Jumat, Juli 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Negeri Penuh Tanya

by Mata Banua
10 Juni 2024
in Opini
0
D:\2024\Juni 2024\11 Juni 2024\8\8\Najamuddin Khairur Rijal.jpg
Najamuddin Khairur Rijal (Dosen FISIP Universitas Muhammadiyah Malang)

 

Di suatu masa, terdapat sebuah negeri yang indah bernama Negeri Penuh Tanya. Negeri ini kaya-raya, terkenal dengan kekayaan alam dan pemandangan yang memesona. Penduduknya ramah dan hidup rukun.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Menuju Negeri Bersih dan Berdaya

10 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\11 Juli 2025\8\8\Nur Alfa Rahmah.jpg

Indonesia Darurat Perundungan Anak: Mencari Solusi Sistemik

10 Juli 2025
Load More

Namun, ada satu hal yang membuat negeri ini unik: semua penduduknya selalu bertanya-tanya. Mereka selalu dipenuhi rasa ingin tahu dan sering kali mempertanyakan segala hal, terutama kebijakan pemerintah yang penuh tanda tanya.

Di pusat Negeri Penuh Tanya, berdirilah sebuah istana megah tempat Raja memerintah. Raja ini dikenal bijaksana dan selalu berusaha mendengar suara rakyatnya. Namun, belakangan ini, istana Raja sering disibukkan oleh banyaknya pertanyaan dan keraguan dari rakyat tentang berbagai kebijakan yang diambil. Sang Raja banyak berubah, terutama sejak mempersiapkan putra mahkota kerajaan untuk naik tahta. Rakyat pun semakin diliputi pertanyaan atas berbagai kebijakan yang diambil.

Suatu hari, Raja mengumumkan sebuah kebijakan baru untuk membangun Taman Seribu Jawaban, sebuah tempat di mana rakyat bisa datang untuk menemukan jawaban atas segala pertanyaan mereka. Kebijakan ini didasarkan pada niat baik untuk membantu rakyat memahami berbagai keputusan pemerintah dan mengurangi keraguan yang beredar. Namun, alih-alih menenangkan rakyat, pengumuman ini justru memicu lebih banyak pertanyaan. Negeri Penuh Tanya semakin penuh dengan tanda tanya.

“Apakah Taman Seribu Jawaban ini hanya untuk menutupi masalah sebenarnya?” tanya seorang pedagang di pasar.

“Bagaimana kita tahu bahwa jawaban yang diberikan di taman itu benar-benar jujur?” seorang guru bertanya pada murid-muridnya.

“Apakah ini berarti selama ini pemerintah menyembunyikan sesuatu dari kita?” tanya seorang petani pada keluarganya di ladang.

Aneka pertanyaan muncul dan menyebar dengan cepat. Negeri Penuh Tanya menjadi semakin gaduh. Raja kemudian memutuskan untuk mengadakan sebuah pertemuan besar di istana, mengundang semua rakyat untuk datang dan berdialog secara langsung. Ia berharap dengan cara ini, ia bisa menjelaskan kebijakan tersebut dan meredakan keresahan rakyat.

Pada hari yang ditentukan, istana penuh sesak dengan rakyat dari berbagai penjuru negeri. Raja naik ke podium dan mulai berbicara.

“Rakyatku yang terkasih, aku memahami kekhawatiran kalian. Aku mengerti bahwa dalam Negeri Penuh Tanya, kita selalu bertanya-tanya. Taman Seribu Jawaban bukanlah untuk menutupi apapun, melainkan untuk memberi kita semua kesempatan untuk mencari jawaban bersama. Di taman itu, kalian akan menemukan bukan hanya jawaban dari pemerintah, tetapi juga dari para ahli, pemikir, dan bahkan sesama warga.”

Namun, rakyat tetap tidak puas. Seorang pemuda maju dan bertanya, “Bagaimana kami bisa yakin bahwa taman ini bukan hanya cara lain untuk mengontrol kami?”

Raja tersenyum dan menjawab, “Taman ini tidak akan dikelola oleh pemerintah saja. Kami akan membentuk dewan rakyat yang terdiri dari perwakilan setiap desa, kota, dan profesi. Dewan ini akan bertugas memastikan bahwa jawaban yang diberikan di taman itu berasal dari berbagai perspektif dan kepentingan.”

Meskipun kata-kata Raja terdengar meyakinkan, beberapa hari kemudian terungkaplah fakta bahwa anggota dewan rakyat yang dipilih ternyata sebagian besar adalah orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan pejabat kerajaan. Keputusan dan jawaban yang diberikan di Taman Seribu Jawaban pun mulai menunjukkan tanda-tanda manipulasi.

“Jawaban-jawaban ini sepertinya hanya untuk membenarkan tindakan pemerintah!” seorang ibu rumah tangga berkata kepada tetangganya.

“Aku merasa pertanyaanku hanya diabaikan atau dijawab dengan jawaban yang menguntungkan mereka,” keluh seorang buruh di pabrik.

Kecurigaan rakyat semakin kuat ketika seorang mantan anggota dewan rakyat mengungkapkan bahwa beberapa jawaban memang sudah disiapkan oleh pemerintah untuk menutupi kebijakan yang merugikan rakyat. “Mereka menyuruh kami untuk memberikan jawaban yang bisa meredakan emosi rakyat, tetapi tidak benar-benar menyelesaikan masalah,” katanya dalam sebuah wawancara rahasia.

Ketidakpuasan dan kemarahan rakyat semakin memuncak. Negeri Penuh Tanya kembali dipenuhi dengan keraguan dan ketidakpercayaan yang lebih dalam. Taman Seribu Jawaban yang awalnya dibayangkan sebagai tempat untuk menemukan kebenaran kini menjadi simbol dari kebohongan dan manipulasi.

Rakyat mulai bertanya-tanya lebih dalam lagi, “Apakah kita akan pernah mendapatkan jawaban yang benar di negeri ini?”

Negeri Penuh Tanya kini menjadi negeri yang semakin penuh tanda tanya, bukan karena rasa ingin tahu yang sehat, tetapi karena ketidakpercayaan yang mendalam terhadap mereka yang memegang kekuasaan. Dan dengan setiap hari yang berlalu, negeri itu tenggelam lebih dalam, dalam kebingungan dan ketidakpastian, dengan masa depan yang semakin sulit untuk ditebak.

Realitas Kebangsaan

Cerita di atas mungkin memang hanyalah dongeng. Namun, dengan merefleksikannya pada konteks sosial-politik Indonesia belakangan ini, jangan-jangan dongeng di atas adalah gambaran situasi dan realitas kebangsaan kita hari-hari ini. Kebijakan pemerintah penuh kontroversi dan tanda tanya. Celakanya, semua pertanyaan itu tidak pernah benar-benar terjawab dan memuaskan harapan publik.

Dari polemik putusan Mahkamah Agung tentang batas usia calon kepala daerah, polemik kenaikan Uang Kuliah Tunggal di perguruan tinggi negeri, hingga agenda revisi Undang-Undang Mahkamah Konstitusi, Polri, dan TNI. Dari perdebatan tentang kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) hingga masa depan Ibukota Nusantara. Dari persoalan penegakan hukum dan pemberantasan korupsi para pejabat hingga polemik konsesi tambang untuk organisasi kemasyarakatan (ormas) keagamaan.

Semua penuh tanda tanya. Rasanya, masa depan kita dan bangsa ini semakin sulit untuk ditebak. Apakah pemerintah akan mewariskan legasi buruk rupa di penghujung kekuasaannya?

 

Tags: Dosen FISIPNajamuddin Khairur Rijaltapera
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA