
BARABAI – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Hulu Sungai Tengah memetakan daerah rawan bencana dan melakukan mitigasi bencana pada delapan kecamatan yang masuk dalam kategori rawan bencana banjir jelang puncak musim penghujan.
“Kami telah memetakan daerah rawan bencana, sementara ini daerah rawan banjir saat musim penghujan terdapat di delapan kecamatan baik bencana banjir ringan, sedang, maupun tinggi,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) HST Ahmad Apandi, Rabu (18/12).
Ia menjelaskan, pemetaan daerah rawan banjir berdasarkan kondisi saat ini dan prediksi cuaca oleh BMKG yang memprakirakan musim penghujan di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada November 2024-Februari 2025, dan puncaknya pada Desember 2025.
“Setelah pemetaan daerah rawan banjir, kami memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat agar dapat melakukan langkah mitigasi sebagai persiapan memasuki puncak musim penghujan,” katanya.
Selain itu, pihaknya juga menyiagakan Tim Reaksi Cepat (TRC) Kebencanaan dengan berbagai pelatihan sebagai langkah siaga dalam menangani berbagai dampak bencana yang berpotensi terjadi.
“Kami menyiagakan TRC untuk berpatroli rutin memantau ketinggian debit air sungai di sejumlah titik, khususnya aliran sungai di daerah rawan banjir,” katanya.
Ia menyebutkan, BPBD HST juga mengerahkan TRC untuk mengedukasi dan mengimbau masyarakat di daerah yang rawan banjir melalui radio dan media sosial agar tanggap baik sebelum bencana, saat bencana, maupun setelah bencana terjadi.
“TRC juga sudah kami latih teknik pengoperasian perahu terkait pencarian dan penyelamatan korban saat terjadi bencana seperti banjir dan bencana lainnya,” ujarnya.
Ia menegaskan langkah ini sebagai respons cepat dalam meminimalisir dampak bencana banjir jelang puncak musim penghujan pada akhir tahun.
Ia juga memastikan BPBD HST siap secara teknis dan mental dalam menghadapi berbagai skenario darurat, terutama jika terjadi bencana banjir.
Oleh karena itu, ia meminta TRC agar selalu berkoordinasi dengan baik utamanya saat situasi kritis agar bekerja secara efisien dalam penyelamatan jiwa dan mitigasi bencana.
Ahmad mengungkapkan, delapan kecamatan daerah rawan banjir tersebut, yakni Kecamatan Batang Alai Selatan (Desa Birayang dan Desa Paya), Kecamatan Batang Alai Utara (Desa Sumanggi, Ilung, Telang, Muara Rintis, Ilung Pasar Lama), Kecamatan Hantakan (Desa Murung B, Hantakan, Alat, Kindingan, Batu Tunggal, Pasting, Bulayak, Tilahan, Haruyan Dayak, Hinas Kanan, Datar Ajab, Patikalaian, Papagaran).
Selanjutnya, Kecamatan Haruyan (Desa Pengambau Hilir Dalam, Lok Buntar, Pengambau Hilir Luar, Panggung, Barikin, Andang, Haruyan, Haruyan Seberang, Mangunang, Mangunang Seberang, Pandanu, Teluk Masjid).
Kemudian, Kecamatan Labuan Amas Selatan (Desa Mahang Baru, Mundar, Sungai Jaranih, Tabudarat Hulu, Murung Taal, Durian Gantang, Panggang Marak, Jamil, Batang Bahalang), Kecamatan Labuan Amas Utara (Desa Perumahan, Banua Kupang, Rantau Kaminting, Samhurang, Pahalatan, Mantaas, Sungai Buluh, Kadundung, Tabat, Binjai Pirua).
Lalu, Kecamatan Limpasu (Desa Karatungan), dan Kecamatan Pandawan (Desa Banua Hanyar, Palajau, Banua Batung, Jatuh, Mahang Matang Landung, Kayu Rabah, Setiap, Kambat Utara, Mahang Putat, Mahang Sungai Hanyar, Hilir Banua, Jaranih, Masiraan). ant