Oleh: Bu Devi (Aktivis Muslimah)
Tingginya jumlah Anak Tidak Sekolah (ATS) di Kabupaten Banjar yang menembus angka 12.752 disebabkan karena beberapa factor keterbatasan akses transportasi, minimnya jumlah satuan pendidikan, terutama di jenjang lanjutan dan pendidikan khusus seperti SLB, faktor sosial ekonomi, banyak anak-anak yang berasal dari keluarga prasejahtera lebih memilih membantu orang tua bekerja, atau bahkan dinikahkan di usia dini demi alasan ekonomi, tak kalah penting adalah tingginya jumlah anak yang sebenarnya tetap belajar di pesantren, namun lembaga pendidikan tempat mereka belajar belum terdaftar di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) maupun EMIS (Education Management Information System) (radar banjar, 30/06/25)
Kultur masyarakat Banjar yang religius dan lebih memilih pendidikan nonformal berbasis keagamaan dinilai menjadi faktor utamanya. Pengamat pendidikan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Reja Fahlevi menyebut tingginya ATS dan rendahnya Rata-rata Lama Sekolah (RLS) di Banjar bukan hal yang mengejutkan.
Tingginya jumlah anak tidak sekolah(ATS) di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan yang menembus angka 12.752 merupakan gambaran yang sangat dekat dengan kita terkait fenomena anak putus sekolah yang secara nasional berada pada angka 2,4 juta anak (kuningmas.com,06/04/2025). Data Pusat Data dan Informasi Kemendikbud Ristek mencatat pada tahun ajaran 2023/2024 terdapat 1.267.630 lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. Selain itu, 1.153.668 anak yang sempat melanjutkan pendidikan akhirnya harus berhenti di tengah jalan atau dropout.
Hal ini menjadi pertanyaan besar ditengah banyaknya upaya yang telah justru ATS tidak berkurang dari waktu kewaktu namun semakin bertambah. Upaya yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah upaya pengentasan ATS mulai dari pendataan, verifikasi, hingga penanganan kasus. Pendataan dilakukan baik secara langsung melalui kunjungan rumah atau melalui platform digital. Verifikasi data dilakukan untuk memastikan keakuratan informasi tentang anak putus sekolah dan penyebabnya. Terakhir dilakukan penanganan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak, termasuk pendekatan persuasif, program pendidikan non-formal, dan dukungan psikososial.
Ada hal yang ditutupi bahwa bidang Pendidikan merupakan satu bidang kehidupan yang sangat terkait dengan bidang lain misal pemerintahan, ekonomi, keamanan. Jika hanya perkara terkhnis yang diselesaikan tanpa memperhatijkan bidang lain yang mempengaruhi Pendidikan maka dipastikan Pendidikan tidak akan memenuhi harapan kita bersama. Tingginya ATS paling besar disebabkan karena ekonomi yang berdampak terbatas kemampuan dalam trasportasi ke lembaga Pendidikan lanjut hingga ATS karena harus membantu orangtua bekerja. Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 mencatat bahwa 76 persen keluarga menyebut alasan utama anak putus sekolah adalah keterbatasan finansial. Dari jumlah itu, 67 persen menyatakan tidak sanggup membayar biaya sekolah, sementara 8,7 persen mengaku anaknya harus bekerja untuk membantu keluarga.
Upaya perbaikan yang dilakukan oleh pemerintah yang hanya menyentuh asfek tekhnis mengesankan pemerintah hanya ala kadarnya dalam mengurusi urusan masyarakat. Solusi yang dapat mnyelesaikan masalah pada seluruh asfek kehidupan harus dilakukan. Maka disini harus perubahan system kehidupan yang kapitalis sekuleristik ke system kehidupan Islam. Hanya dalam system Islam yang membuat sekolah bermutu, gratis dan masyarakat mudah dalam memenuhi kebutuhan primer.
Islam
Septimar mengungkapkan, solusi Islam dalam mengatasi berbagai masalah ekonomi telah diatur dalam berbagai aturan syariat. “Negara hadir dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Negara menerapkan sistem ekonomi berbasis Islam. Mulai dari pengelolaan berbagai kepemilikan umum, SDA (sumber daya alam) secara mandiri didistribusikan untuk memenuhi berbagai kebutuhan rakyat, termasuk pengelolaan zakat kepada para mustahik secara adil,” bebernya.
Dalam Islam, lanjutnya, kemiskinan (fakir) tidak hanya dilihat dari sisi materi, tetapi juga dari sisi kecukupan dasar untuk hidup layak sesuai ajaran Islam. “Mencakup juga kelayakan aspek spiritual dan sangat erat kaitannya dengan keadilan sosial dengan hak dan tanggung jawab negara. Salah satu konsekuensinya pada hak mereka sebagai penerima zakat, mustahik,” terangnya.
Ia mengutip firman Allah Swt. dalam At-Taubah ayat 60. “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, untuk (membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah dan untuk ibnu sabil, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
Seseorang dapat dianggap miskin, imbuhnya, tidak selalu tampak secara fisik, perlu ada sebuah langkah pro aktif menandainya. Ia mengutip hadis Rasulullah saw. sebagai berikut. “Bukanlah orang miskin itu orang yang berkeliling meminta-minta kepada manusia, yang kadang diberi dan kadang ditolak, tetapi orang miskin adalah orang yang tidak memiliki kecukupan dan tidak menampakkannya agar orang lain tahu untuk memberinya.” (HR. Muslim, 1039)
Imam Al-Ghazali dan para ulama klasik, paparnya, menekankan kebutuhan dasar harus dihitung berdasarkan ‘urf (kondisi umum masyarakat setempat) dan mencukupi secara layak, bukan sekadar bertahan hidup.
“Sebagai implikasi konsep tersebut, Islam sangat mengajarkan untuk peduli kepada rakyat miskin. Seorang muslim yang sekadar enggan menganjurkan memberi makan orang miskin saja dijuluki sebagai pendusta agama. Bahkan Rasulullah saw. mengecam bagi umatnya yang membiarkan tetangganya kelaparan, sementara dirinya kekenyangan,” bebernya.
Selain zakat, ungkapnya, Islam memerintahkan infak, sedekah, dan wakaf sebagai sarana atau alat untuk distribusi kekayaan. “Islam juga melarang riba dan penimbunan pangan. Hal itu untuk menjaga keseimbangan ekonomi. Untuk itu, butuh upaya untuk menerapkan Islam sehingga masyarakat hidup dalam kepemimpinan yang mengurus rakyat dengan baik. Dalam Islam, negara wajib dan bertanggung jawab menjamin kebutuhan dasar warganya termasuk pendidikan,” pungkasnya. [MNews/IK]
Sebagai salah satu bidang kehhal tersebut merupakan upaya tekhnis yang jika tidak diikuti upaya mendasar tdilakukan yang Hal tersebut Temuan tahunan tingginya ATS merupakan hasil upaya tekhnis yang didlakukan untuk memastikan anak negeri mendapatkan Pendidikan formal. Mekanisme pelacakan anak pas sekolah melibatkan beberapa langkah, mulai dari pendataan, verifikasi, hingga penanganan kasus. Pendataan dapat dilakukan secara langsung melalui kunjungan rumah atau melalui platform digital. Verifikasi data dilakukan untuk memastikan keakuratan informasi tentang anak putus sekolah dan penyebabnya. Setelah itu, dilakukan penanganan yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak, termasuk pendekatan persuasif, program pendidikan non-formal, dan dukungan psikososial.
Pendidikan sangat diperhatikan karena memiliki peran kunci dalam kemajuan individu dan bangsa. Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter, meningkatkan kesempatan kerja, dan memberdayakan individu untuk berkontribusi pada masyarakat. Selain itu, pendidikan yang berkualitas dapat mengurangi kesenjangan sosial, mendorong inovasi, dan menciptakan masa depan yang lebih baik.
Jika pendidikan tidak diperhatikan oleh suatu negara, dampaknya bisa sangat luas dan merugikan, mencakup aspek ekonomi, sosial, dan politik. Negara tersebut akan mengalami kesulitan dalam mencapai kemajuan dan pembangunan yang berkelanjutan.