Ada keresahan di benak Penulis. Apakah julukan Banjarmasin sebagai kota seribu sungai, masih pantas disematkan, dengan kondisi tata kota seiring pembangunan yang kian masif saat ini. Adapun Penulis berdomisili dekat bersampingan dengan aliran anak sungai rawa di area perkomplekan di Kota Banjarmasin. Permasalahan yang terjadi saat ini, sungai kecil tersebut terus mengalami pendangkalan, baik disebabkan oleh endapan lumpur dan tidak jarang tercampur dengan endapan sampah rumah tangga entah dari mana asalnya. Air seolah hanya menggenang tidak lagi terlihat adanya arus yang mengalis. Setelah Penulis susuri, ternyata ujung sungai tidak lagi menuju muara, tetapi buntu disebabkan adanya pembangunan yang entah disengaja menutup aliran sungai. Memancing ikan yang sebelumnya dapat dilakukan Penulis sebagai sarana melepas hobi, tidak lagi dapat dilakukan di sungai yang sangat kian dangkal dan menyempit, terkadang sering terlihat permukaan sungai tertutup limbah berminyak, tercium aroma menyengat tidak nyaman di sungai tersebut.
Kondisi sungai di Kota Banjarmasin dihadapkan dengan maraknya pembangunan saat ini, perlu mendapat perhatian oleh semua pihak. Di sisi pemanggu kebijakan, Pemerintah harus menggalakan fungsi pengawasanannya, tegas “menegur” apabila ada masyarakat yang sengaja melakukan pembangunan tanpa melihat sisi kelestarian alam, termasuk mengganggu fungsi aliran sungai. Sebaliknya di sisi masyarakat, kita mesti menyadari bahwa menjaga fungsi dan kondisi sungai dimulai saat ini, berarti turut andil menjaga kelangsungan lingkungan hidup di masa mendatang.
Dikutip dari Wikipedia yang menyadur data dari Dinas PUPR Kota Banjarmasin, tercatat sejumlah 290 sungai yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Banjarmasin. Penulis belum mengetahui berapa jumlah sungai yang masih aktif fungsinya saat ini. Namun banjir yang terjadi di Januari 2021, mesti menjadi Iktibar pembelajaran bagi kita, selain curah cuaca hujan yang tinggi, salah satu sebab banjir di Kota Banjarmasi, juga dikaitkan karna fungsi sungai sebagai area resapan air terganggu akibat masifnya pembangunan. Sehingga pemerintah perlu melakukan evaluasi dan pendataan, bagaimana kondisi sungai di Kota Banjarmasin, dan berapa jumlah sungai yang masih aktif fungsinya saat ini.
Adapun Pemerintah Kota Banjarmasin telah berupaya melakukan normalisasi fungsi sungai. Di masa tanggap darurat bencana tahun 2021, melalui Keputusan Walikota Banjarmasin Nomor 77 Tahun 2021 yang diperbarui dengan Keputusan Walikota No. 126 Tahun 2021, telah dibentuk Satgas Normalisasi Sungai untuk Pengendalian Banjir di Kota Banjarmasin, guna melakukan pendataan serta indentifikasi dan verifikasi bangunan yang berada di atas sungai di wilayah Kota Banjarmasin. Satgas tersebut dapat melakukan tindakan tertentu untuk memulihkan aliran dan fungsi sungai, dengan melakukan pembongkaran bangunan atau jembatan bangunan gedung yang dinilai menghalangi aliran air dan mengganggu fungsi sungai, atau melalui pendekatan persuasif kepada masyarakat pemilik bangunan, setelah dilakukan sosialisasi pemahaman dan negosiasi untuk melakukan pembongkaran sendiri bangunan.
Penulis berharap kinerja Satgas tersebut, tetap dilaksanakan tidak hanya di masa tanggap darurat bencana saja. Namun sebagai momentum pembenahan tata lingkungan di Kota Banjarmasin. Akan tetapi yang terpenting, upaya-upaya penertiban yang dilakukan pemerintah tersebut, juga mesti diiringi dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga menjaga kelestarian lingkungan termasuk fungsi sungai, sebagai upaya pencegahan gangguan fungsi sungai.
Sosialisasi untuk menjaga fungsi sungai kepada publik mesti terus berkelanjutan dilaksanakan, melalui pendekatan yang mudah dipahami publik, tidak hanya bagi masyarakat di lingkungan perkotaan, termasuk bagi masyarakat yang hidup dan berdomisili dibantaran sungai sebagai kearifan lokal di Kota Banjarmasin, dengan tidak membuang sampah ke sungai. Tanpa adanya dukungan dan kesadaran masyarakat, maka upaya-upaya tadi akan berjalan timpang.
Penulis masih percaya, bahwa bila kita menjaga alam, maka alam pun akan menjaga kita. Segala bentuk upaya kita bersama menghargai alam, maka alam pun akan memberikan kita penghargaan indah yang tak akan mampu diberikan oleh seseorang.
Terakhir Penulis berharap semoga di masa mendatang, nilai kemanfaatan atau fungsionalitas sungai sebagai penyeimbang resapan air di Kota Banjarmasin tetap terjaga. Apabila sungai kita bersih dan lestari, tidak menutup kemungkinan nilai artistik sungai kita yang terjaga dengan baik akan mendukung berkembangnya pariwisata sungai, yang saat ini mulai digalakan sebagai salah satu destinasi wisata susur sungai di Kota Banjarmasin.
