Selasa, Juli 8, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Hubungan Iran-Israel dan Meletusnya Perang Terbuka

by Mata Banua
19 Juni 2025
in Opini
0

Oleh: : Nanang Qosim, S.Pd.I.,M.Pd (Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang dan UIN Walisongo Semarang, Pengamat Timur Tengah)

Sejarah menyebut bahwa sejak 1979, Iran dipandang sebagai negara yang paling bermusuhan dengan Israel. Retorika pemimpin Iran terhadap Israel, terutama presiden Iran dalam beberapa belakangan, dikenal sangat keras, apalagi Pemimpin Iran, Ayatullah sayyid Ali Khamenei memiliki latar belakang yang sangat keras terhadap Israel, termasuk keras terhadap hegemoni Barat (Amerika Serikat dan sekutunya) di kawasan Timur Tengah.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\8 Juli 2025\8\8\Cikra Wakhidah Nur Fitrotun Aziza.jpg

Perumahan Subsidi Tanpa Akses Jalan: Peran Pemerintah Antara Janji Developer dan Nasib Warga

7 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Nasionalisme dan Negara Bangsa: Tembok Penghalang Pembebasan Palestina

7 Juli 2025
Load More

Berbagai rangkaian perundingan negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB—dengan Iran tak membawa kemajuan berarti. Bahkan tekanan terhadap Teheran dalam beberapa kesempatan yang terus berulang di sidang PBB, bahwa Iran terus menyampaikan ancaman akan menyerang Israel jika berani menyerang fasilitas nuklirnya.

Israel juga memandang Iran sebagai sumber ancaman terbesar di kawasan. Negara para mullah itu dituding sebagai sponsor terorisme dan gerakan radikal. Pemimpin kedua negara sudah tak terhitung berapa kali terlibat perang urat saraf yang begitu menegangkan.

Isu ofensif militer Israel ke fasilitas nuklir Iran mewarnai pemberitaan media massa dunia dalam beberapa tahun terakhir. Menghadapi ancaman itu, Iran bukannya surut mengendurkan pernyataan-pernyataanya. Sebaliknya, Iran justru menegaskan kesiapannya akan “melumat” negara itu sambil terus unjuk kekuatan.

Retorika permusuhan antara pemimpin Iran dan Israel bisa jadi merupakan pernyataan yang paling keras di antara retorika para pemimpin negara yang bermusuhan lain di belahan dunia saat ini. Namun, fakta menunjukkan bahwa kedua negara akhirnya terlibat dalam konflik dan perang secara langsung dan terbuka.

Beberap pekan ini, Iran menyerang Israel ke jantung Tel Aviv sebagai balasan atas serangan ke negaranya. Iran meluncurkan “Operation True Promise 3”, yang menargetkan fasilitas militer milik Israel sekaligus mengancam akan memberikan hukuman berat kepada Israel dalam waktu dekat, sebagaimana yang disampaikan Ayotallah Ali Khamenei dalam sumpahnya.

Hal itu dilakukanya Iran karena pada Jum’at 13 Juni 2025, Israel menyerang dengan melancarkan “Operation Rising Lion” melalui serangan udara massif ke Iran. Angkatan Udara Israel melakukan serangan dalam beberapa gelombang di sejumlah wilayah Iran, termasuk ibu kota Teheran. Serangan tersebut melibatkan 200 jet tempur dan sejumlah aksei sabotase Mossad itu menyasar asset militer dan intelijen Iran, terutama fasilitas pengayaan uranium Natanz dan markas Korps Garda Revolusi Islam atau yang sering dikenal IRGC.

Sebelumnya, kita tahu bahwa ketika Israel “dikeroyok” beberapa negara di sekitar- nya, termasuk Irak, Iran tak terlibat dalam perang itu. Ketika Hamas di Gaza dan Hezbollah di Lebanon Selatan dibombardir Israel, Iran juga tak masuk ke arena perang membantu kedua aliansi strategisnya menghadapi Israel secara langsung, tapi kini disaat agresi Israel ke jantung kota Iran seakan membangunkan macan tidur. Pemimpin tertinggi Iran menyebutnya sebagai kesalahan besar yang telah dilakukan Israel.

Tanpa menunggu lama, serangan Iran ke Tel Aviv dan sejumlah kawasan strategis Israel berhasil dihantam oleh Iran, menembus pertahanan yang ini diklaimnya sangat canggih di dunia. Pertahanan Israel nyatanya jebol, dan dunia melihat betapa kekuatan militer Iran tidak bisa dianggap ringan.

