
BANJARMASIN – Gubernur Kalimantan Selatan, H Sahbirin Noor atau Paman Birin bersama ribuan masyarakat Banua yang berasal dari Kota Banjarmasin dan Banjarbaru serta Kabupaten Banjar dan Barito Kuala menyimak tausiah disampaikan Miftah Maulana Habiburrahman atau akrab disapa Gus Miftah.
Dalam kegiatan Hikmah Ramadhan 1445 hijriah yang digagas Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor atau Paman Birin di Mahligai Pancasila Banjarmasin, Sabtu (16/3) malam tersebut mendapat sambutan antusias dari warga Banua.
Gus Miftah merupakan mubalig dan pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogjakarta. Gus Miftah sendiri merupakan keturunan ke-9 Kiai Muhammad Ageng Besari, pendiri Pesantren Tegalsari di Ponorogo.
Turut hadir dalam acara itu, Alimmul Fadhil Al hafidz TGH M Wildan Salman, Ketua DPRD Kalsel, H Supian HK, Danlanal Banjarmasin, Kolonel Laut (P) Agus Setyawan, Pj Bupati Batola Mujiyat, Pj Bupati Tala, H Syamsir Rahman dan pimpinan Forkopimda lainnya.
Selain itu, tampak terlihat para habaib dan ulama, tokoh agama, asisten dan staf ahli gubernur, kepala SKPD dan karyawan lingkup Pemprov Kalsel.
Paman Birin pun mengundang masyarakat umum untuk berhadir pada kegiatan keagamaan itu sekaligus mendengarkan dan menyaksikan langsung dai kondang Gus Miftah yang biasa hanya dilihat melalui channel YouTube atau televisi.
Acara hikmah Ramadhan kali ini diawali dengan pelaksanaan Shalat Isya dan Teraweh berjamaah kemudian tausiah Guru Supian Al-Banjari sebagai pembuka.
Paman Birin pun menyampaikan terima kasih atas apresiasi masyarakat yang menghadiri kegiatan hikmah Ramadhan, meskipun dari lokasi yang cukup jauh.
“Saya atas pribadi dan Pemprov Kalsel menyampaikan ucapan terima kasih pian-pian sudah hadir di sini dan mohon maaf jika ada kekurangan dari penyambutan dari kami,” ujar Paman Birin.
Pada acara inti, Gus Miftah menuturkan seputar hikmah puasa. Materi pun disampaikan Gus Miftah dengan santai jelas dan diselingi jokes-jokes yang nampak mengundang tawa jemaah yang hadir.
Pesan yang disampaikan Gus Miftah yakni soal menyembunyikan tiga hal, pertama menyembunyikan kemiskinan atau tidak dibuka ke orang lain demi mendapatkan belas kasih atau bantuan.
Kemudian, pentingnya menyembunyikan rasa marah, karena hal ini tidak mudah dan dikatakan, jihad yang paling berat itu melawan marah.
Pesan berikutnya, agar tidak menjadi orang yang sudah paling baik, lalu memandang rendah orang lain.
Gus Miftah mengungkapkan menyembunyikan rasa sakit sehingga orang mengira selalu mendapatkan nikmat Allah SWT. Dengan kata lain, bisa menahan diri dalam berbagai hal agar tidak melakukan dosa, termasuk menahan diri dari pamer harta. sal/adpim/ani