Rabu, Agustus 20, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Kepemimpinan Kaum Muda: Belajar dari Sejarah Bangsa

by Mata Banua
14 Januari 2024
in Opini
0
D:\2024\Januari 2024\15 Januari 2024\8\8\Muhammad Aufal Fresky.jpg
Muhammad Aufal Fresky (penulis buku/mahasiswa prodi magister administrasi bisnis UB)

 

Gonawan Muhammad, dalam rubrik Catatan Pinggir Majalah TEMPO , edisi 5 Maret 1988, pernah menuturkan bahwa pemimpin lahir tanpa revolusi, tanpa kup, tanpa peristiwa dramatis,. Siapa saja bisa menjadi pemimpin, terlebih di era demokrasi terbuka saat ini. Menurutnya, pemimpin tidak selamanya harus lahir dari goncangan sejarah. Sebagian besar, pemimpin yang pernah ada di dunia ini menjelang akhir abad ke-20, muncul bukan dari situasi krisis.

Artikel Lainnya

D:\2025\Agustus 2025\20 Agustus 2025\8\8\Gennta Rahmad Putra.jpg

Dua Sisi Artificial Intelligence dalam Pembangunan Berkelanjutan

19 Agustus 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Indonesia Masih Dijajah

19 Agustus 2025
Load More

Realitasnya memang membuktikan demikian adanya. Bahkan, menjelang akhir tahun 2024 sekarang, kita bisa menyaksikan sendiri, beragam pemimpin muda lahir di tengah-tengah kita. Pemimpin yang saya maksud dalam artian formal yang sedang menduduki posisi strategis di pemerintahan. Mulai dari level daerah hingga nasional, mulai bertaburan pemimpin-pemimpin muda. Baik yang sedang menjabat sebagai bupati, walikota, bahkan sampai level menteri. Kehadiran kaum muda sebagai pucuk pimpinan di berbagai posisi stategi tentu saja membawa angin segar dan warna baru dalam perjalanan bangsa ini. Terbaru, putra pertama Presiden Jokowi yaitu Gibran Rakabuming Raka resmi menjadi calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto. Gibran digadang-gadang sebagai calon pemimpin masa depan Indonesia, mengingat usianya baru menginjak 36 tahun. Terlepas dari kontroversi pencalonannya tersebut, saya rasa kehadiran pemuda dalam kontestasi politik skala nasional semacam membawa harapan baru dalam menyongsong Indonesia Emas 2045.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2022 sebanyak 68,82 jiwa penduduk Indonesia masuk kategori pemuda. Angka tersebut porsinya mencapai 24 % dari total penduduk. Keberadaan pemuda bisa menjadi potensi yang cukup menjanjikan untuk menyongsong dan mewujudkan cita-cita para pendiri bangs aini. Lebih-lebih, saat ini kita memang memiliki jumlah pemuda yang cukup banyak. Yang menjadi pertanyaan yaitu apakah pemuda akan menjadi bonus demografi atau justru beban demografi? Kita lihat saja nanti. Intinya, saat ini kita memang sedang mempersiapkan betul agar pemuda tidak sekadar menjadi penonton pasif dari gerak zaman yang kian dinamis dan masif. Tentunya, saya selaku penulis, juga tidak menginginkan pemuda-pemuda kita hanya menjadi objek perubahan. Lebih dari itu, harus menjadi subjek perubahan.

Ditinjau dari sisi historis perjalanan bangsa ini, peran pemuda tidak bisa dipandang sebelah mata. Sejarah membuktikan, bahwa sejak zaman prakemerdekaan hingga pascareformasi, pemuda selalu turut andil di dalamnya. Bahkan, sebagian pemuda di masa lampau juga mampu menjadi inisator alias penggerak terjadinya perubahan skala besar di tengah masyarakat. Pikiran, ide, dan aksi kaum muda telah terbukti mampu melahirkan dan menumbangkan pemimpin. Pemuda yang tetap berpegang teguh pada idealismenya selalu berada di garda terdepan untuk menegakkan nilai-nilai kebajikan. Memang, bedanya di zaman dulu, pemuda lahir sebagai pemimpin skala nasional tidak terlepas dari situasi zaman. Berangkat dari keadaan itulah, mereka ditempa dan dibentuk untuk menjadi pejuang yang konsisten membela kepentingan bangsa dan negaranya. Tak heran jika di masa lampau banyak lahir patriot-patriot unggul yang jiwa nasionalismenya tak perlu dirgaukan lagi.

Lantas, bagaimana dengan keadaan pemuda kita saat ini? Sudah siapkah menjadi pemimpin saat ini dan di masa mendatang? Baiklah, sebelum membahas terkait kesiapan para pemuda, kita lihat dulu dua tantangan atau permasalahan yang sedang dihadapi. Pertama, sebagian pemuda kita memiliki short attention span atau perhatian jangka pendek. Saat ini, pengaruh teknologi komunikasi dan informasi juga berdampak buruk bagi mereka yang tidak mampu mengendalikannya. Betapa banyak waktu yang terkuras habis hanya dengan berselancar di media sosial (medsos) tanpa tujuan yang jelas. Selain itu, sebagian dari pemuda kita menginginkan sesuatu secara instan atau cepat. Semuanya seolah ingin serba praktis. Hal itu menjadi salah satu penyebab semakin banyaknya pemuda yang terjangkit kebiaaan malas dan suka menunda tugas dan pekerjaannya. Kedua, sebagian pemuda kehilangan kesadaran dan identitas diri. Mudah terombang-ambing oleh budaya asing yang kadang bersifat destruktif. Tidak punya filter untuk menyaring mana yang baik mana yang buruk. Jika mengendalikan diri saja tidak mampu, bagaimana mau menjadi pemimpin?

Rasa-rasanya, untuk menyongsong kepemimpinan kaum muda yang visioner, progresif, dan berdaya, perlu dimulai dari saat ini juga. Mulai dari pemuda itu sendiri. Di antaranya dengan membangun karakter diri dan kompetensi diri. Hal itu sebagai bekal untuk mengenal jati diri pemuda itu sendiri. Membangun karakter ini perlu mentor atau guru. Jadi, setidaknya ada kepedulian dari generasi tua untuk mewariskn nilai-nilai luhur kepada para penerus bangsa ini. Mewariskan dengan cara mengajar atau mendidik langsung. Atau dengan cara memberikan keteladanan dalam setiap tutur kata dan tindakan. Ya, pemuda kita membutuhkan figur atau role model yang bisa ditiru. Selain itu, untuk mengasah watak juga perlu aktif mengikuti beragam organisasi. Di organiasilah, otak dan hati mulai ditempa sedemikian rupa. Terutama organisasi-organisasi yang memiliiki visi keislaman dan kebangsaan. Spirit nasionalisme dan agama ada di dalamnya. Dengan begitu, hati dan pikiran para pemuda tidak kosong, Ada yang bisa membimbingnya. Bahkan, menjadi mentor utama dalam setiap gerak langkahnya. Proses kaderisasi di organisasi bisa membuat pemuda lebih mengenal tugas dan tanggung jawabnya terhadap agama, nusa, dan bangsa.

Dalam rangka menyongsong Indonesia Emas 2045, tidak bisa dipungkiri lagi, kita semua berharap peran aktif para pemuda. Kepemimpinan kaum muda di segala aspek kehidupan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa ini. Menjadi pemimpin, membutuhkan tiga kecerdasan. Yaitu, kecerdasan emosionan, intelektua, dan spiritual. Mulai dari sekarang, pemuda perlu belajar mengasah dan meningkatkan ketiga kecerdasan tersebut. Percayalah, kepemimpinan tidak hanya berbicara mengenai kemampuan mempengaruhi orang lain. Lebih dari itu, juga berkaitan dengan kemampuan mengendalikan diri dalam segala situasi. Kemampuan membaca teks dan konteks juga dibutuhkan. Sebab, dengan begitu pemuda kita memiliki wawasan yang luas dan peka terhadap keadaan. Artinya, tidak hanya bisa membaca buku-buku atau koran-koran. Namun juga mampu membaca fenomena sosial yang sedang berlangsung. Tidak hanya itu, penting kiranya pemuda hari ini juga belajar dari perjuangan dan pengorbanan para tokoh bangsa di masa silam. Seperti halnya Sukarno, Sjahrir, Hatta, Buya Hamka, dan lain-lain, dalam membela sepenuh hati kepentingan rakyat. Para patriot di masa silam mati-matian mempertaruhkan jiwa dan raganya demi kepentingan bangsa dan negaranya. Sudah semestinya pemuda menengok ke belakang dan mencontoh para pendahulu yang nasionalis, agamis, dan patriotik. Hal itu sebagai ikhtiar untuk menempa diri menjadi pemimpin. Baik untuk saat ini, maupun di kemudian hari.

Sekali lagi, potensi anak-anak muda se-Indonesia jika dimanfaatkan seoptimal mungkin akan menjadi sebuah energi dahsyat bagi kemajuan bangsa ini. Menguitp salah satu adagium Arab: “Syubbanul yaum, rijalul ghad”. Artinya yaitu orang muda hari ini adalah tokoh masa depan.

 

 

Tags: BPSKaum MudaMuhammad Aufal FreskySUSENAS
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA