
BANJARMASIN – Pekerjaan besar bagi Perusahaan Air Limbah Daerah (PALD) Kota Banjarmasin dalam memperbaiki sanitasi lingkungan.
Pasalnya, dari sekian ratus ribu warga Banjarmasin, hanya 6,78 persen yang berlangganan perpipaan limbah PALD Banjarmasin
Sedangkan sisanya masih bertahan dengan sistem WC coblok atau tradisional (air limbah ditampung di septik tank).
PALD Kota Banjarmasin yang telah bekerjasama dengan Indah Water Konsortium (IWK) Malaysia selama tiga tahun terakhir, menyimpulkan bahwa Banjarmasin harus tegas dalam pengelola limbah demi kesinambungan lingkungan.
“Permasalahan lingkungan harus disosialisasikan terus kepada masyarakat,bagaimana dampak kesehatan masyarakat jika tidak mendukung dalam pengelolaan air limbah yang baik, “ungkap General Manager IWK Malaysia, Azuan Ahmad Zahdi, usai pertemuan dengan PALD Banjarmasin, di Balaikota Banjarmasin, Kamis (16/5).
Menurutnya, persoalan juga sama dengan Malaysia dimana butuh waktu 30 tahun untuk mendekati dan menyadarkan masyarakat. Hingga pada akhirnya, penarikan tarif dalam pengelolaan limbah juga dilakukan. “Karena jika menunggu lama lagi masalah kerusakan lingkungan semakin parah,” jelasnya.
Sementara, Direktur PALD Banjarmasin Endang Waryono menjelaskan, sejauh ini respons masyarakat agar berlangganan dengan PALD Banjarmasin belum sebagus warga negara Malaysia. Berbagai upaya telah dilakukan hingga akhirnya diputuskan untuk menarik retribusi per bulan yang itu pun baru diterapkan April 2024 ini.
“Dengan tarif ini akan kita lakuna perbaikan sanitasi bertahap, terutama pada lingkungan kumuh dengan membangunkan septik tank komunal,” jelasnya.
Endang menjelaskan, 70 persen dari 100 persen pemakaian air adalah limbah domestik yang semestinya harus diolah atau diproses oleh PALD Banjarmasin. “Namun karena banyak yang belum berlangganan maka hanya yang menyambung perpipaan saja yang kami olah, sedangkan septik tank yang umumnya ada di warga Banjarmasin adalah sistem coblok,” jelasnya. via