
TERLALU lama tidur di lantai membuat tubuh menjadi terasa pegal. Tak heran jika banyak orang yang percaya bahwa tidur di lantai bisa membuat rematik. Lantas apakah hal ini mitos atau fakta?
Dokter Spesialis Orthopedi & Traumatologi Klinik Utama Dr. Indrajana, dr. Liauw Roger Leo, Sp.OT, menyampaikan jika penyebab tubuh pegal-pegal setelah tidur di lantai bukan berarti karena rematik.
“Kita tidur di lantai sampai pagi hari, yang kalian rasakan besok paginya apa? Pegal, sakit, dan sebagainya,” ucap dr. Roger saat ditemui di Klinik Utama Dr. Indrajana, Jakarta Pusat, Kamis 29 Februari 2024.
“Satu karena keras, dua karena dingin. Itu kata kuncinya dingin. Kita kan manusia darah hangat ya, kita senang sama sesuatu yang hangat. Apalagi orang indonesia di khatulistiwa udaranya panas,” tuturnya lagi.
Jadi timbulnya rasa pegal linu di tubuh setelah tidur di lantai adalah dingin dari lantai, bukan rematik.
“Begitu kita tidur di lantai, lantai tuh tegel ya. Tegel itu mengantarkan dingin yang baik. Dan dia bikin kita kena dingin terus-terusan selama berjam-jam. Itu memberikan rasa yang tidak nyaman signifikan,” kata dr. Roger.
Dingin dari lantai terkena pada otot tubuh yang menyebabkan nyeri. Ini sungguh berbeda dari rematik. Pasalnya rematik merupakan pegal linu pada bagian persendian, bukan otot.
“Rematik suatu kondisi kelainan pada sendi atau inflamasi yang sebenarnya harus ditemui itu rheumatoid factor,” kata dr. Roger.
Maka dari itu, pegal karena tidur di lantai tidak bisa langsung disebut rematik. Biasanya, ketika pegal-pegal setelah tidur di lantai, seseorang akan melakukan pijat yang membuat ototnya langsung rileks sehingga rasa pegal langsung hilang. Hal ini berbeda dengan rematik.okz