Penangkalan Psikologis

Terlepas dari perang terbuka yang sudah terjadi antara Iran-Israel. Kedua negara tersebut sebelumnya bukan hanya berupaya membangun pertahanannya dengan defense, yaitu kemampuan mempertahankan diri ketika ancaman datang. Mereka juga memperkuatnya dengan deterrence, yaitu upaya penangkalan psikologis agar musuh-musuh potensial tak berani melakukan serangan kepadanya. Israel dan Iran sama-sama berupaya membangun deterrence-nya dengan menunjukkan bahwa mereka mampu dan punya kredibilitas meyakinkan melakukan pembalasan yang mematikan ketika mereka diserang.

Idealnya, deterrence suatu negara berupa kepemilikan senjata nonkonvensional yang didukung persenjataan konvensional canggih. Israel memiliki deterrence yang hampir ideal sebab ia diyakini telah memiliki kapasitas senjata nuklir sejak 1970-1980-an. Israel juga didukung industri dan pengembangan senjata konvensional termodern. Hanya saja, Israel belum pernah resmi mendeklarasikan kepemilikan itu sehingga deterrence yang dimiliki mungkin sedikit menurun.

Namun, keyakinan negara-negara musuh akan kapasitas nuklirnya sudah cukup membantu keefektifan deterrence. Kendati tak digunakan, kepemilikan senjata nuklir sangat memengaruhi perilaku negara-negara musuh.

Saat itu, meski sudah lama, konon saat itulah salah satu faktor yang bikin Mesir bersedia maju ke meja perundingan Camp David. Sejak itu memang tak ada serangan negara musuh terhadap Israel seperti sebelumnya. Serangan terhadap Israel kemudian lebih bersifat “gangguan” dan berasal dari kelompok perlawanan.

Iran juga berupaya keras menunjukkan kemampuan dan kapasitas militernya. Negara ini hampir selalu mempublikasikan setiap keberhasilan pengembangan dan uji coba militernya, kecuali dalam hal senjata nuklir. Berbeda dengan Israel, negara ini mendeklarasikan program nuklirnya sehingga ia berada dalam pengawasan Badan Atom Internasional. Iran juga terus menunjukkan kesiapan dan militansi Garda Revolusi, tentara reguler, dan mobilisasi milisi yang loyal dan simpatisan bela negara.

Mereka ingin mengirim pesan bahwa perang dengan Iran mudah dimulai, tetapi mereka tidak akan mampu mengakhiri. Kekuatan-kekuatan kelompok Jihad Islami, Hamas, dan Hezbollah, bahkan kelompok-kelompok kecil lain yang mengepung Israel juga merupakan deterrence yang tidak bisa dipandang enteng. Menghadapi Iran dapat berarti “hujan roket” di seluruh wilayah Israel dan datang hampir dari segala penjuru.

Maka pada titik itulah opsi Israel menyerang Iran atau sebaliknya, harus mempertimbangkan risiko yang bisa jadi tidak akseptabel, baik bagi negara masing-masing maupun kawasan Timur Tengah secara umum. Pada titik ini pula anomali hubungan Israel-Iran memperoleh penjelasan.

Perang “Proxy”

Sebelum perang terbuka yang kita saksikan sekarang ini di berbagai platform media. Tekanan Iran terhadap Israel atau sebaliknya kemudian dilakukan tak langsung. Baik melalui kekuatan-kekuatan yang berada dalam kontrolnya maupun melalui konflik dalam bentuk lebih lunak, seperti perang intelijen, mendelegitimasi lawan, hingga intervensi melalui berbagai cara.

Perlawanan Hamas, Houthi Yaman dan Hezbollah dipandang sebagai salah satu bentuk tekanan Iran kepada Israel. Sebaliknya, kematian beberapa ilmuwan kunci dalam program nuklir Iran, aksi perlawanan kelompok Kurdi dan Baluchi, dan tekanan negara besar terhadap Iran dianggap tak terlepas dari upaya Israel.

Dulu banyak masyarakat mempertanyakan, apakah hubungan anomali itu akan berhenti menjadi konflik terbuka antara keduanya dalam waktu dekat ini? Yang jelas, fakta sekarang perang terbuka Iran-Israel terjadi, ini pastik mengakibatkan dan membuat sejumlah bangunan di Israel hancur berantakan. Kita yang ada di Indonesia berharap pikiran pengambil kebijakan kedua negara masih cukup “sehat” dan rasional dalam memutuskan opsi terhadap lawan.  Sebab, perang besar hampir terjadi dan pasti akan mengakibatkan bencana yang tak akseptabel, baik bagi kemanusiaan maupun peradaban umat manusia. Semoga perang ini tidak meluas, menjadi perang dunia. Aamiin.

 

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA