Rabu, Juli 9, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Problematika yang Belum Selesai dalam Dunia Literasi Tanah Air

by Mata Banua
27 November 2023
in Opini
0
D:\2023\November 2023\28 November 2023\8\8\Agus Widiey.jpg
Agus Widiey (Pengamat dunia literasi dan alumni pondok pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep)

 

Akhir-akhir ini, dunia literasi mengalami degradasi moral. Hal demikian bisa kita lihat dari banyaknya kasus plagiarisme yang merajalela di tanah air. Seiring dengan perkembangan zaman, dan kemajuan teknologi yang makin canggih, justru membuat dunia literasi kita makin tertantang. Tantangan yang dimaksud penulis di sini adalah–bagaimana seorang penulis benar-benar memberikan gagasan kritisnya, baik melalui gaya bahasanya, dan narasinya sendiri.

Artikel Lainnya

Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Kekuasaan Presiden Dalam Organisasi Internasional

8 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\9 Juli 2025\8\8\foto opini 1.jpg

Hijrah Sumber Daya Energi: Sampah Menjadi Cahaya Kehidupan

8 Juli 2025
Load More

Sehingga pembaca bisa merasa puas tanpa mengatakan; persoalan ini mirip itu, pembahasan ini klise, gaya bahasanya nyaris sama dengan penulis itu, dan lain sebagainya.

Pada hakikatnya memang tidak mudah untuk menjadi penulis, karena menulis merupakan proses panjang. Hanya bagi penulis amatir yang selesai dalam kurun waktu sebentar. Mengapa saya mengatakan demikian? Sederhananya menulis berarti menyampaikan gagasan melalui tulisan, sementara gagasan yang enak dibaca adalah yang utuh dan unik, di mana dalam prosesnya masih butuh yang namanya pengendapan dan revisi.

Problem Antara Penulis dan Pembaca

Seperti yang telah saya jelaskan di atas, bahwa akhir-akhir ini masih banyak problem yang harus dihadapi seorang penulis. Entah itu problem karena tulisan klise, atau bahkan yang paling parah adalah tulisan plagiat baik dalam karya sastra maupun karya ilmiah. Kendati informasi yang kerap kali saya temui bukan hanya pada penulis baru, tapi juga pada penulis lama. Sebenarnya dalam dunia tulisan yang harus diutamakan bukan penulis itu muda atau tua, melainkan yang paling urgen adalah apa yang disampaikan dalam tulisan itu sendiri. Apakah memberikan tranformasi masif pada pembaca atau hanya sekedar menulis tanpa tujuan.

Perlu diketahui bahwa penulis bukan selebritis, jika Pramoedya Ananta Toer mengatakan “Menulis adalah bekerja untuk keabadian” saya kira quote yang disampaikan Pramoedya ini tidak lagi relevan pada zaman sekarang, lebih tepatnya hanya sekedar asumsi yang belum terbukti. Meski hal senada juga disampaikan oleh Imam Al-Ghazali “Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah” mengapa? karena untuk menjadi abadi butuh yang namanya pembuktian dan pengakuan, bukan? Sementara pengakuan orang-orang kadang salah sasaran, kesalahan yang kerap saya temui yaitu ketika membaca sebuah karya, kurangnya sikap skeptis, dan itu menunjukkan bahwa masih banyak pembaca di tanah air yang belum benar-benar kritis terhadap apa yang dibaca.

Tanggung Jawab Seorang Penulis

Seorang penulis yang baik seharusnya merasa memiliki tanggung jawab yang besar. Agar orisinalitas karya yang dihasilkan, benar-benar terjamin dan berkualitas. Meski sebagus-bagusnya karya pasti ada kecacatannya, tapi paling tidak, seperti yang telah saya jelaskan di atas; jauh dari plagiat dan klise.

Karena plagiat adalah pekerjaan yang menjerumuskan seorang penulis itu sendiri ke dalam jurang kebodohan. Sementara opini yang dibangun dengan klise, itu artinya–sama sekali tidak memberikan hal-hal yang baru pada pembaca. Sehingga tidak salah jika literasi di tanah air tercatat masih rendah. Karena kenyataannya memang demikian. Meski penulis bertebaran, bahkan ada yang mengatakan setiap tikungan jalan pasti ada penulisnya. Kemudian yang menjadi pertanyaan; apakah karya yang dihasilkan penulis itu benar-benar memiliki daya kualitas?

Saat ini zaman membawa kita pada era yang serba ingin praktis dan cepat, sehingga dalam dunia literasi tak asing lagi dengan kasus plagiat. Mengapa hal itu terjadi? Alasannya sederhana, kurangnya kesadaran bahwa menulis adalah proses panjang dan tanpa kita sadari, menulis ternyata memperlihatkan kemampuan berpikir, berimajinasi, bahkan pada kekuatan moralitas kita sendiri. Karena tidak cukup jika hanya berpikir dan berimajinasi tanpa adanya moralitas yang tinggi, sebagai bentuk tanggung jawab dari karya yang telah dihasilkan.

Menyoal Pembaca di Tanah Air

Hal krusial yang sangat menentukan kualitas tulisan seseorang bisa juga dilihat dari seberapa banyak memahami apa yang dibaca. Akan tetapi, saya kira minat baca di tanah air kini sedang mengalami degradasi. Hal ini bisa kita lihat dari buku-buku yang tak laku di berbagai penerbit, dan juga buku-buku di perpustakaan yang berdebu. Mungkin saja ada penyebab, misalnya dengan adanya perpustakaan digital, media online dan sebagainya.

Padahal kita tahu bahkan menyadari, kalau membaca dalam versi digital kadang banyak gangguannya. AS Laksana pernah mengatakan bahwa seorang penulis yang baik menurutnya, adalah yang terus belajar dan banyak membaca. Karena dengan banyak membaca, akan banyak pengalaman orang lain yang bias diserap untuk bahan penulisan, tidak sebatas pengalaman pribadi saja. Sementara penulis sekarang sangat mudah kehilangan inspirasi dalam menulis, sebab sangat kurang dalam hal membaca.

Artinya membaca-memahami banyak buku menjadikan penentu ketika penyampaian gagasan ke dalam tulisan. Membaca dan menulis menjadi salah satu tanda bahwa tanah air berada di titik kulminasi antara maju atau stagnan. Maka untuk mengatasi problematika penulis dan pembaca, saya kira perlu adanya kesadaran kolektif untuk membuat keduanya (penulis dan pembaca) sama-sama berdialog dengan aktif.

 

 

Tags: Agus WidieyLiterasi Tanah AirPengamat dunia literasi dan alumni pondok pesantren Nurul Muchlishin
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA