
Salah satu senjata utama mahasiswa dalam berargumen dan menuangkan pikirannya yaitu buku. Maka akan menjadi bualan kosong, debat mahasiswa yang mana setiap pesertanya tidak dilandasi rujukan. Hanya berdasarkan pikirannya sendiri. Bisa saja mengada-ngada. Tidak jelas landasannya. Serba buram dan potensial menyesatkan pendengarnya. Dalam dunia mahasiswa, membaca buku harus menjadi aktivitas yang tak terpisahkan. Lebih-lebih mereka dianggap kaum terdidik alias intelektual. Mana ada intelektual anti terhadap buku. Apalagi, mahasiswa yang kesehariannya dengan dunia akademisi dan dunia organisasi, sudah pasti memerlukan bahan bacaan untuk memperluas wawasannya. Memabca buku tidak hanya memertajam logika dan daya analisis. Namun juga membangun pola pikir dan karakter seseorang.
Lebih-lebih mahasiswa yang nantinya akan menjadi calon pemimpin bangsa. Sudah seharunya mengasah kemampuan intelektualnya melalui beragam bacaan. Tidak hanya dalam lingkup program studi yang digelutinya. Tapi juga mencoba merambah bidang-bidang lainnya. Sebab, yang namanya ilmu pengetahuan ini luas. Sangat luas. Perlu komitmen yang kuat untuk mengarungi samudera ilmu yang tertera dalam beragam buku. Salah satu cara yang dilakukan oleh mahasiwa untuk membuat dirinya semakin pintar dan cerdas yaitu dengan mamanfaatkan perpustakaan kampus dengan optimal.
Perpustakaan kampus merupakan fasilitas dari kampus yang bisa menunjang keilmuan mahasiswa. Tidak hanya itu, jika dimanfaatkan betul, maka bisa membuat mahasiswa terseut semakin berkembang. Baik dari segi cara berpikir, keluasan ilmu, keadlaman pengetahuan, dan seabgainya. Bahkan, dengan rajin membaca atau meminjam buku di perpusatakaan kampus, akan membangun kebiasaan membaca bagi mahasiswa tersebut. Yang pada akhirnya akan berdampak pada pengembangan dirinya. Percayalah, melalui buku-buku yang dibaca di perpustakaan kampus, kita bisa menjelahi pemikiran tokoh di masa silam. Melalui buku-buku yang kita baca, kita bisa menyelami beragam sifat, sikap, dan kepribadian pemimpin-pemimpin dunia. Lewat buku, kita bisa memetik nilai-nilai luhur dari generasi terdahulu untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Semisal nilai-nilai kejujuran, patriotisme, keadailan, kesopanan, dan semacamnya. Hal tersebut secara tidak langsung akan membentuk mentalitas dan kepribadian kita.
Di perpustakaan kampus, kita bisa memilih buku- buku sesuai minat atau selera kita. Baik buku fiksi maupun nonfiksi. Semua buku pasti memiliki daya magis yang luar biasa bagi pembacanya. Bukan sekadar jendela dunia dan sumber pengetahuan. Lebih dari itu, buku-buku yang kita baca akan membantu kita untuk lebih mengenal diri, atau bahkan tujuan hidup. Sebab, ada sebagian dari kita yang masih bingung menentukan tujuan hidupnya. Masih bingung terkait identitas dan jati dirinya. Sehingga, orang-orang semacam itu mudah dipengaruhi oleh kondisi dan situasi yang ada. Mudah terombang-ambing lingkunga. Tidak memiliki orientasi hidup yang jelas. Tidak mempunyai prinsip hidup yang kokoh. Semua itu bisa saja berasal dari kebodohan dalam dirinya. Padahal, kebodohan adalah lebih dekat dengan kegelapan. Orang-orang yang bodoh, biasanya lebih gampang melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri. Tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang benar mana yang salah, mana yang halal mana haram, mana yang etis mana yang tidak etis, dan sebagainya.
Maka penting kiranya, bagi kita, terutama dalam tulisan ini yaitu bagi mahasiswa, agar tidak menyia-nyiakan masa mudanya untuk hal-hal yang tak berfaedah. Manfaatkan waktu luang untuk melahap bacaan di perpustakaan kampus. Dengan membaca di perpustakaan kampus, berarti kita telah memanfaatkan nikmat kesehatan dan waktu luang untuk kebaikan diri. Otak dan hati perlu diasah melalui bacaan-bacaan yang bermutu. Dengan begitu, kita telah berupaya untuk membuat hari-hari kita lebih produktif lagi. Sebab, waktu yang telah berlalu tidak akan bisa terulang lagi. Cepat atau lambat, masa muda akan berlalu.
Jangan hanya jadikan perpustakaan kampus hanya sebagai tempat untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosen. Jangan hanya jadikan perpustakaan kampus hanya sebagai tempat bersemedi mengerjakan skripsi, tesis, atau disertasi. Apalagi hanya dijadikan untuk bermadu kasih dengan pacar kita. Bukan tempatnya. Tapi, sekali lagi, jadikan perpustakaan kampus sebagai fasilitas yang bisa menunjang diri kita menjadi pribadi yang lebih cerdas dan berkualitas tentunya. Salah satu caranya yaitu dengan aktif meminjam dan membaca buku yang ada di perpustakaan. Toh, semua tersedia di dalamnya. Kita tinggal memilih dan mencarinya sesuai selera. Mau buku sejarah, ekonomi, politik, sosial, budaya, biografi, dan sebagainya, tinggal dipilih.
Rasa-rasanya, mahasiswa perlu kembali bersahabat lebih akrab dengan buku-buku yang ada di perpustakaan kampus. Malu rasanya jika selama menjadi mahasiswa aktif, hanya sekali dua kali berkunjung. Itu pun karena terpaksa kerja kelompok atau garap tugas akhir. Selebihnya, perpustakaan kampus tidak dianggap tak begitu penting untuk dikunjungi. Maka tak heran jika, ada yang merasa asing dengan perpustakaan kampusnya sendiri. Maka tak heran jika buku-buku di dalamnya mulai berdebu. Sebab, memang faktanya jarang atau bahkan belum ada yang menyentuhnya apalagi meminjamnya. Besar harapan saya, mahasiswa tidak jauh-jauh dari yang namanya buku. Sebab, lewat buku-buku yang dibacanya, mereka akan memiliki pandangan dan cakrawala pemikiran yang lebih luas terkait segaa sesuatu di dunia ini. Kemampuan berpikirnya tidak stagnan. Tetapi terus berkembang dan berkembang. Percayalah, bahwa buku adalah sumber inspirasi dan motivasi. Sering-seringlah datang ke perpustakaan kampus. Jadilah pembaca yang lahap akan sumber bacaan. Jadilah pembelajar sejati. Pembelajar sepanjang hayat. Yaitu pembelajar yang tak terikat ruang dan waktu. Sebab, masa depan bangsa ini ada di pundak mahasiswa.