
BANJARMASIN – Hingga triwulan III (Januari-September) tahun 2024, telah terjadi sebanyak 72 kasus bencana alam di Provinsi Kalimantan Selatan dan masih di dominasi bencana banjir dan angin puting beliung serta tanah longsor.
“Jika dibandingkan periode yang sama tahun 2024 lalu, frekuensi bencana alam di Kalsel mengalami penurunan, tahun 2023 tercatat 133 kali,” kata Kabid Penanganan Bencana pada Dinas Sosial Provinsi Kalsel H Achmadi SSos, Senin (30/9).
Menurut Madi –sapaan akrabnya, dari 72 kali bencana alam di Kalsel hingga triwulan III itu, sebanyak 30 kali merupakan bencana alam banjir, 17 kali tanah longsor, 16 kali angin puting beliung, dan sembilan kali gempa bumi.
Dari 30 kali bencana banjir, terbanyak di Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) sembilan kali, di susul Kabupaten Barito Kuala (Batola) empat kali, dan masing-masing tiga kali di Kabupaten Kotabaru dan Hulu Sungai Utara (HSU).
Selanjutnya, tiga kali di Kabupaten Tanah Laut (Tala), dan masing-masing dua kali di Kabupaten Banjar, Tapin, Hulu Sungai Tengah (HST), sedangkan di Kota Banjarbaru dan Kabupaten Tabalong masing-masing satu kali.
Sementara, ada 16 kali bencana alam tanah longsor terbanyak di Kabupaten Tanbu enam kali, di susul Kabupaten Kotabaru tiga kali, Banjar dua kali, dan masing-masing satu kali di Kota Banjarmasin, Banjarbaru, Kabupaten Tapin dan HST, serta Tala.
Kemudian untuk bencana alam angin puting beliung sebanyak 16 kali, terbanyak di Kabupaten Batola tujuh kali, Kota Banjarmasin dan Kabupaten Banjar masing-masing tiga kali, Tala dua kali, dan Tanbu satu kali.
Sedangkan bencana alam gempa bumi sembilan kali meliputi Kabupaten Tapin dan Tanbu masing-masing dua kali, serta masing-masing satu kali di Kota Banjarmasin, Kabupaten Banjar, Tabalong, Tala, dan Kotabaru.
Madi menyebutkan, akibat bencana alam tersebut menyebabkan 27.867 kepala keluarga (KK) atau 88.060 jiwa terdampak, terbanyak di Kabupaten HSU sebanyak 13.543 KK atau 43.061 jiwa.
Kemudian, Kabupaten Tanbu sebanyak 7.565 KK atau 24.290 jiwa, HST tercatat 1.631 KK atau 5.369 jiwa, Tala 1.588 KK atau 5.603 jiwa, dan Batola 1.319 KK atau 5.227 jiwa.
Selain itu, bencana alam tersebut juga menyebabkan 164 buah rumah penduduk mengalami kerusakan berat, 34 buah rumah rusak sedang dan 37.604 buah rumah mengalami kerusakan ringan.
Akibat bencana alam tersebut kerugian yang di taksir mencapai Rp193,933 miliar, terbesar di alami Kabupaten HST mencapai Rp 79,070 miliar, dan Tabalong sekitar Rp 60,110 miliar.
Selain itu, Kabupaten Tanbu di taksir mencapai Rp 35,740 miliar, Batola sekitar Rp 8,340 miliar, Tanah Laut sekitar Rp 8,185 miliar, dan Tapin Rp 915 juta.
Madi berharap kepada masyarakat terutama di kawasan yang rawan bencana alam seperti banjir, tanah longsor dan angin puting beliung agar tetap waspada, mengingat ada sejumlah daerah di Kalsel yang kondisi alamnya terbuka. ani