Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Pancasila Menjawab Persoalan Lingkungan Hidup Kita

by Mata Banua
8 November 2023
in Opini
0

oleh:Agus Widiono (Mahasiswa Prodi Aqidah Filsafat Islam, UIN sunan Kalijaga, Yogyakarta.)

Apa gunanya Pancasila sebagai ideologi negara, jika tidak mampu menjawab persoalan-persoalan kehidupan.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\8\8\master opini.jpg

Transformasi Polri dan Filosofi Kaizen

1 Juli 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Polri dan Nilai Ekonomi Keamanan

1 Juli 2025
Load More

Kita tahu bahwa banyak sekali persoalan hidup yang harus dihadapi di negara ini. Salah satunya adalah lingkungan hidup. Hari ini, lingkungan hidup kita makin memburuk. Padahal, jika Pancasila itu masih dianggap sebagai pandangan hidup, seharusnya kita bisa merefleksikan kembali; kesejahteraan hidup macam apa yang ingin diwujudkan bersama.

Apakah kita tahu,? bahwa plastik, tisu, dan sisa makanan merupakan elemen-elemen gastronomi destruktif yang diproduksi nyaris semua manusia saat ini. Kita tidak menyadari bahwa kiamat merayap dari meja makan.

Membaca buku esai M. Faizi “Merusak Bumi dari Meja Makan” akan menyentuh hati dan pikiran kita yang selama ini hanya berambisi untuk merebut kursi demi sebuah kekenyangan. Seolah setiap orang boleh berlomba menumpuk hidangan dalam piring, melimpah hingga tak habis dimakan. Air minum dalam kemasan pun tak tuntas diminum. Mengurus takaran dan ukuran buat makan sendiri saja tidak bisa. Dia bukan tidak mampu menakar, hanya mungkin tidak sempat berpikir dan membuat pertimbangan. (hal.93)

Belum lagi bila menilik kejamnya pasar yang dengan sengaja membuang bahan makanan layak. Kentang berbentuk tak mulus tak layak masuk pasar, jagung sedikit geripis tak boleh dijual adalah beberapa contohnya. Hingga dalam sebuah data disebut bahwa antara 35-50% hasil pertanian dunia tidak dikonsumsi, bila diuangkan kurang lebih senilai 1 triliun dolar Amerika.

Membaca narasi yang aktual dan faktual seperti di atas, saya kira manusia hari ini memiliki peran yang sangat besar dalam penghancuran lingkungan hidupnya sendiri. Dewasa ini, negara Indonesia sedang berada di titik kulminasi; menentukan akan berhasil atau tidak–dalam pergumulannya mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang dicita-citakan. Baik dalam pendidikan, ekonomi, sosial, politik. Tetapi agaknya yang kerap kali kita lupa, adalah bagaimana kita menentramkan dengan lingkungan, berdamai dengan lingkungan.

Spirit Pancasila dalam Menjawab Persoalan Lingkungan Hidup

Lingkungan merupakan segala hal yang ada di sekitar kita, termasuk alam dan benda-benda buatan manusia. Tapi, akhir-akhir ini perubahan iklim telah menjadi ancaman serius. Peningkatan suhu rata-rata bumi, polusi udara, dan kerusakan hutan memicu efek rumah kaca dan perubahan ekosistem yang berdampak pada kehidupan manusia dan makhluk lain.

Kemudian yang menjadi pertanyaan kita sampai saat ini, apakah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sudah tidak relevan? Atau kita yang kurang bijak dalam merawat lingkungan hidup ini. Barangkali pada akhirnya, akan menjadi perdebatan atau bahan diskusi yang menarik di ruang kelas, warung kopi dan sebagainya. Kita lihat persatuan nyaris berubah jadi perseteruan, dan kekayaan alam dijadikan tempat berebutan kekayaan. Ironisnya, sampai tidak peduli dampak apa yang akan terjadi pada suatu hari.

Persoalan lingkungan adalah personal kita bersama, apabila kita ingin menyelesaikan persoalan tersebut, kita mesti bisa melihat akar masalah itu seperti apa. Sementara kita hari ini, seakan-akan buta untuk melihatnya. Saya bisa pastikan bahwa akar masalah kita adalah karena melupakan dasar bernegara, mengabaikan Pancasila sebagai sesuatu yang konkrit. Tidak menjadikan Pancasila sebagai sesuatu yang penting, dan melepaskan Pancasila dari kehidupan sehari-hari. Derita saat bencana terjadi, hanya ekses saja dari semua hal itu.

Dari sini kita tahu, bahwa salah satu spirit Pancasila dalam menjawab persoalan lingkungan hidup sangat penting. Spirit Pancasila bisa saja lewat gagasan transformasi dari nilai-nilai yang ada di dalamnya. Meski menangani iklim di negara kita ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tetapi, jika kita sadar dan benar-benar mau mengubah dan memperbaikinya, pasti hasil yang diperoleh tidak jauh dari apa yang kita inginkan.

Transformasi Nilai Pancasila

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc, melaporkan; Hutan menjadi salah satu aset yang tidak banyak dimiliki negara lain, hutan Indonesia meliputi daratan seluas 125,76 hektare atau setara dengan 62,97% dari total luas daratan Indonesia. Jumlah tersebut tentunya sudah mengalami penurunan sejak beberapa dekade terakhir, di mana banyak terjadi eksploitasi dan pembukaan lahan yang mengakibatkan berkurangnya kawasan hutan.

Kalau boleh saya mengatakan,–setidaknya untuk memajukan negara, kita harus berani kehilangan. Karena ada yang mesti dikorbankan. Tetapi yang menjadi pertanyaan saya, apakah pengorbanan itu berupa perusakan? Jika kita merusak lingkungan hanya untuk memajukan negara, dalam ganjil pikiran saya berkata. Ini bukan kebijakan yang harus diambil. Karena kita sebagai manusia perlu juga menerapkan keadilan, baik sesama manusia mau pun makhluk hidup lain di sekitar kita.

Kemudian, dari lima sila yang kita jadikan ideologi negara telah memberikan jalan yang masif untuk mengharmoniskan kita dengan lingkungan. Misal sila pertama tentang ketuhanan, lingkungan hidup kita atau lebih umumnya alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan. Maka, perlu kiranya melibatkan Tuhan selain usaha yang kita lakukan. Sila kedua tentang kemanusiaan yang adil dan beradab, hari ini apakah kita sudah adil dan beradab?

Dalam menerapkan keadilan, kita harus bijaksana baik sesama manusia mau pun sama makhluk hidup lainnya. Sementara adab menjadi penting dalam berlaku adil, sebab kalau kita tidak beradab, pada siapa pun–termasuk lingkungan hidup kita akan biadab. Sila ketiga tentang persatuan Indonesia, di sini persatuan akan menentukan apakah kita yang hidup dalam negara Indonesia mampu bekerja sama, untuk memperbaiki lingkungan hidup yang sudah terbilang tua seperti sekarang ini. Maka, jawabannya adalah persatuan.

Karena seperti slogan yang tidak lagi asing di telinga kita bahwa bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Sila keempat tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Nilai dalam sila keempat ini mengajarkan kepada kita untuk berbuat bijaksana, hal itu bisa terjadi karena adanya dorongan dari seorang pemimpin. Seperti kemarinnya presiden Joko Widodo mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Hal ini menunjukkan sikap pemimpin yang masih peduli terhadap masyarakat. Tetapi, mengapa tidak merawat sebelum darurat. Sama dengan analogi lebih baik mencegah daripada mengobati. Hari ini, kita sedang mencari obat untuk menyembuhkan penyakit yang nyaris sudah mencemari lingkungan hidup kita. Sila yang kelima tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, keadilan di sini sering menjadi pertanyaan besar, karena eksistensi dari pengaplikasiannya belum benar-benar dirasakan oleh masyarakat.

Alangkah baiknya jika tulisan ini diakhiri lirik lagu Ebiet G. Ade. Mungkin Tuhan telah bosan, melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita, coba kita tanya pada rumput yang bergoyang!

 

Tags: Agus WidionoMahasiswa Prodi Aqidah Filsafat IslamPancasila
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA