Senin, Juli 14, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Nasib Guru: Cermin Kualitas Pendidikan Bangsa

by Mata Banua
13 Juli 2025
in Opini
0
D:\2025\Juli 2025\14 Juli 2025\8\8\master opini.jpg
Ilustrasi , Seorang guru sedang mengajar para siswa.(foto;mb/web)

Oleh: Suci Cahyati S.Pd.

Di tengah upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, guru merupakan pilar utama yang tak tergantikan. Mereka adalah arsitek masa depan yang membentuk karakter dan kompetensi generasi penerus bangsa. Maka sudah semestinya negara memberi perhatian lebih pada kesejahteraan mereka, salah satunya melalui Tunjangan Profesi Guru (TPG).

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Darurat Pendidikan di Kalimantan Selatan: Refleksi Sistemik dan Solusi Islam

13 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Menuju Negeri Bersih dan Berdaya

10 Juli 2025
Load More

Setiap pertengahan tahun, para guru bersertifikasi di Indonesia menanti satu kabar penting: pencairan Tunjangan Profesi Guru (TPG). Tunjangan ini bukan sekadar angka di rekening, tapi menjadi bentuk penghargaan negara atas profesionalitas para pendidik yang telah mengikuti serangkaian proses panjang, mulai dari pendidikan profesi guru (PPG) hingga lulus sertifikasi. Namun sayangnya, di bulan Juni 2025 ini, banyak guru di berbagai daerah mengeluhkan bahwa tunjangan yang mereka tunggu belum juga cair. Sejumlah informasi simpang siur berseliweran di media sosial, mulai dari alasan teknis hingga administrasi. Prosedur yang panjang, keterlambatan pencairan, serta celah penyalahgunaan anggaran menjadi masalah klasik yang seolah tak berujung. Sebagian guru bahkan mulai khawatir, apakah tunjangan itu benar-benar akan sampai ke tangan mereka atau tidak?

Lebih menyedihkan lagi, di tengah perjuangan guru untuk mendapatkan sertifikat pendidik yang tidak mudah dan tidak semua mendapat kesempatan karena kuota terbatas setiap tahunnya. Proses pencairan TPG malah menjadi beban tambahan. Banyak guru bahkan tak sempat menikmati tunjangan ini hingga pensiun, meski telah mengabdi puluhan tahun.

Sebagaimana yang terjadi di provinsi Banten, alokasi anggaran tunjangan tugas tambahan (TUTA) bagi para guru di Banten tidak masuk alias dicoret dalam APBN murni 2025. Akibatnya selama enam bulan terakhir pemerintah provinsi Banten belum membayarkan tunjangan penting ini bagi ribuan guru yang menjadi tulang punggung pendidikan di daerah itu.

Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Arsip Daerah (BPKAD) Provinsi Banten, Rini Dewiyanti membenarkan bahwa tunjangan tugas tambahan guru memang tidak dianggarkan dalam APBN murni tahun ini. Hal ini menjadi alasan utama mengapa sejak awal 2025 tunjangan tersebut tidak kunjung cair, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Kepala BPKAD Rina Dewiyanti mengatakan bahwa penyesuaian dan penundaan tunjangan tambahan bagi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ASN dan Non ASN , yang diberikan tugas tambahan antara lain sebagai Wali Kelas, Kepala BK/BP/Guru BK/Pengelola Perpustakaan dan Pembina Ekstra Kulikuler. Menurutnya, penyesuaian penundaan tersebut, merupakan hasil pembahasan TAPD dengan OPD terkait, dalam rangka menindaklanjuti dinamika perkembangan kebijakan pemerintah pusat diantaranya INPRES No 1 Tahun 2025. Dia juga memaparkan bahwa “Penyesuaian tunjangan tambahan dimaksud didasarkan atas beberapa pertimbangan antara lain, selain gaji dan tunjangan yang melekat, tenaga pendidik juga mendapatkan tunjangan lain sesuai ketentuan. Antara lain tambahan penghasilan, Tunjangan Profesi Guru (TPG) untuk yang telah memenuhi sertifikat pendidik, tambahan penghasilan guru PNSD untuk yang telah memenuhi sertifikasi, dan tunjangan khusus guru yang diberikan sebagai kompensasi atas penugasan di daerah khusus.”

Reaksi Para Guru

Para guru yang mendapatkan tugas tambahan atau TUTA namun tidak mendapatkan honor TUTA menyatakan siap menggelar aksi demonstrasi menuntut hak mereka. Pasalnya, sudah enam bulan sejak Januari 2025 honor TUTA mereka tidak dibayarkan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Dindikbud Provinsi Banten. (BANTENRAYA.COM)

Sebab ramai informasi di kalangan para guru bahwa anggaran TUTA akan dipotong. Honor TUTA wakil kepala sekolah (wakasek) yang awalnya sebesar Rp2,5 juta akan dipotong menjadi hanya Rp500 ribu per bulan.Sementara honor TUTA untuk wali kelas dan pembina akan dipotong dari Rp450 ribu menjadi Rp200 ribu per bulan per guru. Informasi pemotongan honor TUTA ini juga dibenarkan oleh pegawai di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten dan Komisi V DPRD Provinsi Banten yang ditemui para guru. Mereka mengungkapkan, saat menginput anggaran memang sebesar itulah nantinya honor tunjangan para guru yang mendapatkan tugas tambahan ini.

Ketua Ikatan Guru Indonesia atau IGI Banten Harjono mengungkapkan, sebagian guru sebenarnya sudah tidak sabar ingin segera menggelar aksi demonstrasi menuntut hak mereka yaitu honor TUTA yang hingga kini belum dibayarkan. “Temen-temen maunya turun aksi. Sebagian sudah sangat greget,” kata Harjono, Minggu, 29 Juni 2025.

