
Sebagian besar dari kita beranggapan bahwa warung kopi (warkop) adalah tempat untuk rekreasi. Melepas rasa penat atas segala aktivitas kerjaan. Orang-orang berkunjung ke warkop sebenanya memiliki tujuan tersendiri. Ada yang memang untuk bersantai bersama kawan-kawannya, ada yang untuk menuntaskan tugas kuliah atau kantor, ada yang sengaja datang untuk bermain game online, dan semacamnya. Ragam aktivitas bisa dikerjakan di warkop. Rata-rata, warkop di zaman sekarang tidak hanya menyediakan minuman dan makanan ringan. Tetapi juga fasilitas Wifi untuk para pengunjungnya.
Hal itu kadang menjadi pertimbangan utama pengujung untuk datang atau tidak. Kecepatan wifi menjadi salah satu faktor yang menarik pelanggan. Apalagi, saat ini sudah cukup banyak perusahaan yang menerapkan work form anywhere (WFA), bekerja dari mana saja. Termasuk dari warkop. Anak-aak muda sekarang mendambakan pekejaraan yang memberikan rasa nyaman dan fleksibelitas dalam mengerjakannya. Tidak merasa terkekang dalam suatu ruangan.
Sejauh pengamatan saya selaku penikmat kopi, banyak kegiatan produktif yang memang bisa dikerjakan oleh para pengunjung warkop. Mulai dari belajar, bekerja, rapat, diskusi, menulis, mendesain, dan semacamnya. Hal inilah menjadi salah satu pertimbangan para owner warkop untuk berlomba-lomba mendesain warkopnya agar memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. Bukan hanya berkompetisi menyajikan kopi yang nikmat. Lebih dari itu juga interior tempat yang menarik untuk dikunjungi. Apalagi, sekarang seolah menjadi kebiasaan pengunung warkop untuk mengabadikan momentum dan memposting di WhatspApp, Facebook, Instagram, dan sebagainya.
Jika tak menarik, mereka yang terbiasa upload status dan story, bukan tidak mungkin akan mencari tempat lainnya yang lebih estetis. Saya pribadi, selaku penulis, akan mencari warkop yang tenang dan nyaman buat mengarang sebuah tulisan. Mungkin begitu juga dengan teman-teman yang bergelut di dunia kreatif.
Selama ini, sejauh pengalaman saya, tidak terhitung jumlah artikel atau karangan yang saya hasilkan dari tempat kopi. Kadang sampai lupa untuk menyerutup kopi yang telah dihidangkan saking nikmatnya membuat tulisan. Ya, dari dulu saya memang suka menulis. Menulis apapun yang terlintas dalam benak pikiran saya. Bagi saya, menulis itu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Tidak peduli nantinya dimuat atau tidak di media massa. Tidak peduli nantinya mendapat honor atau tidak dari tulisan-tulisan saya. Bagi saya, menulis adalah semacam menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Seolah ada yang kurang mana kala melewarkan hari demi hari tanpa sebuah karya. Memang, menulis bisa dikerjakan dari rumah, tapi saya kadang lebih senang ketika membuat sebuah tulisan di tempat kopi.
Biasanya saya datang sendirian jika berniat untuk mengarang. Jika ngajak teman, biasanya tidak jadi nulis. Adanya ngobrol dan diskusi beragam topik dari A sampai Z. Tapi itu juga menjadi kesukaan saya. Jadi ke warkop, bisa untuk mengasah intelektualitas dengan menulis dan diskusi.
Sungguh sayang jika menyia-nyiakan waktu di warkop tanpa ada aktivitas produktif. Bagi saya, waktu adalah sesuatu yang tak ternilai. Kenapa bisa? Ya karena waktu tidak bisa diulang. Sekali terlewatkan, kita tidak bisa memintanya lagi. Sementara di sisi lain, usia semakin berkurang. Kematian pun bisa sewaktu-waktu datang. Mumpung masih ada waktu luang dan kondisi badan sehat, maka saatnya kita berkarya dari warkop. Warkop bisa menjadi wadah untuk mempertajam daya nalar, mengasah kreativitas, dengan cara melakukan hal-hal produktif. Seperti membaca dan menulis.
Kita bisa menghasilkan esai, puisi, cerpen, dan bahkan buku dari warkop. Tidak harus duduk-duduk di perpustakaan untuk menghasilkan karya. Kita bisa melakukan di mana saja dan kapan saja. Persoalannya hanya satu, mau atau tidak. Ini berkaitan dengan motivasi internal masing-masng dari kita. Atau setiaknya ada hal yang kita baca. Tidak harus berkaitan dengan menghasilkan sebuah karya. Setidaknya otak kita terisi ilmu dan pengetahuan. Warkop menjadi ruang kelas bagi setiap orang yang suka belajar tanpa sekat.
Sekali lagi, jangan pernah batasi diri dalam berkarya, Menjadi pembelajar yang kreatif mesti mampu mengambil kesempatan untuk mengembangkan diri. Secangkir kopi yang kita nikmati di warkop anggap saja sebagai stimulus untuk menghasilkan karya-karya yang luar biasa. Setelah dipikir-pikir lagi, sangat disayangkan jika pergi ke warkop hanya untuk bersendar gurau. Membahas hal-hal yang tidak ada faedahnya dalam kehidupan. Dalam hal ini, kita mesti pandai-pandai melawan rasa malas dan kebiasaan menunda.
Sebab, dua penyakit itu jika tidak segera disingkirkan membuat kita menjadi pribadi yang sukar untuk maju dan berkembang. Ingatlah, hidup ini hanya sebentar saja. Tidak lama lagi, kita akan meninggalkan dunia fana aini. Apa yang bisa kita persembahkan untuk orang lain? Apakah selama ini keberadaan kita sudah membawa kebermanfaatan untuk masyarakat? Baik dari segi pemikiran, karya, dana, maupun kontribusi tenaga kita. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling banyak membawa kebermanfaatan bagi sesamanya. Begitulah sabda nabi kita, Nabi Muhammad SAW. Jadi, mari berkarya selagi masih muda. Jadikan warkop bukan hanya tempat untuk bersantai ria. Tetetapi sebalikny, menjadi tempat kita untuk menimba ilmu dan menyebarkan ilmu. Jadikan warkop seabagai tempat untuk mengasah segenap potensi yang kita miliki.