Minggu, Juli 13, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Dari Meratus ke Raja Ampat: “Menyatukan Suara Menolak Perusakan Lingkungan”

by Mata Banua
30 Juni 2025
in Opini
0

Oleh : Salwa Shamilah, S.E (Aktivis Muslimah)

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, dari pegunungan Meratus di Kalimantan Selatan hingga perairan indah Raja Ampat di Papua Barat. Namun, di balik kekayaan alam tersebut, krisis lingkungan terus menghantui. Hutan-hutan dirambah, tanah-tanah dikeruk, dan laut-laut dicemari, demi kepentingan segelintir pihak yang mengejar keuntungan semata. Di tengah situasi tersebut, suara perlawanan mulai menggema, datang dari mahasiswa dan masyarakat sipil yang bersatu menolak perusakan alam.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Menuju Negeri Bersih dan Berdaya

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\Nur Alfa Rahmah.jpg

Indonesia Darurat Perundungan Anak: Mencari Solusi Sistemik

10 Juli 2025
Load More

Aksi Save Meratus, yang telah muncul sejak tahun 2018, merupakan salah satu simbol perjuangan ekologis yang paling konsisten di Kalimantan Selatan. Gerakan ini muncul sebagai bentuk penolakan terhadap proyek tambang batu bara yang mengancam Pegunungan Meratus. Dampak dari eksploitasi tersebut tidak main-main, banjir bandang, kehilangan sumber air bersih, kerusakan hutan, hingga krisis ekologis yang berdampak luas pada masyarakat. Perjuangan ini kemudian meluas, menyentuh wilayah timur Indonesia. Di Raja Ampat, para aktivis menolak keras segala bentuk proyek eksploitasi yang dapat menghancurkan ekosistem laut dan daratan yang selama ini menjadi kebanggaan dunia.

Aksi-aksi protes di gerbang Universitas Lambung Mangkurat (ULM), serta seruan dari berbagai titik di Papua, menunjukkan bahwa mahasiswa tidak tinggal diam. Mereka bersatu menyuarakan perlawanan dengan satu semangat:

“Dari Meratus ke Raja Ampat, Suara Bersatu Menolak Perusakan Lingkungan.”Mereka sadar bahwa alam bukan sekadar lanskap indah, melainkan sumber kehidupan yang harus dijaga bersama.

Namun, perjuangan ini menghadapi tembok besar bernama sistem kapitalisme sekuler. Dalam sistem ini, alam dipandang sebagai komoditas yang dapat diperdagangkan. Pemerintah bukan lagi bertindak sebagai penjaga kepentingan rakyat dan alam, melainkan menjadi fasilitator bagi korporasi besar, baik swasta maupun asing, untuk mengeruk kekayaan alam Indonesia. Legalitas diberikan untuk mengeksploitasi tambang, menggusur hutan, dan merebut lahan masyarakat. Semua ini terjadi demi kepentingan segelintir elit, sementara rakyat menanggung dampaknya.

Islam memandang bumi dan seluruh isinya bukan sebagai komoditas, melainkan sebagai amanah dari Allah SWT. Manusia ditunjuk sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas utama menjaga, bukan merusak. Dalam Islam, segala bentuk kerusakan lingkungan adalah perbuatan tercela yang dilarang. Kepemilikan umum seperti hutan, air, tambang, dan laut adalah milik bersama umat, dan tidak boleh dikuasai oleh pihak swasta apalagi asing. Negara dalam sistem Islam bertanggung jawab penuh untuk mengelola dan melindungi sumber daya alam demi kemaslahatan seluruh rakyat, bukan untuk kepentingan segelintir pihak.

Kerusakan lingkungan yang terus terjadi menunjukkan kegagalan sistem buatan manusia dalam menjaga keseimbangan alam. Sistem kapitalisme sekuler menjadikan alam sebagai objek eksploitasi tanpa batas, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap manusia dan lingkungan. Akibatnya, kita menyaksikan bencana demi bencana yang datang silih bergantibanjir, kekeringan, tanah longsor, dan pencemaran lingkungan.

Sebagaimana firman Allah SWT:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).”

(QS asy-Syura [42]: 30)

Islam tidak menutup mata terhadap kemajuan atau pemanfaatan alam, tetapi menekankan keseimbangan antara penggunaan dan pelestarian. Dalam pandangan Islam, eksploitasi tanpa batas adalah bentuk kezaliman.Islam juga memandang bahwa kesejahteraan sejati hanya dapat tercapai jika pengelolaan sumber daya alam dilakukan sesuai syariat. Negara dalam sistem Islam wajib menjamin bahwa kekayaan alam dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan umat. Negara tidak boleh menjual aset strategis kepada swasta atau asing. Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu), yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.”

(QS an-Nisa [4]: 5)

Ayat ini mengisyaratkan bahwa harta, termasuk kekayaan alam, harus dijaga dan dikelola oleh pihak yang amanah dan berkompeten, bukan dilepas begitu saja kepada pihak yang hanya mengejar keuntungan pribadi. Negara adalah pihak yang bertanggung jawab secara syar’i untuk memastikan sumber daya alam tidak dijadikan alat penindasan dan kerusakan.

Terkait aksi mahasiswa seperti Save Meratus menunjukkan bahwa kesadaran ekologis di kalangan anak muda sudah tumbuh. Namun, perjuangan ini tidak boleh berhenti hanya pada aksi protes. Harus ada arah perjuangan yang lebih mendasar seperti menyadarkan masyarakat bahwa selama sistem yang rusak ini tetap diterapkan, maka kerusakan akan terus terjadi. Solusi yang sejati terletak pada perubahan sistemmenuju sistem Islam yang memuliakan alam, manusia, dan kehidupan. Dan menggunakan solusi mendasar atas krisis lingkungan bukan hanya perubahan teknis, melainkan perubahan sistemik. Sistem kapitalisme yang rakus dan antroposentris harus digantikan dengan sistem Islam yang rabbani dan berkeadilan. Di bawah naungan khilafah Islamiyah, pengelolaan sumber daya alam akan diatur berdasarkan wahyu, bukan kepentingan korporasi. Hanya dengan cara inilah, bumi dapat kembali lestari, dan manusia hidup dalam keberkahan.

Kini saatnya mahasiswa, pemuda, dan masyarakat bersatu untuk menjadi agen perubahan sejati. Tidak hanya menjadi penonton atas kehancuran yang berlangsung, tetapi hadir sebagai generasi yang menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan. Dari Meratus ke Raja Ampat, suara-suara yang bersatu ini harus menjadi pijakan menuju perubahan peradaban yang menyeluruh, peradaban yang menjadikan bumi sebagai amanah, bukan barang dagangan. []

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA