
KATARAK merupakan gangguan mata yang menyebabkan lensa mata menjadi keruh. Kondisi ini membuat cahaya tidak dapat melewatinya dengan benar sehingga menyebabkan penglihatan buram, berbayang, dan silau.
Pada 2020, secara global lebih dari 100 juta orang menderita katarak dan 17 juta di antaranya mengalami kebutaan. Sayangnya meski sudah dinyatakan mengidap katarak, sebanyak 8,1 persen pasien takut melakukan tindakan operasi.
Dokter Spesialis Mata sekaligus Direktur Utama RS Mata JEC @ Kedoya Dr. dr. Setiyo Budi Riyanto, SpM(K) menjelaskan alasan banyak pasien katarak yang enggan melakukan tindakan operasi karena ketidakpahaman mengenai katarak.
“Kesadaran tentang katarak yang masih terbatas memunculkan anggapan bahwa penyakit ini hanya diderita oleh lansia. Padahal, katarak dapat terjadi pada siapa saja tanpa memandang usia,” ujar dr Setiyo.
Untuk itu, dr Setiyo mengimbau kepada masyarakat untuk melakukan pemeriksaan mata secara berkala sebagai langkah antisipatif yang jitu untuk penanganan gangguan mata sedini mungkin, termasuk katarak.
“Bukan hanya lansia, tetapi justru semua kalangan usia. Dengan mengetahui kondisi katarak lebih awal, penyandang bisa terhindar dari risiko semakin menurunnya kualitas hidup akibat pandangan yang semakin kabur,” tuturnya.
Dokter Setiyo menambahkan bagi para penderita katarak yang sampai tahap buta, tak perlu berkecil hati. Karena tindakan operasi katarak dengan beragam opsi merupakan solusi untuk mengembalikan kondisi pandangan seperti semula.
Adapun beberapa tindakan katarak yang bisa dilakukan, meliputi extracapsular cataract extraction (ECCE), phacoemulsification, Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery (FLACS).
“Khususnya FLACS, sebagai terobosan terkini dalam penanganan katarak di Indonesia, teknologinya memberikan akurasi tinggi dan proses pemulihan yang cepat. Dengan catatan, tidak ada kelainan pada saraf mata pasien,” ucapnya.okz