Para guru masih menunggu itikad baik dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten agar segera membayarkan apa yang menjadi hak para guru tersebut. Para guru pun sudah melayangkan surat audiensi kepada Komisi V DPRD Provinsi Banten.

Stop Pakai Jargon Guru Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Mari kita berhenti menggunakan jargon pahlawan tanpa tanda jasa untuk guru karena guru memang tidak membutuhkan tanda jasa. Mereka membutuhkan kehidupan yang baik dan layak karena di tangan merekalah terletak nasib pendidikan anak bangsa.

Kualitas pendidikan dasar adalah fondasi masa depan bangsa Indonesia, sangat ditentukan oleh kompetensi serta dedikasi para guru. Jika memakai analogi kendaraan, mencapai Indonesia Emas memerlukan kendaraan super yang dapat melaju cepat. Pendidikan adalah salah satu kendaraan tersebut dan guru adalah mesin penggeraknya. Jika beban mesin terus ditambah sementara bahan bakar selalu kurang, bahkan kadang ada kadang tidak, maka Indonesia Emas akan berlalu begitu saja.

Adapun di Indonesia, guru masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang kompleks, mulai dari rendahnya kesejahteraan hingga kebijakan pendidikan yang sering berubah-ubah.  Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh para guru di Indonesia adalah gaji yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Banyak guru yang harus mencari pekerjaan tambahan untuk menopang kebutuhan sehari-hari, yang pada akhirnya mempengaruhi konsentrasi mereka dalam menjalankan tugas sebagai pendidik.

Para guru sering kali dipaksa untuk mengikuti perubahan ini tanpa diberi kesempatan untuk memberikan masukan atau mengutarakan pendapat mereka. Kondisi ini menciptakan frustrasi di kalangan guru, yang pada akhirnya dapat memengaruhi cara mereka mendidik siswa.Tekanan hidup yang tinggi juga turut memengaruhi profesionalisme guru di Indonesia. Beban kerja yang berat, ditambah dengan tuntutan administratif yang tidak sedikit, membuat para guru kesulitan untuk fokus pada tugas utama mereka, yaitu mendidik dan membimbing siswa. Lebih jauh, dalam tata kehidupan yang diwarnai oleh sekularisme, jati diri seorang guru semakin tergerus. Sekularisme yang memisahkan nilai-nilai agama dari kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan, membuat para guru kehilangan landasan akidah, moral dan etika yang seharusnya menjadi panduan dalam mendidik siswa.

Sistem Islam Menyejahterakan Guru

Di tengah berbagai permasalahan yang dihadapi oleh para guru di Indonesia, Islam menawarkan solusi yang komprehensif dalam membangun sistem pendidikan yang bermutu dan berlandaskan nilai-nilai akidah Islam serta etika yang kuat.

Dalam Islam, guru sangat dihormati. Sebab, peranan guru demikian besar demi lahirnya generasi cerdas. Generasi khoyru ummah, yang kelak menentukan arah kemajuan bangsa. Karena itu, Islam sangat memperhatikan kesejahteraan guru dengan memberikan gaji yang layak untuk mereka. Hal ini diabadikan oleh tinta emas sejarah peradaban Islam.

Islam memiliki sistem pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kepribadian yang baik, atau yang sering disebut syakhsiyah Islamiah. Sistem ini mampu menghasilkan guru-guru yang berkualitas, berintegritas, dan memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga mereka akan menjalankan tugas mereka dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. Gaji yang tinggi merupakan salah satu bentuk penghargaan yang diberikan kepada para guru dalam sistem Islam. Kesejahteraan yang memadai akan membantu para guru untuk fokus menjalankan tugasnya tanpa harus memikirkan masalah ekonomi yang memberatkan.

Imam Ad Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari Al Wadliyah bin Atha yang menyatakan bahwa di kota Madinah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak. Khalifah Umar bin Khaththab memberikan gaji pada mereka masing-masing sebesar 15 dinar (1 dinar = 4,25 gram emas atau sekitar 31 juta rupiah dengan kurs sekarang). Demikianlah, kesejahteraan guru dalam sistem Islam benar-benar nyata (MuslimahNews.com, 28/11/2020).

Salah satu hadis Rasulullah SAW yang menunjukkan pentingnya ilmu dan guru adalah: “Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

Dalam konteks ini, memberikan penghargaan yang layak kepada guru juga merupakan bagian dari upaya untuk memuliakan ilmu dan menjadikannya sebagai landasan utama peradaban Islam. Oleh karenanya dalam sistem pendidikan Islam, guru tidak hanya dianggap sebagai tenaga kerja yang hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran. Guru adalah pendidik yang bertanggung jawab dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa.

Dengan demikian, sistem pendidikan Islam memberikan solusi yang menyeluruh untuk permasalahan yang dihadapi para guru saat ini. Penghargaan yang tinggi terhadap guru, baik dari segi kesejahteraan maupun partisipasi mereka dalam pengambilan kebijakan, menjadi kunci utama dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat dan berkualitas.

Demikianlah Islam menawarkan solusi yang komprehensif melalui sistem pendidikan yang menempatkan guru pada posisi yang mulia, memberikan kesejahteraan yang layak, serta memastikan mereka memiliki landasan akidah Islam yang kuat dalam mendidik siswa.  Dengan sistem Islam ini, tentu saja pendidikan dapat berjalan dengan lebih baik dan menghasilkan generasi yang berakhlak mulia serta mampu menjadi generasi yang menegakkan kembali peradaban Islam yang mulia.

Wallahu a’lam.

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA