanah umat tiga periode berturut-turut menjadi nakhoda sebuah organisasi kemasyarakatan Islam terbesar di Indonesia. Mendapat banyak gelar Doktor dari berbagai negara.Kematiannya menjadi fenomine karena bukan hanya jumlah pengiring dan penta’ziyah pada saat pemakamannya yang mencapai ratusan ribu orang dari seluruh lapisan masyarakat,tetapi sampai hari ini orang masih banyak berkunjung ke makamnya. Marzuki Wahid berkata “Orang ini bukanlah seorang sosiolog, bukan seorang politikus, bukan seorang politisi, bukan seorang seniman,bukan seorang budayawan,bukan seorang agamawan, bukan seorang feminis, dan bukan juga seorang pemikir,tapi ia adalah semuanya.”Ia dianggap wali kesepuluh dan pernah menjadi Presiden Republik Indonesia ke- 4; siapa dia; dia adalah KH.Abdurrahman Wahid.

Ia hidup di lingkungan masyarakat mayoritas berkulit putih,ia sendiri termasuk kelompok minoritas berkulit hitam di negara itu;negara yang hari ini dianggap sebagai negara super power. Di sana ia berjuang mengembangkan diri,Ia kuliah di universitas ternama di sana: Harvard University dengan menyandang sebagai lulusan terbaik.Banyak tawaran kepadanya untuk bekerja,ia memilih sebagai penggerak masyarakat dengan penghasilan pas-pasan.Mungkin sudah tertanam dalam jiwanya bahwa untuk menjadi orang besar harus dekat dengan masyarakat.Ibu tirinya menjadi saksi tentang ketekunannya dalam membaca.Sewaktu kecil ia pernah tinggal dan sekolah di Jakarta.Siapa dia,kalau bukan Barack Obama, Presiden Amerika Serikat sebelum Donald Trump.

Aristoteles, lahir di Stragira tahun 383 S.M. dan meninggal tahun 322 S.M. dalam usia 63 tahun.Ia seorang filusuf dari Atena. Selain sebagai filusuf, ia terkenal sebagai bapak logika.Setelah ayahnya meninggal, ia pergi ke Atena dan belajar pada Plato di Akademia.Plato mengaguminya dan menamakannya si Raja Akal, karena kecerdasannya yang luar biasa dan memanggilnya si Kutu Buku karena kerajinannya membaca. Dua puluh tahun lamanya ia menjadi murid Plato dan bergaul dengannya.Ia sangat rajin mengkoleksi buku-buku, rumahnya dijadikan tempat koleksi buku dan itulah cikal bakal perpustakaan pertama di Atena, bahkan di dunia. Ketika saya meminjam buku di perpustakaan UIN Antasari dan membaca di situ,sekali-sekali saya teringat jasa almarhum Aristoteles.

Ia penulis buku Das Kapital.Terlepas dari ideologi yang di anutnya, semua sepakat bahwa ia adalah orang besar dari Jerman yang namanya abadi dalam sejarah manusia. Ajarannya yang kita kenal dengan Markismemasih dipakai sebagai landasan ideologi beberapa negara.Sejarah hidupnya adalah sejarah membaca buku, malah dikategorikan sebagai bibliomania, kegilaan terhadap buku.

Diusir dari Jerman, ia mampir ke Paris, namun dikota itu kehadirannya juga tidak dikehendaki.Dengan kantong kosong, perut lapar, dan tubuh digerogoti penyakit, ia menuju London, pusat industri Eropa pada saat itu.Di London ia ibarat ikan bertemu air dan British Museum adalah kolam besar tempat ia menelurkan karya-karya pentingnya.Diruang baca museum itu ia menulis buku Das Kapital.Dia adalah Karl Marx.Pada tanggal 14 Maret 1883 ia meninggal dalam keadaan duduk di kursi diruang belajarnya.Ia dimakamkan berdampingan dengan makamisterinyadi pemakaman Highgate.

Banyak tokoh nasional pemerhati pendidikan yang menyuarakan rendahnya minat baca atau membaca buku masyarakat Indonesia, sebut saja umpamanya budayawan Mohammad Sobary dalam tulisannya “Buku dan Watak Bangsa.” Di situ ia berkata “Peradaban modern, tampaknya berkembang dan maju karena buku.Bangsa Arab pasca turunnya ayat pertama iqra: bacalah, maju luar biasa dan membuat peradaban sangat modern setelah mereka memasuki dunia buku dan meninggalkan tradisi lisan.Tradisi lisan merupakan suatu yang luar biasa,tapi memasuki peradaban modern, tradisi itu tampak melankolis dan kesepian karena tak mampu menjawab kebutuhan zaman, yang ditandai dengan membaca,menulis, dan mengembangkan dunia ide secara tertulis.Tradisi lisan lalu dianggap kurang relevan.

Lain Mohammad Sobary lain lagi Ki Supriyoko yang dalam tulisannya “Minat Baca dan Kualitas Bangsa” ia menyampaikan laporan World Bank (Bank Dunia).Bank Dunia dalam laporan pendidikannya Education in Indonesia menyatakan “Begitu rendahnya kemampuan membaca anak-anak Indonesia.Dengan mengutip hasil studi dari Vincent Greanary,dilukiskan siswa-siswa kelas enam SD.Indonesia dengan nilai 51,7 berada di urutan paling akhir setelah Pilipina,Thailand,Singapura, dan Hongkong.Artinya kemampuan membaca siswa kita memang paling buruk -katanya- dibandingkan dengan siswa dari negara-negara lain.

Sama dengan dua tokoh di atas, AM.Fatwa dalam tulisannya “Membaca Sebagai Sumber Kemajuan Bangsa”, Zaim Uchrawidalam tulisannya”Membaca,”Ahmad Baedawi dalam tulisannya”Teologi Membaca”, serta Yudi Latif dalam tulisannya”Saatnya Muliakan Keberaksaraan,”termasuk Toeti Adhitama penyiar televisi tahun 80 han dalam tulisannya Makna Membangkitkan Minat Membaca.”Merekasepakat menyuarakan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia; sayangnya mereka tidak dengan tegasmenyebutkan mengapa hal itu terjadi; juga tidak menawarkan jalan keluarnya; apakah hal itu terjadi akibat masyarakat Indonesia termanjakan oleh kekayaan sumber daya alam yang berlimpah yang terkadang orang luar menyebut Indonesia sebagai surga dunia atau karena sebab lain.wa Allah a’lam.

Minat baca akan muncul insya Allah dari kesadaran bahwa membaca adalah perintah al-Quran, membaca merupakan upaya memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, menuntut ilmu pengetahuan mendapat apresiasi dari agama dimana banyak ayat dan hadits yang terkait dengan membaca; umpamanyahadist yang artinya sebaai berikut: Sebaik baik shadaqah adalah seseorang muslim belajar ilmu pengetahuan dan mengajarkannya kepada Saudaranya sesama muslim.Dalam buku Pemikiran-Pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi tertulis hadits yang artnya “Apabila lalu seorang pelajar pada suatu qaryah (desa) untuk menuntut ilmu,Allah mengangkat adzab selama 40 hari dari kubur-kubur orang yang ada di qaryah (desa) itu. Minat membaca insya Allah semakin tinggi atau semakin besar ketika umpamanya menemukan faktor penunjangseperti lingkungan sosial, keluarga,pendidikan, dan ekonomi.Selamat membaca.

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA