Mata Banua Online
Kamis, Oktober 16, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Diragukan Bisa Genjot Produksi Padi

by Mata Banua
3 Januari 2024
in Ekonomi & Bisnis
0
D:\2024\Januari 2024\4 Januari 2024\7\7\Foto hal Ekonomi  ( 04 Januari 2024 )\hal  7 - 2 klm (KIRI).jpg
(foto:mb/web)

 

JAKARTA – Tambahan anggaran subsidi pupuk sebanyak Rp14 triliun pada 2024 dinilai tidak serta-merta mampu mendongkrak produksi padi.

Berita Lainnya

D:\2025\Oktober 2025\16 Oktober 2025\7\7\hal 7 - 2 klm (Bawah).jpg

Tekan Peredaran Rokok Ilegal, Harga Rokok tidak Naik

15 Oktober 2025
D:\2025\Oktober 2025\16 Oktober 2025\7\7\ft master.jpg

Harga Emas Sudah Naik Rp1,1 Juta dalam Setahun

15 Oktober 2025

Klaim Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun diragukan. Guru Besar IPB University sekaligus Ketua Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa menyebut tidak ada korelasi antara anggaran subsidi pupuk dengan produksi padi di Indonesia.

Pasalnya, merujuk data belanja pupuk subsidi pemerintah dengan produksi padi justru menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh, menyitir data Kementerian Keuangan yang dihimpun DataIndonesia.id, realisasi belanja subsidi pupuk pada 2013 sebesar Rp17,62 triliun, kemudian meningkat dua kali lipat pada 2019 sebesar Rp34,31 triliun.

Sementara itu, merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi pada 2013 mencapai 71,28 juta ton gabah kering giling (GKG). Namun, saat belanja subsidi pupuk naik dua kali lipat pada 2019, produksi padi justru anjlok signifikan, yakni hanya mencapai 54,6 juta ton GKG.

“Pertanyaan besar kita dengan peningkatan anggaran pupuk subsidi tersebut, apakah terjadi kenaikan produksi? Ternyata tidak, malah turun,” ujar Andreas saat dihubungi, Rabu.

Sejumlah persoalan disebut menjadi faktor dibalik tidak efektifnya pupuk subsidi terhadap peningkatan produksi padi. Andreas membeberkan, berdasarkan kajian yang ada menunjukkan adanya kebocoran atau penyelewengan penyaluran pupuk subsidi di lini IV. Angka kebocoran itu tidak kecil, yakni mencapai 20% dari volume pupuk yang semestinya diterima petani.

“Kebocoran penyaluran pupuk subsidi di lini IV sampai 20%, kalau katakanlah rata-rata subsidi pupuk Rp30 triliun berarti uang yang seharusnya milik petani ditilep sebanyak Rp6 triliun,” ungkapnya.

Di sisi lain, bukan hanya penyelewengn yang menjadi persoalan penyaluran pupuk bersubsidi. Andreas menyebut alokasi dan waktu yang tidak tepat menjadikan program yang dianggap populis itu kian runyam di lapangan. bisn/mb06

 

Tags: AB2TIJoko widodoPresidenProduksi Padi
Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper