
KATA KATA ‘syafa’at’ sering dikaitkan orang dengan nabi Muhammad saw. Kita dianjurkan banyak membaca shalawat Nabi agar mendapat syafaatnya di akhirat nanti.
Bershalawat untuknya tidak saja dianjurkan atas umatnya, para malaikat, bahkan Allah sendiri bershalawat untuk kekasihNya ini.
Hal ini tampak dalam ayat 56 al-Ahzab artinya “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah penghormatan kepadanya.”
Bershalawat untuk nabi dilakukan banyak orang dalam bentuknya yang berbeda-beda, apalagi pada bulan kelahiran beliau; Rabiul Awwal. Mengapa mereka banyak membaca shalawat, selain untuk mendapatkan syafaatnya, juga melambangkan betapa rindu mereka kepada nabi yang mereka cintai itu. Shalawat nabi asalah dzikir kepada Allah swt.
Apakah hanya Nabi Muhammad yang diizinkan untuk memberi umatnya syafa’at? Bagaimana dengan nabi yang lain? Konon kabarnya, yang lain juga mendapat dorongan untuk mendapatkan izin dari Allah memberi umatnya syafaat; mereka malu memohon izin; mungkin karena merasa pernah berbuat salah terhadap Tuhan.
Kelihatannya masalah syafaat ini memang orang tertentu yang mendapat izin Tuhan. Hal ini dapat terlihat pada bagian ayat 255 al-Baqarah artinya “Tiada yang dapat memberi syafaat tanpa izinNya…” Lalu siapa yang diberi izin? Ia adalah nabi Muhammad saw.
Syafa’at dapat bermakna pertolongan yang diberikan untuk mereka yang membutuhkannya. Seseorang menjadi penghuni surga setelah mendapat syafa’at nabi Muhammad walaupun sebelumnya ia dieksekusi masuk neraka. Seseorang dikurangi hukumannya di neraka setelah mendapat syafa’at beliau, bahkan berkat syafa’at beliau, ada hamba Allah yang masuk surga tanpa dihisab amal ibadahnya. Ini semua berkat syafa’at
Lalu bagaimana dengan puasa? Apakah puasa juga bisa memberi syafa’at atau bagaimana? Sejak abad kedua Hijriyah setiap kali bulan Ramadhan tiba, umat Islam yang memenuhi persyaratan, meeka diwajibkan puasa Ramadhan.
Kewajiban ini tertera dalam al-Baqarah 183 artinya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Sekarang umat Islam berada pada bulan Ramadhan 1445 H. bertepatan dengan 2024 M. Mereka setiap hari berpuasa di bulan ini; menahan lapar berhari-hari sejak bersahur sampai berbuka, berjaga di malam hari untuk tilawah al-Quran, shalat tarawih, shalat tahajjud, tahlilan menjelang berbuka, dan lain-lain. Amaliyah seperti ini tentu mendapat penghargaan dari Allah swt. berupa pahala di akhirat nanti. Sehubungan dengan masalah syafa’at puasa ini Ahmad dan Hakim meriwayatkan hadits artinya “Puasa dan al-Quran memberi syafa’at untuk para hamba di hari kiyamat nanti. Puasa berkata `wahai Tuhan, aku cegah ia daripada makanan dan nafsunya disiang hari, maka izinkanlah aku memberikan syafa’at untuknya. Al-Quran berkata `Wahai Tuhan, aku halangi ia dari tidur pada malam hari, izinkan aku memberinya syafa’at. Semoga kita mendapat syafa’at puasa Ramadhan. (*)