Mata Banua Online
Senin, Desember 22, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Membangun Keberaksaraan Pustakawan

by Mata Banua
16 Juli 2024
in Opini
0
D:\2024\Juli 2024\17 Juli 2024\8\8\Muhammad Mufti AM.jpg
Muhammad Mufti AM (Pustakawan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta)

 

Keberaksaraan merupakan hal penting bagi pustakawan. Dengan keberaksaraan, pustakawan punya kesempatan mengenalkan eksistensi profesinya kepada masyarakat. Pustakawan juga dapat menyampaikan perkembangan dan kemajuan perpustakaan. Lebih utama lagi, gagasan dan pemikiran untuk kemajuan literasi bangsa akan terdokumentasikan bila pustakawan memiliki semangat keberaksaraan yang tinggi.

Berita Lainnya

Berburu Wajib Pajak: Beban Rakyat di Tengah Krisis Anggaran

Kapitalisme Digital: Mesin Perusak Mental Generasi Indonesia

21 Desember 2025
Berburu Wajib Pajak: Beban Rakyat di Tengah Krisis Anggaran

Arah Baru Fiskal untuk Perkuat Rasio Pajak

21 Desember 2025

Keberaksaraan sebagaimana disebut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah kemampuan membaca dan menulis. Berasal dari kata dasar aksara yaitu sistem tanda grafis yang digunakan manusia untuk berkomunikasi dan sedikit banyaknya mewakili ujaran. Membaca dan menulis adalah dua hal tak terpisahkan.

Aktivitas menulis takakan berjalan sempurna tanpa aktivitas membaca.Sebaliknya, membaca pun tak akan bermakna tanpa menulis. Bukan sekedar menulis huruf, kata, maupun kalimat hingga menjadi paragraf yang hanya disimpan sendiri. Namun, menulis dalam arti menuangkan kembali pengetahuan dari membaca melalui tulisan yang disebarluaskan kepada masyarakat.

Sejumlah artikel jurnal, opini, serta buku yang saya baca menyebut betapa minim pustakawan yang menulis. Faktor malas umumnya sering dijadikan alasan. Malas sebagai tantangan menulis terutama bagi pemula hampir selalu beriringan dengan merasa tak berbakat, mood jelek, tak punya ide, harus menulis apa, dan mulai dari mana menulis.

Rasa malas sering membuyarkan sebuah ide atau gagasan sehingga tak berkembang menjadi sebuah tulisan. Penulis terkenal sekalipun tak luput dari serangan kemalasan. Hanya saja pengalaman membuktikan bagaimana mereka mampu mengatasi rasa malas itu.Maka dibutuhkan spirit atau semangat keberaksaraan yang lahir dari dalamdiri.

Daya Juang Menulis

Seorang temanpernah mencoba menulis satu artikel tapi tak kunjung selesai. Ia mengatakan semakin mencoba malah makin pusing dan akhirnya malas menulis. Ia menyerah karena sebelumnya memang tak punya ide atau gagasan. Tulisan yang sempat tertuang dibuang begitu saja. Kondisi seperti itu butuh motivasi serta perjuangan berat bagaimana menangkap ide yang terlintas. Selanjutnya membawa ide atau gagasan berkembang menjadi tulisan utuh.

Dr. H. Muhsin Kalida, S.Ag, M.A, M.Pd, praktisi penulis buku sekaligus dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam satu workshop menulis pernah menyampaikan, saat ide datang mestinya langsung dicatat di kertas, buku, gadget atau media lainnya.Catatan kecil ditambah beberapa referensi pasti sangat membantu pengembangan ide menjadi sebuah tulisan. Hal ini cukup efektif memacu semangat menyelesaikan satu tulisan utuh.

Tujuh artikel opinisayayang bertema menulis untuk pustakawan pernah dimuat beberapa media cetak. Mengapa selalu berkaitan dengan pustakawan? Selain alasan profesi, juga untuk memberikan motivasi supaya rekan-rekan pustakawan terutama di lingkungan saya bekerja tertantang menulis. Pengalaman mengelola buletin perpustakaan menunjukkan sulit sekali mengumpulkan naskah dari pustakawan setempat. Padahal buletin hanyaterbit setahun sekali. Menghasilkan satu artikel setahun sekali rupanya bukan perkara mudah.

Dorongan dan daya juang menghasilkan tulisan minim bahkan tidak ada. Pustakawan kurang tertantang menulis. Tak pernah berlatih secara rutin. Kesempatan mengikuti pelatihan yang difasilitasi perangkat daerah atau lembaga lain kurang dimanfaatkan. Pustakawan enggan mengikuti pelatihan karena merasa tidak berbakat menulis. Ini yang saya maksud minim dorongan dan daya juang. Padahal sebenarnya mereka ingin sekali bisa menghasilkan tulisan.

Satria Nova (2011), dalam buku “Agar Menulis Seenteng Bicara” memberikan tips bagi pemula supaya menuliskan apa yang terlintas di pikiran. Bukan memikirkan apa yang hendak ditulis. Menulislah sekarang juga jangan menunda-nunda dan hindari mengedit. Terus dan teruslah menulis, sengawur apapun hingga menghasilkan kalimat dan paragraf. Lambat laun itu akan memicu gagasan lebih produktif serta pikiran lebih tajam.

Lima Hal Sederhana

Menurut pengalaman pribadi, ada lima hal sederhana dapat dilakukan pustakawan guna membangun semangat keberaksaraan yaitu:

Pertama, memotivasidiri sendiri. Tumbuhkan semangat dan dorongan menulis dari dalam diri sendiri dulu. Selanjutnya kemauan dan usahalah yang kemudian menentukan keberhasilan membuat tulisan.

Kedua, belajar dari tulisan dan pengalaman sendiri. Sejelek apapun hasil tulisan merupakan sebuah karya yang mesti dihargai. Jangan dibuang tetapisimpan hasil pemikiran yang sempat tertulis itu. Setiap tulisan yang berhasil diselesaikan membutuhkan proses tersendiri. Proses menuangkan tulisan dari ide ke catatan-catatan kecil sampai jadi satu tulisan utuh, itulah yang perlu diingat dan terus dipelajari.

Ketiga, belajar dari tulisan dan pengalaman orang lain. Dengan cara memperhatikan kalimat demi kalimat lalu paragraf. Bila perlu ikuti diskusi seputar kepenulisan. Mohon saran masukan mereka yang rajin menulis, bagaimana cara mengatasi kendala dalam proses menghasilkan tulisan.

Keempat, belajar dari buku dan internet. Sumber informasi dan referensi untuk belajar mandiri bertebaran saking banyaknya. Manfaatkan perpustakaan sebagai sumber informasi terpercaya. Para pustakawan sangat beruntung beraktivitasdi pusat informasi tercetak maupun online. Pustakawan seyogianya menghasilkan karya di tengah sumber informasi melimpahyang mudah ia peroleh. Jangan sampai pustakawan kering ide, cumabisabilang tak berbakat menulis tanpa mau berusaha.

Kelima, belajar dari pelatihan atau bimbingan teknis. Lembaga perpustakaan atau lembaga yang perhatian terhadap dunia literasi sering menggelar kegiatan pelatihan menulis gratis. Peluang dan kesempatan memperoleh ilmu secara langsung dari nara sumber sangat terbuka.Sayang sekali bila terlewatkan. Orang ingin bisa menulis ia harus banyak belajar, praktek, dan sering berlatih secara rutin. Keseriusan diimbangi aksi nyata menulis.

Konsistensidan pengalaman para penulis menunjukkan setidaknya mereka tetap mampu menulis ketika didera rasa malas. Jangan biarkan rasa malas menguasai diri. Motivasi berkarya dari dalam diri, daya juang menulis,serta sanggup mengesampingkan rasa malas mempunyai peran penting menghasilkan satutulisan.

Penting bagi pustakawan untuk menumbuhkan spirit keberaksaraan. Pustakawan mesti menguasai keterampilan bagaimana menghasilkankarya yang diterbitkanmelaluiberbagai media. Jangan hanya menguasai keahlian teknis akademis seputar ilmu per pustakaan saja.*

 

 

Tags: Keberaksaraan PustakawanMuhammad Mufti
Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper