Selasa, Agustus 19, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Menyelami Historis dan Makna Idul Adha

by Mata Banua
18 Juni 2024
in Opini
0
D:\2024\Juni 2024\19 Juni 2024\8\8\Salman Akif Faylasuf.jpg
Salman Akif Faylasuf (Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.)

 

Tak bisa dipungkiri, sebagian orang juga mengatakan Idul Adha dengan Hari Raya Kurban. Sebenarnya Hari Raya Kurban terjemahan harfiyah dari Idul Adha. Kata “Adha” terambil dari kata “Dahha” yang bearti berkurban. Namun demikian, ada perbedaan antara berkorban dan korban.

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\19 Agustus 2025\8\Edi Setiawan.jpg

Ekonomi Merdeka Angka 80: Janji Yang Belum Tuntas

18 Agustus 2025
D:\2025\Agustus 2025\19 Agustus 2025\8\tias aditya.jpg

Menyusui Sebagai Praktik Cinta yang Berkelanjutan

18 Agustus 2025
Load More

Biasanya kalau kita berkata korban maka yang terbersit adalah penganiayaan. Atau, derita dan kerugian yang dialami akibat ulah pihak lain. Berbeda ketika berkata berkorban. Maka itu sudah menggambarkan suatu aktivitas yang menunjukkan suatu kesetiaan atau kebaktian. Jelasnya, dia berkorban untuk bangsa dan negara.

Kurban juga boleh jadi terambil dari bahasa Arab. Ia terdiri dari kata “Qurb” yang berarti dekat, dan “ann” yang bermakna sempurna. Sehingga daging bermakna sarana atau aktivitas yang dipersembahkan kepada Tuhan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah Swt. Ia menunjukkan kesetiaan, pengagungan dan kebaktian kepada Allah Swt. Jadi Hari Raya Korban adalah satu hari raya di mana disana ada disyariatkan bagi setiap muslim untuk menyembelih binatang korban.

Syahdan. Manusia yang sadar merasa dirinya berhutan budi kepada Allah. Di dalam al-Qur’an ada sebanyak tiga kali kata qurban disebutkan. Dilukiskan, bahwa berkorban pertama yang dilakukan oleh manusia (dua anak Adam). Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 27 menyatakan:

Artinya: “Dan ceritakanlah (Muhammad) yang sebenarnya kepada mereka tentang kisah kedua putra Adam, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka (kurban) salah seorang dari mereka berdua (Habil) diterima dan dari yang lain (Qabil) tidak diterima. Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti membunuhmu!” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang yang bertakwa.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 27).

Kata Quraish Shihab, keduanya memberikan kurban, akan tetapi satu kurbannya diteriman dan satunya tidak. Karena tidak diterima, maka kemudian Qabil mengatakan “Aku pasti bunuh kamu.” Lalu Habil menjawab “Allah hanya menerima kurban orang yang bertakwa kepadanya.”

Memang, pada mulanya manusia sangat dekat kepada Allah Swt., akhirnya karena manusia berdosa maka dia menjauh kepada Allah. Setelah bertaubat baru akan dekat lagi. Dan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah dengan cara berkurban.

Berkurban manusia

Dalam perkembangannya, manusia sadar bahwa semakin besar nilai yang dikurbankan, semakin tinggi nilai kurban, maka Allah semakin senang dengannya. Itu sebabnya, jika Anda mampu berkorban dengan kambing, kerbau dan sapi itu lebih besar. Karena kesadarannya akan semakin tinggi nilai kurban Tuhan semakin cinta, maka dalam sejarahnya manusia mencari apa yang paling tinggi dan yang paling mahal. Hingga akhirnya tibalah pada suatu saat mereka mempersembahkan manusia.

Sejarah mengenal bahwa orang-orang Meksiko menyembah dewa matahari, dan yang mereka persembahkan adalah jantung dan darah manusia sebagai sesaji. Orang Viking (pelaut yang berasal dari Skandinavia, sekarang Denmark, Norwegia dan Swedia) mereka menyembah Dewa Perang Odin, dan yang dia persembahkan adalah pemuka agama yang paling hebat. Mereka mengikatnya ke pohon kayu, lalu dilempar dengan lembing sebagai persembahan.

Sementara orang-orang Mesir mempersembahkan gadis yang paling cantik ke sungai Nil. Orang-orang Kan’an di Irak mempersembahkan bayi untu Dewa Baal. Hingga pada Nabi Ibrahim orang mulai sadar, bahwa manusia sebenarnya terlalu mahal untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Pemikir saat itu berkata jangan persembahkan manusia.

Hanya saja, alasannya, karena manusia terlalu bernilai. Hingga akhirnya Tuhan membatalkan. Berawal dari memerintah Nabi Ibrahim “Sembelih anakmu yang lebih kamu cintai dari dirimu.” Dan akhirnya Ismail diganti dengan domba. Pertanyaannya adalah, kenapa tidak sejak semula Tuhan menggantinya?

Kata Quraish Shihab, Tuhan seakan-akan mau menyatakan begini: “Hai para pemikir-pemikir dan manusia yang menyatakan dirinya pandai bahwa manusia tidak wajar dikorbankan demi Tuhan. Tidak. Manusia yang paling kamu cintai pun jika Tuhan sudah memerintahkannya untuk dikurbankan, maka harus dan wajib dilakukan. Buktinya saya suruh kamu berkurban. Tetapi karena saya cinta manusia maka jangan korbankan manusia, dan saya ganti dia dengan domba. Jadi jangan berkata manusia terlalu mahal.”

Sejak itulah kurban yang perintahkan adalah domba. Orang kalau mau berkorban jangan setengah-setengah. Itu sebabnya, syarat kurban adalah harus sempurna jangan yang cacat, dan yang dikorbankan adalah binatang. Dalam hal ini, kita diperintah untuk menyembelih sifat-sifat kebinatangan yang ada pada dirimu. Misalnya seperti sifat rakus, sombong, tamak dan lainnya.

Karena itu sebenarnya ada kaitan yang sangat erat antara berkurban dengan moral. Orang yang tidak bermoral maka dia tidak mau berkurban. Semakin tinggi akhlaknya seseorang, maka semakin bersedia dia untuk berkurban.

Mau bagaimanapun kita adalah makhluk sosial, tidak bisa hidup sendirian. Artinya kita membutuhkan yang lain. Demi memperoleh kebutuhan kita dari orang lain, kita harus mengorbankan sebagian dari kepentingan kita. Misalnya dijalan raya kita mau pulang cepat, sementara mobil ada juga yang mau lewat, dan satu sisi ada pengaturan lalu lintas lampu merah. Tentu saja kalau lampu merah kita menjadi korban. Tetapi itulah akhlak.

Sebab, jika tidak lampu merah maka yang terjadi adalah tabrakan. Maka demi mengatur lalu lintas hidup, maka sebagian kita harus mengorban kepentingannya demi orang lain. Namun, pada saat Anda mengorbankan kepentingannya demi orang lain, sebenarnya Anda lebih banyak memperoleh dari apa yang Anda tuju.

Sederhanya, hidup ini memerlukan pengorbanan. Itulah akhlak. Dan ajaran Idul Adha ini sebenarnya mengajarkan kurban. Satu lambangnya yang disyariatkan adalah menyembelih binatang. Sementara lambang penghormatan kepada manusia adalah membagikan dagingnya. Dalam al-Qur’an Surat Al-Hajj ayat 36 dikatakan:

Artinya: “Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu agar kamu bersyukur.” (QS. Al-Hajj [22]: 36).

Secara tidak langsung, ini membuktikan bahwa kita tidak mementingkan diri sendiri, melainkan juga memperhatikan orang lain, terlebih orang kelas bawah. Tetapi ingat, bahwa yang dinilai oleh Tuhan adalah ketakwaannya, bukan aliran-aliran darahnya. Inilah makna dan ajaran-ajaran Idul Adha. Wallahu a’lam bisshawab.

 

 

 

Tags: Idul adhaSalman Akif Faylasuf
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA