
BANJARMASIN – Selama bulan Juli 2025 telah terjadi kebakaran pemukiman penduduk, termasuk kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Provinsi Kalimantan Selatan sebanyak 45 kali.
“Kalau dibandingkan dengan bulan Juli 2024 lalu, kejadian kebakaran pemukiman penduduk di Kalsel mengalami menurun,” kata Kabid Pengananan Bencana pada Dinas Sosial Provinsi Kalsel H Achmadi SSos, Minggu (10/8).
Menurut Madi –sapaan akrabnya, total kerugian akibat musibah kebakaran pemukiman penduduk dan karhutla selama Juli 2025 tersebut juga mengalami penurunan, hanya di taksir Rp 8,965 miliar.
Bencana kebakaran dengan kerugian bencana sekitar Rp 8,965 miliar itu terbesar di alami Kota Banjarmasin sekitar Rp 2,250 miliar, di susul Kabupaten Tapin sekitar Rp 1,815 miliar.
Kemudian, Kabupaten Banjar sekitar Rp 1,5 miliar, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) di taksir Rp1,1 miliar, Kotabaru Rp 800 juta, Barito Kuala (Batola) Rp 600 juta, Kota Banjarbaru Rp 550 juta, dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) Rp 350 juta.
Ketika di tanya frekuensi bencana kebakaran di Kalsel, Madi menyebutkan selama Juli 2025 tercatat terjadi 45 kali, terbanyak di Kota Banjarmasin 10 kali, di susul Kota Banjarbaru tujuh kali, dan Kabupaten HST sebanyak enam kali.
Selain itu, Kabupaten Banjar dan Kabupaten HSS masing-masing lima kali, Batola dan Kotabaru masing-masing tiga kali, Tapin dan Balangan masing-masing dua kali, serta Tabalong dan Tanah Laut satu kali.
“Akibat bencana kebakaran pemukiman penduduk di Kalsel itu, tercatat sebanyak 51 kepala keluarga (KK) atau 162 jiwa kehilangan tempat tinggal, dan menyebabkan empat buah rumah penduduk mengalami rusak total, 50 buah rumah rusak berat, dan 10 buah rumah rusak ringan,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Madi mengingatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana kebakaran pemukiman seperti Kota Banjarmasin, untuk meningkatkan kewaspadaan guna mengurangi resiko akibat bencana sosial tersebut. ani