Jumat, Agustus 22, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kenapa Orang-Orang Suka Menjilat?

by Mata Banua
12 Januari 2025
in Opini
0
D:\2025\Januari 2025\13 Januari 2025\8\8\abdul Jamil Al Rasyid.jpg
Abdul Jamil Al Rasyid (Mahasiswa Sastra Minangkabau, Universitas Andalas)

Akhir-akhir ini, banyak masyarakat Indonesia yang percaya bahwa untuk mendapatkan sesuatu satu-satunya jalan adalah dengan cara menjilat. Menjilat dalam tulisan ini bukan artian menjilat bagian fisik seseorang. Menjilat adalah salah satu cara untuk mendapatkan sesuatu dengan memberikan pujian, cari muka, manis di depan orang yang akan dijilat. Menjilat tentu memiliki cara tertentu agar orang yang akan kita jilat percaya kepada kita. Sering kali menjilat kita lihat baik itu dunia pekerjaan, kampus dan dunia sosial lainnya.

Kenapa orang-orang suka menjilat? Pada dasarnya orang-orang yang suka menjilat menurut penulis adalah orang-orang yang tidak percaya dengan kemampuan diri sendiri. Kalau di dunia kerja, oang-orang yang menjilat biasanya orang yang posisi atau jabatannya terancam dari atasan. Orang suka menjilat tentu seringkali penulis lihat disebabkan oleh ketidakmampuan orang tersebut berbuat seperti orang lain. Rela melakukan apapun agar apa yang individu orang tersebut berhasil untuk tujuan yang dia maksud.

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kebijakan Pemblokiran Rekening Dormant, Solusi Ambigu Salah Sasaran

21 Agustus 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

PR Kita Setelah Merdeka

21 Agustus 2025
Load More

Menjilat merupakan sifat yang berbahaya untuk sebuah organisasi baik itu kantor, organisasi kemasyarakatan bahkan organisasi tingkat mahasiswa. Karena menurut penulis orang yang menjilat adalah orang yang biasanya adalah penipu karena dia rela mengeluarkan kata-kata manis misalnya di depan atasan, playing victim, bahkan ada yang memperlakukan atasan lebih dari orang tuanya. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang tidak suka menjilat karena ketika orang yang tidak suka menjilat, melihat orang tersebut melakukan perbuatan tersebut secara berulang akan membuat kegaduhan di dalam suatu perkumpulan.

Contohnya saja, penulis semenjak sekolah selalu ada orang yang suka mencari perhatian guru, hal tersebut yang membuat penulis tidak suka karena tiba-tiba disaat penerimaan hasil belajar orang tersebut mendapatkan ranking pertama, padahal ranking kedua lebih pintar daripada ranking pertama tersebut. Hal ini yang perlu ditekankan kepada guru/pemimpin bahwasanya ada trik-trik licik tertentu yang dilakukan seseorang agar orang tersebut bisa mendapatkan kemauannya. Praktek seperti ini masih sering terjadi di sekolah-sekolah agar guru tersebut mengasih nilai yang tinggi, diberikan umpan balik berupa pujian dan sebagainya.

Di lingkungan kerja juga banyak penulis melihat bahwasanya orang yang menjilat akan lebih baik posisinya dibandingkan dengan orang yang biasa saja. Di organisasi juga penulis pernah melihat bahwasanya ketika orang tersebut suskes dalam berkarir di bidang organisasi, akan banyak orang yang akan memuji dia, ingin menjadi orang tersebut bahkan penjilat tersebut tidak segan-segan memuji orang tersebut. Banyak contoh dalam kehidupan yang penulis temui di tengah masyarakat bahwasanya orang yang menjilat seringkali menjadi pemenang. Hal ini sangat sulit diubah karena tidak semua pemimpin, atasan, guru yang tahu bahwasanya orang ini sedang menjilat atau tidak.

Menjilat merupakan salah satu perbuatan munafik yang biasanya dilakukan oleh seseorang. Pengalaman penulis melihat, bahwasanya rata-rata orang yang menjilat adalah orang yang pendusta, karena trik yang dipakai untuk mendapatkan kekuasaan, jabatan, mendapatkan nama adalah trik yang basi. Kenapa basi? Karena rata-rata orang di Indonesia untuk mendapatkan sesuatu lebih banyak menjilat, dibandingkan dengan usaha sendiri serta kerja keras sendiri. Usaha yang dilakukan menurut penulis adalah jalan pintas karena menjilat kepada orang yang lebih daripada kita bukan menunjukan apa skill yang kita punya.

Sistem pendidikan di perguruan tinggi tidak salah juga sebenarya menurut penulis karena rata-rata perguruan tinggi menganjurkan orang yang memiliki soft skill setelah tamat kuliah. Tetapi ada saja oknum yang menggunakan hal tersebut untuk memanipulasi sesuatu agar bisa mendapatkan pekerjaan contohnya. Mindset seperti ini yang seharusnya diubah tetapi bagaimana cara untuk mengubahnya. Sebenernya alasan untuk mengubah hal tersebut menurut penulis sederhana, yaitu diri orang tersebut dan memahami bahwa menjilat adalah perbuatan yang tidak baik di masa depan.

Untuk itu, alangkah baiknya kita membuktikan bahwa diri kita bisa bukan dengan cara yang tidak baik untuk mendapatkan sesuatu. Ketika seseorang itu sukses tentu hasil kerja keras, hasil belajar bahkan hasil proses dia selama ini. Banyak juga orang yang sukses bukan dari hasil menjilat kepada orang lain. Membuktikan diri itu perlu bagi setiap orang karena setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan ketika lahir ke dunia. Kalau kita bisa menggali potensi kita, alangkah baiknya kita berdayakan potensi kita tersebut. Hal ini yang perlu dipahami ketika bersosialisasi di tengah masyarakat.

ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA