
JAKARTA – Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyatakan, Perum Bulog telah mengamankan kuota 1,6 juta ton impor beras tambahan. Tujuannya, untuk mengamankan kebutuhan dalam negeri yang mencapai 2,5 juta ton per bulan.
Sehingga total jumlah impor beras sepanjang tahun ini mencapai 4,1 juta ton, ditambah kuota sisa impor 500 ribu ton yang ditangguhkan di awal 2024, dan kuota impor tahun ini sebesar 2 juta ton. “Kalau kemarin ada penambahan 1,6 juta ton kita pikirnya nanti itu hanya kita pastikan teman-teman Bulog siap. Daripada nanti belum ada kuotanya, nanti rapat-rapat lagi kelamaan, ini udah disiapkan,” tegas Arief di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta.
Meski begitu, Arief juga menjamin alokasi impor tersebut tidak mengganggu harga gabah di tingkat petani. Adapun penambahan impor beras dilakukan lantaran pemerintah telah menghitung tingkat produksi petani dan kebutuhan dalam negeri.
“Presiden/menteri semua maunya cepat, tinggal kontrol kapan masuknya, importasi yang terukur. Secara 3 juta ton (impor beras 2023) harga gabah di tingkat petani kan masih baik. Artinya kita musti apresiasi pemerintah lakukan impor terukur,” imbuhnya.
Menyoal harga gabah di tingkat petani, Arief menyampaikan panen lokal akan dimulai dalam waktu dekat. Sehingga harga gabah otomatis akan berangsur turun.
Menurut dia, penurunan harga gabah di tingkat petani bukan merupakan anjlok. Melainkan konsekuensi untuk mengembalikan harga beras sesuai permintaan di tingkat hilir.
“Secara mudah harga beras itu apa kata gabah. Kalau gabah Rp 8.000 (per kg), maka jangan pangling heran kalau beras Rp 16 ribu (per kg). Kalau teman-tman berasnya Rp 14 ribu, maka gabahnya Rp 7.000. Kalau beberapa tahun lalu harga beras Rp 10-11 ribu, berarti gabahnya Rp 4-5 ribu. Ini mesti dijelaskan kepada publik,” terangnya.
“Jangan ada isu pemerintah enggak peduli gabah petani, enggak demikian. Ini perlu saya jelaskan karena beberapa hari ini harga gabah turun seiring panen yang agak besar, dan angkanya pemerintah melalui Bulog akan jaga di tingkat petani,” serunya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkapkan sulitnya mencari pasokan beras dari negara-negara lain. Padahal, kata dia, dulunya banyak negara yang menawarkan pasokan beras kepada Indonesia.
“Sekarang ini kita mencari beras ke negara-negara produsen, itu juga tidak gampang dan tidak mudah,” kata Jokowi dalam Rapim TNI di Mabes TNI Cilangkap.
Dia mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomian konflik geopolitik yang tak kunjung usai. Salah satunya konflik Ukraina hingga Gaza menyebabkan inflasi pangan.
“Lanskap ekonomi, lanskap politik dunia juga sulit dikalkulasi, sulit dihitung. Kita tahu konflik Ukraina belum selesai, datang konflik Gaza, ada tambahan Yaman, sehingga menyebabkan inflasi pangan melanda dunia,” ujarnya. lp6/mb06