
JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan rencana program akuisisi beras Kamboja oleh Perum BULOG.
Jokowi mengatakan, akuisisi merupakan program bisnis yang biasa dilakukan perusahaan BUMN khususnya Bulog, yang memiliki peran untuk mengamankan stok cadangan beras pemerintah (CBP).
“Itu proses bisnis yang akan dilakukan Bulog sehingga memberikan kepastian stok cadangan beras negara kita dalam kondisi aman. Daripada beli lebih bagus investasi,” ungkap Jokowi di Hotel Fairmont, Jakarta.
Keputusan BULOG melirik akuisisi beras Kamboja dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, tampak dilakukan dengan berbagai faktor yang menarik.
Melansir laman Phnom Phenh Post, Kamboja saat ini berada di peringkat 10 sebagai produsen beras terbesar di dunia, baik untuk konsumsi domestik maupun ekspor, ungkap Federasi Beras Kamboja (CRF).
Peringkat SeaSia.co menempatkan 6 negara di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Vietnam, Thailand, Filipina, Myanmar dan Kamboja sebagai produsen beras dominan pada tahun 2023.
Indonesia memimpin di Asia Tnggara dan menempati peringkat keempat secara global dalam produksi beras, dengan 34 juta ton, diikuti oleh Vietnam dengan 26,94 juta ton.
“Kamboja, meskipun merupakan negara kecil, adalah produsen beras utama, mengolah hampir enam juta ton per tahun dan menduduki peringkat ke-10 secara global. Kami berterima kasih kepada pemerintah yang memimpin transformasi dari negara kekurangan pangan pada tahun 1970an-1990an menjadi negara eksportir yang signifikan,” kata Presiden CRF, Chan Sokheang.
Laporan terbaru dari CRF mengungkap besaran ekspor beras Kamboja pada bulan Januari 2024, yang mencapai 46.221 ton senilai USD 32,62 juta atau sekitar Rp. 531,8 miliar.
Puluhan ribu ton beras ini diekspor melalui 32 eksportir beras Kamboja ke 42 negara di seluruh dunia.
CRF mencatat, Kamboja mengekspor hampir 600.000 ton beras yang belum digiling ke negara-negara tetangga, senilai lebih dari USD 184 juta atau Rp.2,9 triliun. lp6/mb06