Oleh: Pita (Aktivis Muslimah)
Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan hidup sehari-hari kian meningkat, terlebih tingginya kebutuhan bahan pokok yang menjadi PR besar setiap harinya dalam sebuah keluarga terutama para pencari nafkah yaitu seorang Ayah. Begitupula dampak ekonomi yang semakin hari menjadi permasalahan yang tidak kunjung usai di negeri ini, pekerjaan sulit, tingginya angka pengangguran pun kian menjadi. Berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menangani permasalahan tersebut , salah satunya yaitu menyediakan pinjol (pinjaman online).
Dikutip katadata.co.id (02 April 2024) total ada 101 pinjol yang memiliki izin OJK. Sebanyak tujuh di antaranya syariah. Dikutip dari cnbcindonesia.com (04 April 2024) Industri fintech pinjaman online (pinjol) peer to peer (P2P) lending telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 60,42 triliun pada tahun 2024.
Dari data diatas banyaknya jasa pinjaman online yang tersedia dan sudah terdaptar di OJK namun masih banyak lagi yang belum terdaftar, bahkan besarnya biaya yang disalurkan tersebut sebagai bukti tingginya peminat masyarakat terhadap pinjaman online. Pinjol dianggap sebagai solusi praktis,bagi masyarakat tidak hanya keluarga, anak muda bahkan UMKM sekalipun sebagai modal usaha, pinjaman mudah dan rendahnya bunga pada pinjaman tersebut.
Namun dibalik kemudahan itu semua pilihan ini tentu pilihan yang berbahaya karena adanya mekanisme pinjaman berbunga (riba), disisi lain gagalnya bayar menjadi tambahan masalah bagi nasabah itu sendiri. Adapun resiko lembaga pinjol adalah suatu konsekuensi usaha karena bisnis pada bidang tersebut.
Dikutip dari katadata. co. id (02 April 2024) gagal bayar terhadap pinjol melonjak pada bulan Februari atau menjelang Ramadhan kemarin. Industri teknologi finansial pembiayaan atau fintech lending pun merugi. Kredit macet atau tingkat wanprestasi lebih dari 90 hari yang biasa disebut TWP 90 pinjol naik dari Rp 1,78 triliun pada Januari menjadi Rp 1,8 triliun pada Februari. Persentasenya 2,95% dari total pinjaman.
Gambaran nyata yang bisa dilihat bahwa gagalnya Sistem kapitalisme dalam menjamin kesejahteraan masyarakatnya menjadikan lepasnya tanggung jawab pengusa . Sistem kapitalisme menjadikan masyarakat terpaksa melanggar hukum syariat demi yang namanya uang. Sistem kapitalisme yang berasaskan untung dan rugi bukan lagi tentang halal ataupun haram. Begitupun dalam melayani masyarakat dengan setengah hati bukan sepenuh hati, memberikan solusi justru menambah masalah yang pasti. Padahal baik itu di dunia maupun akhirat negara yang tugasnya mengurus dan melayani rakyat kelak kepemimpinan itu akan dipertanggungjawabkan.
Berbeda dengan sistem islam. Islam menetapkan negara menjamin kebutuhan rakyat dengan akses ekonomi yang halal berlandaskan syariat islam. Dalam islam pemimpin bertanggungjawab penuh terhadap masyarakatnya sebab pemimpin dalam islam sadar bahwa apa yang dilakukannya kelak akan dimintai pertanggungjawaban.
Rasulullah SAW bersabda:
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Dalam islam penyediaan akses lapangan pekerjaan menjadi tanggung jawab negara, bahkan gaji yang layak sesuai dengan pekerjaannya, hingga santunan negara ketika masyarakat kekurangan bahkan menyediakan pinjaman halal tanpa riba. Negara sadar bahwa konsep riba akan mengakibatkan uang macet dan menumpuk pada pemilik modal.
Terlebih Allah mengharamkan riba dalam muamalah. Allah SWT berfirman: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba( QS. Al -Baqarah:275).
Sungguh riba adalah perbuatan terlarang bahkan Allah langsung yang akan memerangi pelaku riba tersebut. Allah SWT berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba jika kalian beriman.” (QS. Al-Baqarah: 278). Apabila kalian tidak melakukannya, maka yakinlah dengan peperangan dari Allah dan RasulNya. Apabila kalian bertaubat, maka kalian berhak mendapatkan pokok harta kalian. Kalian tidak mendzalimi dan juga tidak didzalimi.” (QS. Al-Baqarah: 279)
Demikian begitulah dalam sistem islam punya solusi hakiki dalam segala permasalahan. Rasa takut kepada Allah menjadikan pemimpin yang bertanggung jawab penuh terhadap yang dipimpinnya.